commit to user 77
3 4
5 6
7 8
9 “Please,please”
‟‟Wueeleh,... “Wuah”
“eeeh..” “Nah...”
“Hayooo...”.
Wahai...’ 6InterjRCBSM15-02-2009
8InterjRCBSM22-02-2009 10InterjRCBSM22-03-2009
11InterjRCBSM12-04-2009 12InterjRCBSM26-04-2009
13InterjRCBSM26-04-2009 15InterjRCBSM21-06-2009
keheranan Menyatakan seruan
atau panggilan minta perhatian
Menyatakan keheranan
Menyatakan kekecewaan
dan kesal
Menyatakan seruan
atau panggilan minta perhatian
Menyatakan kelegaan
Menyatakan seruan atau panggilan minta
perhatian Menyatakan seruan
atau panggilan minta perhatian
6. Pemakaian Partikel Dialek Jakarta
Selain unsur dialek bahasa Jawa, unsur dialek yang cukup berpengaruh pada pemakaian bahasa dalam RCB di surat kabar SM adalah unsur-unsur dialek
Jakarta. Kota Jakarta dengan segala perkembangan dan kemajuannya merupakan sumber acuan bagi kota-kota lainnya. Unsur-unsur dialek Jakarta sering
digunakan oleh penulis dalam mengemas ide yang ingin disampaikan, selain itu
commit to user 78
dialek Jakarta digunakan dalam RCB agar bahasa yang digunakan terasa lebih komunikatif, santai, trendi serta dapat menyegarkan suasana. Salah satu unsur
dialek Jakarta yang digunakan adalah pemakaian partikel dialek Jakarta. Pemakaian partikel dialek Jakarta tersebut dapat dilihat dalam data berikut.
42 Dengan sok bijaksana, Mas Celathu lalu bilang,”Memangnya
nggak ada lomba yang lain apa? Lagian kamu kan mau Ujian Nasional. Mbok ya sina
u aja yang serius, biar lulus.” ”La ini pendaftaran dah mau berakhir je...” desak Jeng Genit sambil meneruskan, ”Bapak mengizinkan
nggak sih
aku ikutan lomba ini?” 1PDJRCBSM19-04-2009 Dari data 42 terlihat adanya pemakaian partikel dialek Jakarta yang
ditandai dengan kata
“sih”. Tuturan tersebut diungkapkan oleh Jeng Genit yang
meminta izin kepada ayahnya, Mas Celathu, untuk mengikuti lomba pemilihan gadis sampul atau cover girl. Sebenarnya Mas Celathu tidak memberi izin kepada
Jeng Genit untuk mengikuti lomba tersebut, ia beralasan bahwa ujian nasional Jeng Genit sudah dekat, jadi Mas Celathu berharap kepada Jeng Genit untuk
berkonsentrasi pada ujiannya, agar nanti ia lulus dan mendapatkan hasil yang maksimal. Selain itu, Mas Celathu juga berpendapat bahwa lomba yang lebih
mengutamakan keindahan fisik, tepatnya kecantikan wajah, dirasa tidak berjiwa sportivitas dan jauh dari hakikat sebuah kompetisi. Menurut Mas Celathu, ukuran
kecantikan itu bersifat relatif dan personal, jadi tidak ada tolok ukurnya. Untuk itu, Mas Celathu tidak setuju apabila anaknya berlaga di lomba seperti itu.
Namun, Mas Celathu menahan diri, alasan penolakan yang sesungguhnya dia simpan rapat-rapat. Dia tidak ingin menyinggung perasaan anaknya. Kecantikan
tidak bisa diukur dengan ilmu pasti, dan bisa dimenangkan atau dikalahkan, jelek bagi orang lain, bisa dianggap cantik bagi yang lainnya. Berbeda dengan
commit to user 79
kompetisi olahraga atau seperti cerdas cermat yang memang bisa melahirkan nilai yang terukur, dan benar-benar menguji ketangkasan dan kecerdasan.
Berikut ini adalah data lain yang mengandung partikel dialek Jakarta
.
43 Keningnya langsung berkerut, pertanda dia sulit menerima
argumen itu. Tadinya yang dipersoalkan adalah jenis lomba yang memang tak masuk akal itu. Tapi, kini persoalannya jadi lain. Alasannya itu lho?
Kok pede banget? ”Jadi,...kamu yakin bakal menang?”
”Ya iyalah..mosok ya iya dong.” ”Kalau ternyata kalah?” ”Ya nggak
mungkin. Temanku pada bilang kalau aku cantik kok. Ya pasti menang.” 2PDJRCBSM19-04-2009
Dari data 43 terlihat adanya pemakaian partikel dialek Jakarta yang ditandai dengan kata
“dong”. Tuturan tersebut diungkapkan oleh Jeng Genit yang
meyakinkan ayahnya, bahwa ia akan menang dalam lomba atau pemilihan gadis sampul tersebut. Jeng Genit merasa yakin karena mendapat motivasi dari teman-
temannya, yang mengatakan bahwa ia cantik dan pasti menang. Berikut ini adalah data lain yang mengandung partikel dialek Jakarta
.
44 ”Kalau sampai besok nggak ada kabar beritanya, lapor polisi aja.
Biar terlacak. Nggak ada babe rugi banget deh,...nggak ada yang bisa
dipalak,” usul Mbak Tomboy, anak keduanya yang memang paling demen menadahkan tangan setiap bersua ayahnya. 3PDJRCBSM14-06-2009
Dari data 44 terlihat adanya pemakaian partikel dialek Jakarta yang ditandai dengan kata
“deh”. Tuturan tersebut diungkapkan oleh Jeng Tomboy,
ketika ayahnya, Mas Celathu, pergi beberapa hari dan tidak ada kabar. Sesungguhnya, bagi keluarga Celathu, ditinggal pergi suami sekaligus kepala
keluarga adalah hal biasa. Namun, kali ini kepergiannya menyisakan kecemasan pada istri dan ketiga anaknya, hal itu disebabkan tidak adanya komunikasi atau
kabar dari Mas Celathu.
commit to user 80
B. Faktor Sosial yang Mempengaruhi Pemakaian Bahasa dalam RCB pada Surat Kabar SM