commit to user 34
7. Penghilangan fonem dan Penambahan fonem
Badudu 1983:63 dalam Pelik-pelik Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa “gelaja fonem dapat dibedakan menjadi tiga macam: penambahan fonem di
depan kata disebut protesis, penambahan fonem di tengah kata disebut epentesis, dan penambahan fonem di akhir kata disebut paragog”. Contoh gejala protesis :
mas, lang, dan sa menjadi emas, elang, dan esa, stri dalam bahasa Sansekerta menjadi istri, jati dalam bahasa Sansekerta menjadi sejati.
Proses selanjutnya ialah penambahan fonem. J.S Badudu 1983:63-64 menjelaskan “gejala penghilangan fonem atau pelesapan fonem dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu penghilangan fonem pada awal kata disebut afaresis, penghilangan fonem di tengah kata disebut sinkop, dan penghilangan fonem di
akhir kata yang di sebut apokop”. Contoh gejala aferesis : Umudik, umundur
menjadi mudik, mundur um adalah sisipan, tetapi karena kata dasar berawal vokal, maka sisipan ditempatkan di depan seperti awalan. Contoh gejala sinkop :
bahasa menjadi basa, sahaya menjadi saya, citcit menjadi cicit, dan sebagainya.
8. Interjeksi
Interjeksi adalah kategori yang bertugas mengungkapkan perasaan pembicara, dan secara sintaksis tidak berhubungan dengan kata-kata lain dalam
ujaran. Interjeksi bersifat ekstrakalimat dan selalu mendahului ujaran sebagai teriakan yang lepas atau berdiri sendiri inilah yang membedakannya dari partikel
fatis yang dapat muncul di bagian ujaran mana pun, tergantung dari maksud pembicara Kridalaksana, 2005:120.
commit to user 35
Interjeksi dapat ditemui dalam : a.
Bentuk dasar, seperti kata-kata: aduh, aduhai, ahoi, ai, amboi, asyoi, ayo, bah, cih, cis, eh, hai, idih, ih,
lho, oh, nah, sip, wah, wahai, yaaa, dan sebagainya b.
Bentuk turunan, biasanya berasal dari kata-kata biasa, atau penggalan kalimat Arab. Contoh:
Alhamdulillah, astaga, brengsek, buset, dubilah, duilah, insya Allah, masyaallah, syukur, halo, innalillahi, yahud, dan sebagainya.
Jenis-jenis interjeksi Sub kategorisasi terhadap interjeksi merupakan subkategorisasi terhadap
perasaan yang diungkapkannya Kridalaksana, 2005:121 Menurut Harimurti Kridalaksana 2005:121 ,jenis-jenis interjeksi dapat
diuraikan sebagai berikut: a.
Interjeksi seruan atau panggilan minta perhatian: ahoi, ayo, eh, hai, halo, he, sst, wahai
b. Interjeksi keheranan atau kekaguman:
aduhai, ai, amboi, astaga, asyoi, hmm, wah, yahud c.
Interjeksi kesakitan: aduh
d. Interjeksi kesedihan:
Aduh e.
Interjeksi kekecewaan dan kesal: ah, brengsek, buset, wah, yaa
commit to user 36
f. Interjeksi kekagetan:
lho, masyaallah, astagfirullah g.
Interjeksi kelegaan: alhamdulillah, nah, syukur
h. Interjeksi kejijikan:
bah, cih, cis, hii, idih, ih
commit to user 37
C. Kerangka Pikir
Kerangka pikir adalah cara kerja yang dilakukan oleh peneliti untuk menyelesaikan permasalahan yang telah diteliti. Kerangka pikir dalam penelitian
secara garis besar dilukiskan pada diagram di bawah ini.
Pemakaian bahasa dalam RCB pada
harian SM Karakteristik
pemakaian bahasa dalam RCB pada
harian SM Faktor sosial yang
mempengaruhi pemakaian bahasa
Pemanfaatan ragam informal
Konteks situasi Sumber data
RCB pada harian SM
Ancangan
:
Sosiolinguistik Data
penelitian Teknik pengumpulan
Teknik pustaka Teknik simak
Teknik catat Data tertulis