commit to user 28
varian bahasa yang secara nyata dipakai berkomunikasi anggota suatu masyarakat bahasa Soepomo Poedjosoedarmo dalam Kunjana Rahardi, 2001:21-22.
Dalam kajian sosiolinguistik sudah ditemukan pada umumnya orang berganti kode itu tidak seenaknya saja, melainkan mengikuti pola-pola tertentu.
Untuk dapat mencarikan polanya itu dan menerangkan dengan tepat, maka tentu diperlukan penelitian dengan hati-hati dan seksama Khaidir Anwar, 1990:41.
b. Alih kode 1
Pengertian Alih Kode
Alih kode adalah peristiwa peralihan dari kode yang satu ke kode yang lain. Jadi apabila seorang penutur mula-mula menggunakan kode A misalnya
bahasa Indonesia , dan kemudian beralih menggunakan kode B misalnya bahasa Jawa , maka peristiwa peralihan pemakaian bahasa seperti itu disebut alih kode
code-switching . Namun karena di dalam kode terdapat berbagai kemungkinan varian baik varian regional, varian klas sosial, ragam, gaya, ataupun register
maka peristiwa alih kode mungkin berwujud alih varian, alih ragam, alih gaya atau register. Peralihan yang demikian dapat diamati lewat tingkat-tingkat
tatabunyi, tatakata, tatabentuk, tatakalimat, tatawacananya Suwito, 1991:80. Appel dalam Abdul Chaer dan Leonie Agustina, 2004:107
mendefinisikan alih kode itu sebagai “gejala peralihan pemakaian bahasa karena beruba
hnya situasi”. Berbeda dengan Appel, Hymes dalam Suwito, 1991:81 mengatakan bahwa “ alih kode adalah istilah umum untuk menyebut pergantian
peralihan pemakaian dua bahasa atau lebih, beberapa gaya dalam satu ragam ”. Jadi menurutnya alih kode tidak hanya terjadi antarbahasa, tetapi dapat juga
commit to user 29
terjadi antara ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam satu bahasa. Apabila alih kode itu terjadi antar bahasa-bahasa daerah dalam satu bahasa
nasional, atau antara dialek-dialek dalam satu bahasa daerah , atau antar beberapa ragam dan gaya yang terdapat pada satu dialek, alih kode seperti itu bersifat
intern, sedangkan apabila yang terjadi adalah bahasa asli dengan bahasa asing, maka disebut alih kode ekstern.
2 Ciri-ciri Alih Kode
Alih kode merupakan salah satu aspek tentang saling ketergantungan bahasa language dependency di dalam masyarakat multilingual. Artinya, di
dalam masyarakat multilingual hampir tidak mungkin seorang penutur menggunakan satu bahasa secara mutlak murni tanpa sedikit pun memanfaatkan
bahasa atau unsur bahasa yang lain. Dalam alih kode penggunaan dua bahasa atau lebih ditandai atau mempunyai ciri-ciri : 1 masing- masing bahasa masih
mendukung fungsi-fungsi tersendiri sesuai dengan konteksnya, 2 fungsi masing- masing bahasa disesuaikan dengan situasi yang relevan dengan perubahan konteks
Suwito, 1991:80. Dell Hymes dalam Kunjana Rahardi, 2001:20 memilahkan alih kode
menjadi dua, yaitu apa yang disebut dengan 1 alih kode intern internal code switching yaitu alih kode yang terjadi antarbahasa daerah dalam suatu bahasa
nasional, antardialek dalam suatu bahasa daerah, atau antara beberapa ragam dan gaya yang terdapat dalam suatu dialek, 2 alih kode ekstern external code
switching adalah alih kode yang terjadi antara bahasa asli dengan bahasa asing.
commit to user 30
3 Latar Belakang Terjadinya Alih Kode
Fishman dalam Abdul Chaer dan Leonie Agustina, 2004:108 menjelaskan bahwa “penyebab terjadinya alih kode harus dikembalikan kepada
pokok permasalahan dalam sosiolinguistik, yaitu mengenai siapa yang berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan , dengan t
ujuan apa”. Alih kode adalah peristiwa kebahasaan yang disebabkan oleh faktor-
faktor luar bahasa, terutama faktor-faktor yang bersifat sosio-situasional. Beberapa faktor yang biasanya merupakan penyebab terjadinya alih kode adalah :
a Penutur Seorang penutur kadang-kadang secara sadar berusaha beralih kode
terhadap lawan tuturnya. Usaha yang demikian dimaksudkan untuk mengubah situasi, mungkin dari situasi yang resmi ke situasi tak resmi. Dengan situasi yang
tidak resmi diharapkan masalah yang sedang dibicarakan akan lebih mudah dipecahkan.
b Lawan Tutur Setiap penutur pada umumnya ingin mengimbangi bahasa yang
dipergunakan oleh lawan tuturnya. Di dalam masyarakat multilingual itu berarti bahwa seorang penutur harus beralih kode sebanyak kali lawan tutur yang
dihadapinya. c Hadirnya Penutur Ketiga
Dua orang yang berasal dari kelompok etnik yang sama pada umumnya saling berinteraksi dengan bahasa kelompok etniknya. Namun, jika terdapat
penutur ketiga maka kedua penutur sebelumnya akan beralih kode ke penutur
commit to user 31
yang ketiga. Hal ini untuk netralisasi situasi dan sekaligus menghormati hadirnya orang ketiga tersebut.
d Pokok Pembicaraan Topik Pokok pembicaraan merupakan faktor dominan terciptanya sebuah alih
kode. Pokok pembicaraan atau topik dapat dibedakan menjadi dua; 1 pokok pembicaraan yang bersifat formal, misalnya: masalah kedinasan, keilmuan dsb. 2
pokok pembicaraan yang bersifat nonformal misalnya: kekeluargaan, persaudaraan, kesetiakawanan dsb.
e Untuk Membangkitkan Rasa Humor Alih kode kadang sering dimanfaatkan oleh guru, pemimpin rapat, dan
seorang pelawak untuk membangkitkan rasa humor sesorang. Tujuannya adalah untuk menyegarkan suasana yang mulai lesu. Alih kode demikian mungkin
berwujud alih varian, alih ragam atau alih gaya bicara. f Untuk Sekedar Bergengsi
Hal ini terjadi apabila baik faktor situasi, lawan bicara, topik dan faktor- faktor sosio-situasional yang lain sebenarnya tidak mengharuskan dia untuk
beralih kode. Dengan kata lain baik fungsi kontekstual maupun situasi relevansialnya tidak mendukung peralihan kodenya Suwito, 1991:85-87.
c. Campur kode 1