commit to user 23
memberikan interpretasi terhadap mitra tutur khususnya manakala yang terlibat dalam komunikasi adalah warga dari komunitas tutur yang berbeda.
h. Genre jenis tutur
Jenis  tutur  menunjuk  pada  jenis  kategori  kebahasaan  yang  sedang  dituturkan. Jenis  tutur  yang  menyangkut  kategori  wacana  misalnya  percakapan,  cerita,
pidato, dan semacamnya. Apabila tuturannya berbeda maka akan berbeda pula kode yang dipakai dalam bertutur Sarwiji Suwandi, 2008:99-100.
4. Ragam Bahasa Formal dan Informal
Menurut  Suwito  1992:13  “ketika  seseorang  berkomunikasi  dalam situasi tuturan yang tidak resmiinformal, atau dalam  tuturan yang bersifat intim
dan santai maka variasi bahasa yang digunakan adalah bahasa intim, bahasa santai atau ragam  bahasa  yang  bersifat  informal.  Bahasa seperti itu ditandai  antara lain
dengan munculnya bentuk-bentuk yang tidak lengkap, penanggalan afiks, susunan kalimat  yang  tidak  begitu  tertib,  sistem  fonologi  yang  kurang  teratur,  dan
pemilihan kata yang seenaknya”. Antara  fungsi  dan  situasi  pemakaian  bahasa  sangat  erat  hubungannya,
sebab  ragam  bahasa  mana  yang  sebaiknya  digunakan  dalam  suatu  peristiwa bergantung  kepada  situasinya.  Dalam  situasi  resmi  atau  formal  hendaknya
dipergunakan  ragam  bahasa  baku,  seperti  dalam  surat-menyurat  resmi, administrasi  pemerintahan  dan  sebagainya.  Sebaliknya,  dalam  situasi  yang  tidak
resmi  atau  informal  tidak  perlu  dipergunakan  ragam  baku,  seperti  situasi pembicaraan di dalam rumah, pinggir jalan, dan sebagainya Suwito, 1992:44
commit to user 24
Secara keseluruhan ragam baku itu hanya ada satu dalam sebuah bahasa. Dengan  kata  lain  ragam-ragam  selebihnya,  termasuk  dialek  adalah  ragam
nonbaku.  Dari  sudut  kebahasaan,  perbedaan  antara  baku  dan  nonbaku  tentu  ada dan  menyangkut  semua  komponen  bahasa,  yaitu  tata  bunyi,  tata  bentukan,  kosa
kata,  dan  tata  kalimat.  Berikut  ini  adalah  ciri-ciri  dari  ragam  baku  yang dikemukakan oleh Suwito 1992:49.
a. Ejaan : Ragam baku bahasa Indonesia ialah bahasa Indonesia yang tata cara
dan  tata  tertib  penulisannya  mengikuti  ejaan  bahasa  Indonesia  yang disempurnakan EYD.
b. Peristilahan :  Ragam  baku bahasa  Indonesia ialah bahasa  Indonesia  yang
cara  atau  tertib  pembentukan  istilahnya  berpedoman  kepada  pedoman umum pembentukan istilah bahasa Indonesia PUPI.
c. Kosa kata : beberapa kosa kata berikut menunjukkan ragam baku dan ragam
tidak baku kata-kata dalam bahasa Indonesia. -
Baku : bagaimana, mengapa, begini, begitu, memberi, membuat, pergi, tidak, sudah, dan sebagainya.
- Tidak  baku  :  gimana,  kenapa,  gini,  gitu,  kasih,  bikin,  tak,  udah,  dan
sebagainya. d.
Tata  bahasa  :  beberapa  bentuk  kata  dan  struktur  kalimat  dibawah  ini menunjukkan ragam baku dan tidak baku.
Baku -
Ia terus tertawa -
Kuliah sudah berjalan lagi -
Ayahnya mengatakan
begini Tidak baku
- Ia terus ketawa
- Kuliah udah jalan lagi
- Ayahnya ngatain gini
commit to user 25
e.  Lafal : lafal baku bahasa Indonesia ialah lafal bahasa Indonesia yang relatif bebas dari atau sedikit  mungkin diwarnai oleh lafal bahasa daerah atau dialek
setempat. Dalam setiap masyarakat bahasa, tidak ada seorang  pembicara pun yang
menggunakan satu ragam bahasa saja. Orang Indonesia yang mempunyai banyak bahasa,  banyak  ragam  bahasa,  serta  banyak  bahasa  daerah,  biasanya
menggunakan  ragam  bahasa  yang  banyak  pula,  tergantung  pada  bermacam- macam faktor dan situasi. Di dalam bahasa Indonesia tukar-menukar bahasa yang
digunakan  atau  kode  terjadi  dalam  berbagai  kesempatan.  Pada  kelanjutannya dalam  disiplin  ilmu  sosiolinguistik,  proses  penyisipan  unsur  bahasa  kedaerahan
dari satu bahasa ke dalam bahasa yang lain ini dikenal dengan adanya interferensi, alih kode, dan campur kode.
5.  Interferensi