commit to user 31
yang ketiga. Hal ini untuk netralisasi situasi dan sekaligus menghormati hadirnya orang ketiga tersebut.
d Pokok Pembicaraan Topik Pokok pembicaraan merupakan faktor dominan terciptanya sebuah alih
kode. Pokok pembicaraan atau topik dapat dibedakan menjadi dua; 1 pokok pembicaraan yang bersifat formal, misalnya: masalah kedinasan, keilmuan dsb. 2
pokok pembicaraan yang bersifat nonformal misalnya: kekeluargaan, persaudaraan, kesetiakawanan dsb.
e Untuk Membangkitkan Rasa Humor Alih kode kadang sering dimanfaatkan oleh guru, pemimpin rapat, dan
seorang pelawak untuk membangkitkan rasa humor sesorang. Tujuannya adalah untuk menyegarkan suasana yang mulai lesu. Alih kode demikian mungkin
berwujud alih varian, alih ragam atau alih gaya bicara. f Untuk Sekedar Bergengsi
Hal ini terjadi apabila baik faktor situasi, lawan bicara, topik dan faktor- faktor sosio-situasional yang lain sebenarnya tidak mengharuskan dia untuk
beralih kode. Dengan kata lain baik fungsi kontekstual maupun situasi relevansialnya tidak mendukung peralihan kodenya Suwito, 1991:85-87.
c. Campur kode 1
Pengertian Campur Kode
Pembicaraan mengenai alih kode biasanya diikuti dengan pembicaraan mengenai campur kode. Peristiwa alih kode dan campur kode merupakan hal yang
sering terjadi dalam kegiatan komunikasi, tidak saja di kalangan orang atau
commit to user 32
masyarakat bilingual, tetapi juga monolingual seperti yang terdapat dalam fenomena kebahasaan di dalam RCB.
Subyakto dalam Sarwiji Suwandi, 2008:87 menjelaskan campur kode “
ialah penggunaan dua bahasa atau lebih atau ragam bahasa secara santai antara orang-orang yang kita kenal dengan a
krab”. Selanjutnya, Kridalaksana dalam Sarwiji
Suwandi, 2008:87 menjelaskan “ campur kode antara lain berarti penggunaan satuan bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain untuk memperluas gaya
dan ragam bahasa, termasuk di dalam pemakaian kata, klausa, idiom, sapaan, dan sebagainya”.
2 Ciri-ciri Campur Kode
Ciri dari gejala campur kode adalah unsur-unsur bahasa atau variasi- variasinya yang menyisip di dalam bahasa lain tidak lagi mempunyai unsur
tersendiri. Unsur-unsur itu telah menyatu dengan bahasa yang disisipinya dan secara keseluruhan hanya mendukung satu fungsi. Dalam kondisi yang maksimal
campur kode merupakan konvergensi kebahasaan linguislistic convergen yang unsur-unsurnya berasal dari beberapa bahasa yang masing-masing telah
menanggalkan fungsinya dan mendukung fungsi bahasa yang disisipinya. Unsur yang demikian dapat dibedakan menjadi dua; 1 yang bersumber dari bahasa asli
dengan segala variasi-variasinya, yang selanjutnya campur kode dengan unsur- unsur golongan ini disebut campur kode ke dalam inner code mixing, 2
bersumber dari bahasa asing, yang selanjutnya campur kode dengan unsur-unsur golongan ini disebut campur kode ke luar outer code mixing Suwito, 1991:88-
89.
commit to user 33
Beberapa hal yang menjadi ciri dari campur kode yaitu; 1 penggunaan dua bahasa atau lebih, 2 berlangsung dalam situasi informal, santai atau akrab, 3
tidak ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut terjadinya campur kode, dan 4 campur kode itu dapat berupa pemakaian kata, klausa, idiom, sapaan,
dan sebagainya Suwandi, 2008:88.
3 Latar Belakang Terjadinya Campur Kode
Menurut Suwito 1991:90 latar belakang terjadinya campur kode pada dasarnya dapat dikategorikan menjadi dua tipe yaitu; tipe yang berlatar belakang
pada sikap attitudinal type dan tipe yang berlatar belakang kebahasaan linguistic type. Kedua tipe ini saling bergantung dan tidak jarang bertumpang
tindih overlap. Atas dasar latar belakang sikap dan kebahasaan yang saling bergantung dan bertumpang tindih seperti itu, dapat diidentifikasi beberapa alasan
atau penyebab yang mendorong terjadinya campur kode, alasan itu antara lain; a identifikasi peranan, b identifikasi ragam, dan c keinginan untuk menjelaskan
dan menafsirkan. Ukuran untuk identifikasi peranan adalah sosial, registral dan edukasional. Identifikasi ragam ditentukan oleh bahasa di mana seorang penutur
melakukan campur kode yang akan menempatkan dia di dalam hierarki status sosialnya. Sedangkan, keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan, tampak
karena campur kode juga menandai sikap dan hubungannya terhadap orang lain dan sikap dan hubungan orang lain terhadapnya.
commit to user 34
7. Penghilangan fonem dan Penambahan fonem