Tinjauan Pustaka LANDASAN TEORI

commit to user 12

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Lahan Lahan dapat diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Termasuk di dalamnya juga hasil kegiatan manusia di masa lampau dan sekarang seperti hasil reklamasi laut, pembersihan vegetasi, dan juga hasil yang merugikan seperti tanah yang tersalinasi FAO 1976 dalam Arsyad, 1989: 207. Penggunaan lahan land use diartikan sebagai setiap bentuk intervensi campurtangan manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materiil maupun spirituil. Arsyad, 1989: 207. Penggunaan lahan dapat dikelompokan ke dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. 2. Evaluasi Lahan Evaluasi lahan merupakan proses pendugaan potensi lahan untuk macam- macam alternatif penggunaannya Dent dan Young dalam Abdullah, 1993: 57. Evaluasi lahan melibatkan pelaksanaan survai atau penelitian bentuk bentang alam, sifat serta distribusi tanah, macam dan distribusi vegetasi beserta aspek- aspek lahan lainnya. Keseluruhan evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan membuat perbandingan dari macam-mcam pengunaan lahan yang memberikan harapan positif. Macam-macam penggunaan lahan ini dalam evaluasi lahan dikenal dengan LUT Land Utilization Type Abdullah, 1993: 57. Ada dua cara dalam mengevaluasi lahan yang pertama adalah evaluasi secara langsung, yakni lahan langsung dievaluasi dengan melalui percobaan- percobaan dan yang kedua evaluasi secara tidak langsung dimana dalam evaluasi 12 commit to user 13 ini diasumsikan bahwa tanah tertentu dan sifat-sifat lain yang terdapat pada suatu lokasi akan mempengaruhi keberhasilan suatu jenis pengunaan lahan tertentu. Evaluasi lahan terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap awal menentukan satuan pemetaan. Satuan pemetaan diartikan sebagai satuan terkecil yang digunakan untuk melakukan evaluasi lahan sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini satuan pemetaan yang digunakan adalah satuan lahan. Satuan lahan merupakan satuan wilayah dengan satu atau lebih karakteristik lahan tertentu yang dapat digambarkan dalam satuan peta. Evaluasi lahan sebagai penghubung antara berbagai aspek dan kualitas fisik, biologi dan teknologi penggunaan lahan dengan tujuan social ekonomi, kaitannya dengan tujuan tersebut perlu penetapan faktor-faktor penciri. Hubungan antara sifat lahan dan analisis social ekonomi serta penggunaan tergntung pada pendekatannya, yaitu pendekatan dua tahapan dan pendekatan sejajar FAO dalam Sitorus, 1998: 45. a. Pendekatan Dua Tahapan Two stage approach Pendekatan dua tahap terdiri atas tahap pertama adalah evaluasi lahan secara fisik, dan tahap yang kedua evaluasi lahan secara ekonomi. Pendekatan tersebut biasanya digunakan dalam inventarisasai sumber daya lahan baik untuk tujuan perencanaan makro, maupun untuk studi pengujian potensi produksi. FAO dalam Djaenudin, dkk, 2003: 15. b. Pendekatan Sejajar Paralel approach Dalam pendekatan paralel kegiatan evaluasi lahan secara fisik dan ekonomi dilakukan bersamaan paralel, atau dengan kata lain analisis ekonomi dan sosial dari jenis penggunaan lahan dilakukan serempak bersamaan dengan pengujian faktor-faktor fisik Djaenudin, dkk, 2003: 15. Secara skematik, pendekatan dua tahapan dan pendekatan sejajar untuk evaluasi lahan dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini. commit to user 15 Evaluasi kesesuaian mempunyai penekanan yang tajam, yaitu mencari lokasi yang mempunyai silat-silat positif dalam hubungannya dengan keberhasilan produksi atau penggunaannya Sitorus, 1998: 42. Land suitability analysis is the process of determining the fitness of a given tract of land for a defined use Steiner, McSherry et al. 2000. In other words, it is the process to determine whether the land resource is suitable for some specific uses and to determine the suitability level. In order to determine the most desirable direction for future development, the suitability for various land uses should be carefully studied with the aim of directing growth to the most appropriate sites. Establishing appropriate suitability factors is the construction of suitability analysis. Initially, suitability analysis was developed as a method for planners to connect spatially independent factors within the environment and, consequently to provide a more unitary view of their interactions. Suitability analysis techniques integrate three factors of an area: location, development activities, and environmental processes. These techniques can make planners, landscape architects and local decision-makers analyze factors interactions in various ways. Moreover, such suitability analysis enables elected officials and land managers to make decisions and establish policies in terms of the specific landuses. Al-Shalabi, 2006: 2 Kerangka atau struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO 1976 terdiri dari empat kategori yang merupakan tingkatan generalisasi yang bersifat meningkat sebagai berikut: a. Ordo kesesuaian lahan Order: menunjukkan jenis atau macam kesesuaian atau keadaan kesesuaian secara global umum. b. Kelas kesesuaian lahan Class: Menunjukkan tingkat kesesuaian dalam ordo. c. Subkelas kesesuaian lahan Sub-Class: menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan di dalam kelas. commit to user 16 d. Satuan kesesuaian lahan Unit: menunjukkan perbedaan-perbedaan kecil yang diperlukan dalam pengelolaan di dalam Subkelas. Penjelasan mengenai kategori sistem klasifikasi kesesuaian lahan dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Ordo Kesesuaian Lahan Land Suitability Order Kesesuaian pada tingkat ordo menunjukkan apakah lahan sesuai atau tidak sesuai apabila dipergunakan untuk maksud tertentu. Pada tingkat ordo kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai S dan lahan yang tergolong tidak sesuai N. 1 Ordo Sesuai Suitable Order S Lahan yang termasuk Ordo ini adalah lahan yang dapat dipergunakan untuk penggunaan tertentu secara lestari, tanpa atau sedikit resiko kerusakan terhadap sumberdaya lahannya. Keuntungan yang diharapkan dari hasil pemanfaatan lahan ini akan melebihi masukan input yang diberikan. 2 Ordo Tidak Sesuai Not Suitable OrderN Lahan yang termasuk dalam ordo tidak sesuai mempunyai pembatas sedemikian rupa sehingga mencegah terhadap suatu penggunaan tertentu secara lestari. b. Kelas Kesesuaian Lahan Land Suitability Class Kelas merupakan keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Pada tingkat kelas yang tergolong ordo sesuai S dibedakan kembali dalam tiga kelas, yaitu: lahan sangat sesuai S1, cukup sesuai S2, dan sesuai marginal S3. Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai N dibedakan dalam dua kelas, yaitu: lahan tidak sesuai saat ini N1 dan tidak sesuai permanen N2. 1 Kelas Sangat Sesuai Very Suitable Class S1 Lahan tidak mempunyai pembatas yang berat untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari, atau hanya mempunyai pembatas yang kurang berarti dan tidak mempengaruhi secara nyata terhadap produksi lahan tersebut, serta tidak menambah masukan input dari yang biasa dilakukan dalam mengusahakan lahan. commit to user 17 2 Kelas Cukup Sesuai Adequate Suitable Class S2 Lahan mempunyai faktor pembatas agak berat. Berpengaruh terhadap produktivitas lahan tersebut, memerlukan tambahan masukan input. Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani. 3 Kelas Sesuai Marginal Marginaly Suitable Class S3 Lahan yang mempunyai faktor pembatas sangat berat apabila dipergunakan untuk penggunaan tertentu yang lestari. Faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Diperlukan modal tinggi untuk mengatasi faktor pembatas pada S3, sehingga perlu bantuan dari investasi pemerintah atau pihak swasta. 4 Kelas Tidak Sesuai Saat Ini N1 Lahan yang mempunyai pembatas dengan tingkat sangat berat, akan tetapi masih memungkinkan untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan saat ini dengan biaya yang rasional. 5 Kelas Tidak Sesuai Permanen N2 Lahan yang mempunyai pembatas sangat berat, sehingga tidak mungkin untuk dipergunakan terhadap suatu penggunaan tertentu yang lestari. c. Subkelas Kesesuaian Lahan Land Suitability Sub-Class Kesesuaian lahan pada tingkat subkelas adalah tingkat kesesuaian lahan yang mencerminkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam suatu tingkatan kelas. Dengan kata lain subkelas merupakan keadaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan dibedakan manjasi subkelas berdasarkan kualitas dan karakteristik lahan yang menjadi faktor pembatas terberat. Jenis pembatas tersebut ditunjukkan dengan simbol huruf kecil yang diletakkan di belakang simbol kelas. d. Satuan Kesesuaian Lahan Land Suitability Unit Kesesuaian lahan pada tingkat unit merupakan keadaan tingkatan dalam subkelas kesesuaian lahan, yang didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaannya. Semua unit yang berada dalam satu subkelas commit to user 18 mempunyai tingkatan yang sama dalam kelas dan mempunyai jenis pembatas yang sama pada tingkatan subkelas. Unit yang satu berbeda dengan unit yang lainnya dalam sifat-sifat atau aspek tambahan dari pengelolaan yang diperlukan dan sering merupakan perbedaan detail dari faktor pembatasnya Djaenudin dkk, 2003: 14. Kerangka ini disusun terutama untuk negara-negara berkembang, walaupun dapat juga digunakan untuk negara-negara yang lebih maju Sitorus, 1998: 49. Bagi keperluan evaluasi lahan di negara-negara sedang berkembang, maka sangat bermanfaat adanya pemisahan antara kesesuaian sekarang current suitability dan kesesuaian potensial FAO dalam Sitorus 1998: 49. Klasifikasi kesesuaian sekarang menunjukan kesesuaian terhadap penggunaan lahan yang ditentukan dalam keadaan sekarang, tanpa ada perbaikan yang berarti. Oleh karena itu klasifikasi kesesuaian ini dapat merupakan penggunaan lahan sekarang, baik dengan tindakan pengelolaan sekarang ini atau tindakan yang diperbaiki atau pada penggunaan lain Sitorus, 1998: 49. Klasifikasi kesesuaian potensial menunjukkan kesesuaian terhadap penggunaan lahan yang ditentukan dari satuan lahan dalam keadaan yang akan datang setelah diadakan perbaikan utama tertentu yang diperlukan. Dalam hal ini perlu diperinci faktor-faktor ekonomis yang disertakan dalam menduga biaya yang diperlukan untuk perbaikan-perbaikan tersebut Sitorus, 1998: 50. 4. Kualitas dan Karakteristik Lahan a. Kualitas Lahan Kualitas tanah merupakan hasil interaksi antara karakteristik tanah, penggunaan tanahnya, dan keadaan lingkungannya Darmawijaya, 1992: 272. FAO dalam Sitorus 1995: 5 mendefinisikan kualitas lahan adalah suatu sifat lahan yang komplek atau sifat komposit yang sesuai untuk suatu penggunaan yang ditentukan oleh seperangkat karakteristik lahan yang berinteraksi. commit to user 19 1 Suhu Temperatur Udara t Suhutemperatur suatu daerah dipengaruhi oleh ketinggian tempat tersebut. Temperatur udara rata-rata dihitung dengan menggunakan rumus Braak yaitu: Keterangan:  26,3 ºC = temperatur rata-rata di permukaan air laut tropis.  h = ketinggian tempat dari permukaan laut dalam 100 meter. Arsyad, 1989: 223 2 Ketersediaan Air w Ketersediaan air terdiri dari: a Jumlah Bulan Kering Jumlah bulan kering yang dihitung berdasarkan curah hujan bulanan yang kurang dari 60 mm selama satu tahun. Tabel 5. Klasifikasi Bulan Kering dan Bulan Basah. No. Kelas Curah Hujan mmbln 1. Bulan Kering 60 2. Bulan Basah ≥ 100 Sumber: Mohr dalam Kartasapoetra, 1991: 28 b Hujan Tahunan Rata-Rata Merupakan rata-rata curah hujan dalam periode sepuluh tahun yang dinyatakan dalam mm. 3 Keadaan Perakaran a Drainase Tanah Keadaan mudah tidaknya air hilang dari permukaan tanah yang mengalir melalui aliran-aliran permukaan atau melalui peresapan kedalam tanah. T = 26,3 ºC – 0,61 h commit to user 21 Dalam sistem USDA, dikenal 4 kelas kedalaman efektif yang juga dipakai di Indonesia Utomo, 1989: 57 yaitu: k0 : dalam, jika kedalaman 90 cm k1 : sedang, jika kedalaman 50-90 cm k2 : dangkal, jika kedalaman 25-50 cm k3 : sangat dangkal, jika kedalaman 25cm 4 Retensi Hara Retensi hara terdiri dari: a Kapasitas Tukar Kation KTK Kapasitas Tukar Kation suatu tanah dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan koloid tanah menyerap dan mempertukarkan kation Hakim dkk, 1986: 166. Kapasitas Tukar Kation menggambarkan jumlah atau besarnya kation yang dapat dipertukarkan, sehingga semakin besar nilai KTK maka semakin banyak kation yang dapat dipertukarkan sehingga ketersediaan hara tanaman akan semakin meningkat Wahyuningrum, 2003: 17. KTK ditentukan dengan menganalisis contoh tanah di laboratorium. Tabel 7. Klasifikasi KTK. No. Kelas KTK mg 100g 1. Sangat rendah 5 2. Rendah 5 – 16 3. Sedang 17 – 24 4. Tinggi 25-40 5. Sangat tinggi 40 Sumber: Staf Pusat Penelitian Tanah 1983 dalam Wahyuningrum, 2003: 29. b pH tanah. Derajat keasaman dan kebasaan tanah yang diukur berdasarkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen yang terlarut dalam tanah dan tanah yang sangat asam sebagai pembatas. Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan kertas indikator pH tanah pada setiap sampel yang ada di setiap commit to user 22 satuan lahan. Klasifikasi besaran pH tanah dari tingkatan sangat masam hingga Alkalis dapat dilihat dalam Tabel 8 berikut ini. Tabel 8. Klasifikasi pH Tanah. No. Kelas pH 1. Sangat Masam 4,5 2. Masam 4,5 – 5,5 3. Agak Masam 5,6 – 6,5 4. Netral 6,6 - 7,5 5. Agak Alkalis 7,6 – 8,5 6. Alkalis 8,5 Sumber: Staf Pusat Penelitian Tanah 1983 dalam Wahyuningrum, 2003: 29. 5 Ketersediaan Hara Penggunaan tanah untuk tanaman tebu dan kacang tanah menyebabkan perubahan berbagai proses kimia dan mikrobiologi dalam tanah tersebut. Aktivitas mikrobiologi tidak hanya mempengaruhi proses transformasi senyawa-senyawa organik dan anorganik, tetapi juga mempengaruhi kemasaman dan potensial redoks tanah yoshida, 1978 dalam Sarwono, 2005 : 137. Berikut ini disajikan kriteria kandungan unsur kimia yang nantinya akan dianalisis unntuk mengetahui subkelas kesesuaian lahan. Ketersediaan hara terdiri dari: a Nitrogen Total N Total Kandungan Nitrogen dalam tanah pengukurannya dilakukan di laboratorium dan dinyatakan dalam persen. Tabel 9. Klasifikasi Nitrogen Total. No Kelas Nitrogen Total 1. Sangat rendah 0,01 2. Rendah 0,10 - 0,20 3. Sedang 0,21 – 0,50 4. Tinggi 0,51 – 0,75 5. Sangat tinggi 0,75 Sumber: Staf Pusat Penelitian Tanah 1983 dalam Wahyuningrum, 2003: 29 commit to user 28 5. Kesesuaian Lahan Sekarang Aktual Kesesuaian lahan sekarang aktual menunjukkan kesesuaian terhadap penggunaan lahan yang ditentukan dalam keadaan sekarang, tanpa ada perbaikan yang berarti Sitorus, 1995: 49. 6. Kesesuain Lahan Potensial Kesesuaian lahan potensial menunjukkan kesesuaian terhadap penggunaan lahan yang ditentukan dari satuan lahan dalam keadaan yang akan datang setelah diadakan perbaikan utama tertentu yang diperlukan Sitorus, 1995: 50. FAO 1976 dalam Sitorus 1995: 50 mengemukakan dalam proses evaluasi lahan, daerah studi sebaiknya dibagi ke dalam satuan-satuan lahan evaluasi atau satuan-satuan pemetaan lahan yang diharapkan akan memberikan respons yang sama dalam hubungannya dengan tipe penggunaan lahan tertentu. 7. Tebu Saccharum officinarum Tebu Saccharum officinarum adalah tanaman yang hanya dapat tumbuh di daerah beriklim subtropis dan tropis. Pada awalnya orang menduga bahwa tanaman tebu berasal dari India yaitu di wilayah sungai Gangga dan Indra. Hal ini diperoleh berdasarkan tulisan-tulisan dalam buku-buku kuno bangsa Hindu yang menyebutkan adanya tanaman tebu di daerah-daerah tersebut. Namun ada pula dugaan bahwa tanaman tebu berasal dari kepulauan Polynesia termasuk pulau- pulau di Indonesia bagian timur, karena di daerah ini lebih banyak ditemukan jenis tanaman tebu. Belum ada kepastian dari dua dugaan tersebut, yang dapat dipastikan adalah bahwa tanaman tebu sudah berabad-abad dikenal orang Indonesia. Seorang bangsa Tiong Hoa yang singgah di Jawa pada tahun 400 menuliskan di buku perjalanannya tentang penduduk Jawa yang sudah menanam tebu Adisewojo 1971 dalam Yukamgo, 2007: 104. Tanaman tebu termasuk golongan tanaman yang tumbuh di daerah beriklim sedang sampai panas, yaitu terletak di antara 40º LU dan 38º LS. Selama masih dalam fase pertumbuhan, tanaman tebu membutuhkan banyak air akan commit to user 29 tetapi setelah tua 6-8 bulan dan pada saat proses pemasakanpanen 12-14 bulan tanaman tebu membutuhkan bulan kering dan ini sebaiknya tiba pada saat berakhirnya pertumbuhan vegetatif. Bila musim kering tiba sebelum pertumbuhan vegetatif berakhir, maka tanaman tebu yang tidak diairi akan mati sebelum mencapai tingkat masak, sebaliknya bila hujan turun terus-menerus maka pertumbuhan vegetatif tebu tetap giat, sehingga tidak mencapai kadar gula tertinggi. Di tempat-tempat yang dekat dengan garis khatulistiwa yang pada umumnya perbedaan antara musim hujan dan musim kemarau tidak jelas tanaman tebu sulit dibudidayakan Soepardiman 1996 dalam Yukamgo, 2007: 104. Tebu merupakan tanaman Graminae atau rumput-rumputan yang ditanam untuk bahan baku pembuatan gula. Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi sebagian besar penduduk dunia. Dari waktu ke waktu, industri gula selalu menghadapi berbagai masalah, sehingga produksinya belum mampu mengimbangi besarnya permintaan masyarakat rumah tangga dan industri. Meningkatnya konsumsi gula dari tahun ke tahun disebabkan oleh pertambahan penduduk, peningkatan pendapatan penduduk dan bertambahnya penduduk yang memerlukan bahan baku berupa gula Anonim 2004 dalam Yukamgo, 2007: 103. Di Indonesia tanaman tebu ditanam di berbagai jenis tanah, misalnya tanah pasir, tanah lempung, tanah masam, dan tanah garaman pasir pantai Adisewojo, 1971. Sifat dan keadaan tanah tentu saja mempunyai pengaruh atas tumbuhnya tanaman dan kadar gulanya dalam batang tebu. Hal yang harus diperhatikan adalah tanah harus subur, gembur, kemampuan menahan air, infiltrasi, dan permeabilitasnya baik. Di dataran yang terlalu tinggi lebih dari 1300 meter di atas permukaan laut pertumbuhan tanaman tebu sangat lambat dan produksi gulanya rendah Richard 2005 dalam Yukamgo, 2007: 105. commit to user 31 Tabel 17. Kriteria Klasifikasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Tebu. NO Kualitas karakteristik Lahan Kelas Kesesuaian Lahan S1 S2 S3 N1 N2 1. Temperatur t - Rata-rata tahunan C 24-30 30-32 22 - 24 32-34 21 - 22 Td 34 21 2. Ketersediaan Air w - Bulan Kering 75 mm - Curah Hujan tahun mm - LGP hari 3 – 4 1500 – 2500 230 – 250 2 – 3 1300 – 1500 210 – 230 250 – 300 4-5 2500 – 3000 1000 - 1300 100 – 210 300 - 320 180 340 5 2 3000 1000 180 360 3. Media Perakaran r - Drainase Tanah - Tekstur - Kedalaman efektif cm Baik SL, L, SCL, SiL, Si, CL, SiCL 75 Sedang LS, SC, SiC, C 55 – 75 Agak terhambat, agak cepat Str C 40 - 55 Terhambat, cepat 30 - 40 Sangat Cepat, sangat terhambat Kerikil, pasir 30 4. Retensi Hara f - KTK - pH tanah permukaan ≥ Tinggi 6,5-7,0 Sedang 7,0-7,5 5,5 - 6,5 Rendah 8,0-8,5 4,0-4,0 - 8,5 4,0 5. Hara Tersedia n - N Total - P 2 O 5 - K 2 O ≥ Sedang ≥ Tinggi Tinggi Rendah Sedang Sedang Sangat Rendah Sangat Rendah Sangat Rendah - - 6. Terrain Potensi Mekanisasi sm Lereng Batuan permukaan Singkapan Batuan 8 3 2 8 - 15 3 - 15 2 – 10 15 - 20 15 - 40 10 – 25 20 Td 25 – 40 20 40 40 7. Tingkat Bahaya Erosi e SR R S B SB 8. Bhaya Banjir b Fo F2 F3 F4 F4 Sumber : Djaenudin dkk, 1994 : 37 Keterangan:  Td : Tidak Berlaku  S : Pasir  Str C : Liat Berstruktur  Si : Debu  Liat Masif : Liat dari tipe 2 : 1 Vertisol  L : Lempung commit to user 32 8. Industri Gula Industri gula adalah salah satu industri bidang pertanian yang secara nyata memerlukan keterpaduan antara agribisnis dan agroindustri. Indonesia semula terkenal sebagai negara pengekspor gula yang cukup besar dan diperhitungkan di dunia, tetapi saat ini justru berubah menjadi negara pengimpor gula dalam jumlah cukup besar. Impor gula tahun 2000 mencapai tidak kurang dari 1,5 juta ton untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Bahkan beberapa sumber menyatakan bahwa impor gula yang terjadi lebih besar dari angka resmi. Hal ini terjadi karena produksi gula dalam negeri hanya sekitar 1,69 juta ton. Penurunan produksi gula di Indonesia merupakan suatu akibat dari proses yang kompleks, baik dari segi sosial, ekonomi, teknologi, dan kebijakan. Untuk itu perlu suatu penanganan yang komprehensif dalam mengatasi masalah produksi gula. Berbagai aspek dan berbagai kepentingan terlibat dalam proses penurunan produksi gula dalam negeri. Masuknya gula dari luar negeri dengan harga yang lebih rendah dari harga produksi dalam negeri, menyebabkan produksi gula nasional kurang mampu bersaing. Harga gula internasional terus bergerak hingga diatas batas psikologis US 300. Harga gula internasional tersebut berdampak nyata pada harga eceran di pasar dalam negeri hingga mencapai Rp. 5.000,- sampai dengan Rp. 6.000,-kg Kompas, 2005. Rendahnya efisiensi teknik dan efisiensi ekonomi menyebabkan harga gula produksi dalam negeri menjadi mahal. Pulau Jawa yang semula sebagai sentral produksi gula nasional saat ini posisinya semakin bergeser dengan semakin sulitnya diperoleh lahan yang memadai untuk areal produksi tebu. Lahan yang memiliki sifat sesuai untuk tebu lebih banyak digunakan untuk komoditi lain yang lebih menguntungkan dibanding tebu. Kurangnya modal petani dan sering terlambatnya pencairan kredit semakin menambah rendahnya mutu penerapan teknologi tebu. Industri gula merupakan industri yang sangat penting strategis karena komoditi gula termasuk dalam Sembilan bahan pokok masyarakat yang commit to user 33 permintaannya cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan permintaan gula untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dapat terlihat dari total konsumsi gula nasional. 9. Kacang Tanah Arachis hypogaea. L Kacang tanah yang ada di Indonesia semula berasal dari benua Amerika. Pemasukan ke Indonesia pertama-tama diperkirakan dibawa oleh pedagang- pedagang Spanyol, sewaktu melakukan pelayarannya dari Mexico ke Maluku setelah tabun 1597. Pada tahun 1863 HOLLE memasukkan Kacang Tanah dari Inggris dan pada tahun 1864 SCHEFFER memasukkan pula Kacang Tanah dari Mesir. Jenis tanaman kacang tanah yang ada di Indonesia ada 2 dua tipe yaitu: a. Tipe tegak Jenis Kacang ini tumbuh lurus atau sedikit miring keatas, buahnya terdapat pada ruas-ruas dekat rumpun, umumnya pendek genjah dan kemasakan buahnya serempak. b. Tipe menjalar Jenis ini tumbuh kearah samping, batang utama berukuran panjang, buah terdapat pada ruas-ruas yang berdekatan dengan tanah dan umumnya berumur panjang. Sebagai tanaman budidaya, kacang tanah terutama dipanen bijinya yang kaya protein dan lemak. Biji dapat dimakan mentah, direbus, digoreng, atau disangrai. Adapun kegunaan dari kacang tanah dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Biji Biji kacang tanah mengandung zat-zat yang berguna berisikan senyawa- senyawa tertentu yang sangat dibutuhkan tubuh manusia untuk kelangsungan hidupnya. Biji kacang tanah memiliki kandungan protein sekitar 25-30 , karbohidrat 12 dan minyak 40-50 AAK, 1995: 10 dalam Purwani, 2008: 30. commit to user 35 Tabel 18. Kriteria Klasifikasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah. NO Kualitas karakteristik Lahan Kelas Kesesuaian Lahan S1 S2 S3 N1 N2 1. Temperatur t - Rata-rata tahunan C 25-27 27-30 20- 25 30-34 18 - 20 Td 34 18 2. Ketersediaan Air w - Bulan Kering 75 mm - Curah Hujan tahun mm 8 900-2000 8-9 2000-3000 9-9,5 3000 Td Td 9,5 250 3. Media Perakaran r - Drainase Tanah - Tekstur - Kedalaman efektif cm Baik, agak cepat L, SCL, SiL, CL 50 Sedang, agak cepat LS, SiL, Si 30-50 Terhambat CL, SiCL, SC, SiC, Str C, C 15-30 Sangat terhambat, terhambat Td Td Sangat Cepat Kerikil, pasir 15 4. Retensi Hara f - KTK - pH tanah permukaan ≥ Sedang 6,0-7,0 Rendah 7,0-7,5 5,5 - 6,0 Sangat Rendah 7,5-8,0 5,0-5,5 Td 8,0-8,5 4,0-5,0 Td 8,5 4,0 5. Hara Tersedia n - N Total - P 2 O 5 - K 2 O ≥ Sedang Tinggi Rendah- sangat Rendah Rendah Sedang Rendah Sangat Rendah Sangat Rendah - - - - - 6. Terrain Potensi Mekanisasi sm Lereng Batuan permukaan Singkapan Batuan 3 3 2 3 - 8 3 - 15 2 – 10 8 - 15 15 - 40 10 – 25 15 - 25 Td 25 – 40 25 40 40 7. Tingkat Bahaya Erosi e SR R S B SB 8. Bhaya Banjir b F0 F2 F3 F4 F4 Sumber : Djaenudin dkk, 1994 : 21 Keterangan:  Td : Tidak Berlaku  S : Pasir  Str C : Liat Berstruktur  Si : Debu  Liat Masif : Liat dari tipe 2 : 1 Vertisol  L : Lempung commit to user 36 10. Metode Evaluasi Lahan Metode evaluasi lahan adalah cara mengetahui potensi atau nilai dari suatu areal untuk penggunaan tertentu. Menurut Jamulya 1992: 1, terdapat tiga metode dalam mengadakan evaluasi lahan, yaitu: a. Metode Pemerian description Metode pemerian dilaksanakan dengan menguraikan kelas-kelas kesesuaian lahan dalam bentuk kalimat. Dalam metode ini juga menggunakan pembandingan antara kualitas dan karakteristik lahan dengan kriteria kelas kesesuaian lahan, tetapi dianalisis dengan deskripsi sugestif. Analisis deskripsi sugestif adalah pemberian suatu gambaran yang meyakinkan tentang kualitas dan karakteristik lahan sehingga tercipta suatu penghayatan tentang potensi lahan yang sedang dievaluasi. b. Metode Pengharkatan Scoring Metode Pengharkatan merupakan suatu cara untuk menilai potensi lahan dengan jalan memberikan harkat pada setiap parameter lahan, sehingga diperoleh kelas kesesuaian lahan berdasarkan perhitungan harkat dari setiap parameter lahan. Terdapat dua macam teknik pengharkatan yaitu: 1 Teknik penjumlahanPengurangan, teknik ini dilakukan dengan menjumlahkan atau mengurangi harkat setiap parameter lahan. 2 Teknik perkalianpembagian sistem indeks dilakukan dengan mengalikan atau membagi harkat setiap parameter lahan. Dari kedua teknik tersebut akan diperoleh suatu nilai atau indeks tertentu yang menunjukkan kelas kesesuaian lahan. c. Metode Pembandingan Matching Metode pembandingan ini merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi kesesuaian lahan dengan jalan mencocokan serta membandingkan antara kualitas dan karakteristik lahan dengan kriteria kesesuaian lahan, sehingga diperoleh potensi yang ada pada satuan lahan tertentu. Metode matching umumnya dilakukan melalui teknik tabularis. Kualitas dan karakteristik yang diperoleh dari lapangan diinventarisasi dalam bentuk tabel. Tabel kualitas dan karakteristik lahan ini kemudian dibandingkan dengan tabel kriteria kelas commit to user 37 kesesuaian lahan untuk keperluan tertentu. Dari pembandingan tersebut diperoleh potensi suatu satuan lahan tertentu pada kelas kesesuaian lahan tertentu. Selain diperoleh kelas kesesuaian lahan pada masing-masing satuan lahan, juga diperoleh besaran dan jenis faktor pembatas pada subkelas kesesuaian lahan. Setelah subkelas kesesuaian lahan diketahui maka dapat ditentukan tindakan pengelolaan pada setiap satuan lahan. Dengan demikian, dapat ditentukan unit kesesuaian lahannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pencocokan matching, antara kualitas dan karakteristik lahan dengan syarat tumbuh tanaman tebu. 11. Satuan Lahan Satuan lahan merupakan kelompok dari lokasi yang berhubungan, mempunyai bentuk lahan tertentu di dalam sistem; dan seluruh satuan lahan yang sama tersebar akan mempunyai asosiasi lokasi yang sama pula Sitorus 1995 : 93. Satuan lahan digunakan untuk satuan analisis subkelas kesesuaian lahan yaitu untuk mendapatkan kualitas dan karakteristik di lapangan. Data yang diperoleh di lapangan dan analisis laboratorium kemudian dianalisis dengan tu juan agar dapat diketahui faktor apa saja yang menjadi faktor penghambat sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman tebu dan kacang tanah. 12. Produktivitas Tanaman Produktivitas lahan merupakan kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tertentu suatu tanaman dibawah suatu sistem pengelolaan lahan tertentu. Suatu lahan dapat menghasilkan suatu produk tanaman yang baik dan menguntungkan maka lahan dikatakan produktif. Produktivitas lahan merupakan perwujudan dari faktor lahan dan non lahan yang mempengaruhi hasil tanaman. Produktivitas merupakan tujuan utama usaha tani. Suatu rumah tangga petani mempunyai berbagai kebutuhan untuk konsumsi, kesehatan, perumahan, pendidikan, keamanan, hubungan sosial, dan lain-lain. Jika verietas modern commit to user 38 menghasilkan panenan yang lebih tinggi daripada varietas tradisional, maka petani akan memilih varietas modern untuk dijual tetapi varietas tradisional untuk dikonsumsi sendiri karena varietas tradisional terasa lebih enak dan mengalami penyusutan yang lebih sedikit dalam penyimpanan dan pengolahan. Analisis data produksi dilakukan untuk menentukan tingkat produktivitas tanaman tebu dan kacang tanah. Unit analisis tingkat produksi tanaman tebu dan kacang tanah adalah satuan lahan . Klasifikasi tingkat produksi tanaman jagung dalam penelitian ini tidak mendasarkan pada standarisasi tertentu tidak ada standar baku, mela i nkan dengan kaidah umum klasifikasi data mendasarkan range data tertinggi dan terendah. Produktivitas tanaman tebu dan jagung dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: Produktivitas = Jumlah Produksi ton Luas Lahan Panen Ha Dalam menentukan pengambilan sampel untuk mengetahui jumlah produksi tiap satuan lahan, diambil melalui teknik wawancara terstruktur kepada penduduk petani tebu dan kacang tanah yang ada di tiap-tiap satuan lahan. Oleh karena satuan analisisnya berupa satuan lahan, maka untuk menentukan pengambilan populasi sampel produksi tanaman tebu dan kacang tanah dihitung pada tiap-tiap satuan lahan yang pengguanaan lahannya berupa sawah, tegalan, kebun dan semak. Sedangkan untuk penggunaan lahan yang berupa permukiman diabaikan dan untuk satuan lahan yang belum pernah ditanami tanaman tebu atau kacang tanah digeneralisasi dengan satuan lahan terdekatnya. 13. Konservasi Tanah Konservasi tanah diartikan sebagai sebagai setiap penempatan bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang adiperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah Arsyad, 1989: 29. commit to user 39 Metode konservasi tanah dikelompokkan menjadi tiga golongan utama, yaitu: a. Metode vegetatif Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman atau tumbuhan dan sisa- sisanya untuk mengurangi daya rusak hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan daya rusak aliran permukaan dan erosi. Jenis tanaman atau vegetasi dan penggunaan tanah mempunyai efisiensi yang berlainan dalam konservasi tanah. Efisiensi tertinggi diberikan oleh vegetasi permanen kemudian berkurang berturut-turut pada padang rumput campuran antara rumput dengan leguminosa, legiminosa berbiji halus dan seterusnya Arsyad, 1989:113. b. Metode mekanik Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanis yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi, dan meningkatkan kemampuan penggunaan tanah Arsyad, 1989: 118. c. Metode kimia Metode kimia dalam konservasi tanah adalah penggunaan preparat kimia sintetis atau alami. Menjelang tahun 1950-an telah dikembangkan preparat- preparat kimia yang dipergunakan untuk pembentukan struktur tanah yang stabil. Preparat kimia tersebut secara umum dinamai soil conditioner pemantap struktur tanah Arsyad, 1989: 157. 14. Sistem Informasi Geografis SIG The potential of land for agricultural use is determined by an evaluation of the climate, soil and topographical environmental components and the understanding of local biophysical restraints. This evaluation is an essential step for the development of agriculture. It is necessary to assess the land suitability for rapeseed cultivation in the area by integrating various kinds of information with spatial analysis technique. The results of land suitability assessment presented in the form of map and report are meaningful to a local user. Geographic Information System GIS has the ability to perform numerous tasks utilizing both commit to user 40 spatial and attribute data. One of the most useful features of GIS is the ability to overlay different layers or maps. Pirbalouti, 2009: 837 Sistem Informasi Geografis merupakan suatu sistem analisis yang digunakan untuk operasi analisa data spasial. Data spasial merupakan data yang saling berkaitan dengan suatu tempat Locational dan terdiri dari dua bentuk yaitu grafis dan data atribut yang menerangkan data grafis tersebut. Wahyuningrum, 2003: 39. Sistem Informasi Geografis SIG adalah suatu sistem yang berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi- informasi geografis Aronoff, 1989 dalam Prahasta, 2002: 55. Sistem Informasi Geografis adalah sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan data capturing, menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan data-data yang berhubungan dengan posisi-posisi di permukaan bumi Prahasta, 2002: 54. Dengan fasilitas SIG, data yang dimasukkan ke dalam sistem dapat dipanggil kembali dan dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Melakukan perubahan keadaan yang terjadi, terutama pada faktor-faktor yang dinamis, dapat langsung dengan mudah dilakukan. Data spasial dan atribut tersebut disimpan dalam sub sistem DBMS Data Base Management System, sehingga dapat dihindarkan tampilan data dihindarkan tampilan data yang tidak menunjang proses perencanaan. SIG dibutuhkan untuk menangani data spasial yang sangat sulit, terutama dikarenakan peta dan data statistik cepat mengalami kadaluarsa sehingga tidak ada pelayanan penyedia data. Hal ini berakibat informasi yang diberikan menjadi tidak akurat. Berikut keistimewaan analisa melalui Sistem Informasi Geografis: a. Analisa Proximity Analisa proximity merupakan analisa geografis yang berbasis jarak antar layer. Dalam analisis proximity SIG menggunakan proses yang disebut buffering membangun lapisan pendukung sekitar layer dalam jarak tertentu untuk menentukan dekatnya hubungan antar sifat bagian yang ada. b. Analisa Overlay commit to user 41 Proses integrasi data dari lapisan-lapisan layer yang berbeda disebut dengan overlay. Secara analisa membutuhkan lebih dari satu layer yang akan ditumpang susun secara fisik agar bisa dianalisa secara visual. Layer yang dibutuhkan dapat hanya terdiri dari dua peta atau lebih, hal ini tergantung pada tujuan penggunaan peta. Perbandingan kemampuan analisis menggunakan SIG dengan pengerjaan secara manual dapat dilihat pada Tabel 19 sebagai berikut. Tabel 19. Perbandingan kemampuan analisis menggunakan SIG dengan pengerjaan secara manual Peta SIG Pekerjaan Manual Penyimpanan Database Digital Baku dan terpadu Skala dan standar berbeda Pemanggilan kembali Sistematik Mahal dan memakan waktu Analisa Overlay Sangat cepat Memakan waktu dan tenaga Analisa Spasial Mudah Rumit Penayangan Murah dan cepat Mahal Sumber: Charter dkk, 2004: 8 Software yang digunakan Sistem Informasi Geografis adalah Raster 2 Vector R2V, Arc Info dan Arc View Seri 3.3. Ketiga aplikasi Software tersebut bekerja secara urut dan sistematis dalam pengolahan data spasial. Sistem Informasi Geografis berperan sebagai alat untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan yang akan dihasilkan Output yang berupa peta– peta tematik sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis yang digunakan adalah fungsi klasifikasi penumpangsusunan overlay. Pada tahap awal analisis overlay untuk memproduksi peta tematik berupa peta satuan lahan yang dijadikan sebagai peta tentatif.

B. Penelitian yang Relevan