commit to user 65
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Fisik Daerah Penelitian
1. Letak Batas, dan Luas Letak Kecamatan Jenar secara astronomis berdasarkan pada Peta Rupa
Bumi Indonesia Skala 1 : 25.000 Tahun 2003, yang diterbitkan oleh Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional Bakosurtanal berada diantara
07°14 ′50″ LS – 07°21′32″ LS
dan
111°03 ′34″ BT – 111°09′19″ BT
.
Batas administrasi Kecamatan Jenar adalah sebagai berikut:
- Sebelah timur : Provinsi Jawa Timur
- Sebelah selatan : Kecamatan Sambungmacan
- Sebelah barat : Kecamatan Tangen
- Sebelah utara : Kabupaten Grobogan.
Kecamatan Jenar terdiri atas 7 desa antara lain: Desa Japoh, Desa Ngepringan, Desa Mlale, Desa Dawung, Desa
Kandangsapi, Desa Jenar, dan Desa Banyurip. Mata air Bengawan Solo yang berasal dari Gua Gilap dan bermuara di
Ujung Pangkah telah membelah daerah Kabupaten Sragen menjadi dua yaitu Utara Bengawan dan Selatan Bengawan. Kondisi masing-masing Utara Bengawan
dan Selatan Bengawan berbeda. Kecamatan Jenar merupakan bagian dari wilayah Utara Bengawan. Kecamatan Jenar memiliki luas 6.397,24 Ha, jumlah dan luas
masing-masing desa dapat dilihat pada Tabel 24 berikut.
65
commit to user 67
Peta 1. Administrasi Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen Tahun 2010
commit to user 68
2. Iklim Iklim adalah rata - rata cuaca di suatu tempat atau daerah yang luas serta
berlangsung dalam waktu yang lama sedikitnya sepuluh tahun. Cuaca adalah keadaan udara di suatu tempat yang sempit selalu berubah- ubah di setiap waktu.
Pengamatan cuaca dilakukan di stasiun-stasiun pengamatan observatorium meteorologi.
Tipe iklim di daerah penelitian didasarkan pada tipe iklim menurut Koppen dan tipe iklim menurut Schmitd dan Ferguson, terdapat tiga unsur yang
menjadi faktor penentu iklim yaitu temperatur, angin, dan curah hujan. Dalam penelitian ini untuk menentukan tipe curah hujan hanya menggunakan dua faktor
yaitu temperatur dan curah hujan. Mengingat di Kecamatan Jenar tidak terdapat stasiun pencatat curah hujan maka data diambilkan dari stasiun pencatat curah
hujan terdekat yaitu stasiun Ketro yang terletak di Kecamatan Tanon. a. Temperatur
Temperatur rata-rata Kecamatan Jenar belum diketahui, untuk mengetahui suhu rata-rata di daerah penelitian dilakukan dengan cara penghitungan
menggunakan rumus Braak Braak dalam Arsyad, 1989: 223, dalam hal ini ketinggian daerah penelitian sebagai penentu suhu rata-rata daerah penelitian.
Berdasarkan pada Peta Rupa Bumi digital Indonesia, Kecamatan Jenar berada pada ketinggian 62-163 m dari permukaan air laut.
Rumus Braak:
t = 26,3 C – 0,61 h
Keterangan : t
: Suhu udara rata – rata 26,3
C : Temperatur rata-rata di permukaan air laut tropis h
: Ketinggian tempat yang dinyatakan dalam ratusan meter. Diketahui
: h
min
= 0,62 h
max
= 1,6
commit to user 69
Dihitung : t
max
= 26,3 – 0,61 0,62 = 26,3 – 0,38 = 25,92 C
t
min
= 26,3 – 0,61 1,63 = 26,3 – 0,99 = 25,31 C
Maka temperatur tertinggi adalah 25,92 C dan temperatur terendah adalah 25,31
C.
b. Curah Hujan Data curah hujan Kecamatan Jenar diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum
Sub Dinas Pengairan Kabupaten Sragen. Mengingat di Kecamatan Jenar tidak terdapat stasiun pengamat curah hujan terdekat yaitu stasiun Ketro di Kecamatan
Tanon, dan dianggap dapat mewakili. Data yang diperoleh adalah data curah hujan harian
yang berlangsung selama 10 tahun 2000-2009. Dari hasil perhitungan curah hujan rata-rata bulan terendah selama 10 tahun 2000-2009 di
daerah penelitian sebesar 14,3 mmhari yang terjadi pada bulan Agustus. Curah hujan tertinggi rata-rata sebesar 311,9 mmhari yang terjadi pada bulan Januari.
Adapun besar curah hujan rata-rata tahunan untuk sepuluh tahun terakhir 2000- 2009 sebesar 1982,2 mmtahun. Data curah hujan tersebut dirangkum dalam
Tabel 25 berikut ini.
commit to user 71
c. Tipe Iklim Koppen 1 Tipe Iklim Koppen
Metode Koppen adalah metode klasifikasi iklim yang berdasarkan rata- rata curah hujan dan temperaturnya, baik temperatur bulanan maupun temperatur
tahunan. Metode ini membagi permukaan bumi ini menjadi 5 tipe iklim yaitu : iklim hujan tropika A, iklim kering B, iklim sedang C, iklim dingin D dan
iklim kutub E. Berdasarkan pembagian ini, maka lokasi penelitian termasuk iklim hujan tropik A. Wilayah iklim ini adalah daerah yang memiliki temperatur
bulan terdingin lebih besar dari 18°C. Koppen membagi iklim A lebih lanjut menjadi :
a Tropika Basah Af Wilayah iklim ini memiliki ciri-ciri yaitu pada saat bulan terkering
masih memiliki hujan rata-rata lebih besar dari 60 mm. b Tropika Lembab Am
Wilayah ini memiliki ciri-ciri yaitu pada bulan-bulan basah dapat mengimbangi kekurangan hujan pada bulan kering. Tipe ini memiliki
bulan basah dan bulan kering, tetapi bulan-bulan kering masih dapat diimbangi oleh bulan-bulan basah sehingga pada wilayah ini masih
terdapat hutan yang cukup lebat. c Tropika Kering Aw
Jumlah hujan pada bulan-bulan basah tidak dapat mengimbangi kekurangan hujan pada bulan-bulan kering sehingga vegetasi yang ada
adalah padang rumput dengan pepohonan yang jarang. Wisnubroto, 1983 : 70
Berdasarkan Tabel 25 dapat diketahui bahwa rata-rata curah hujan bulan terkering adalah 15 mm yaitu pada Bulan Agustus. Rata-rata jumlah hujan
tahunan 1.965,1 mm. Data rata-rata curah hujan tahunan dan curah hujan bulanan terkering digunakan untuk menentukan tipe iklim Af, Am atau Aw. Data ini
dimasukkan dalam grafik Koppen yang menunjukkan garis batas Tipe Iklim Af, Am dan Aw. Berdasarkan analisis tersebut Kecamatan Jenar termasuk dalam tipe
Am. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6 sebagai berikut
commit to user 72
1000 2500
20
2000 1500
40 80
60
Gambar 7. Diagram Tipe Iklim Kecamatan Jenar Menurut Koppen Periode 2000-2009
2 Tipe Iklim Schmidt dan Ferguson Penentuan tipe curah hujan menurut Schmidt dan Ferguson dinyatakan
dengan nilai “quotient” Q yang merupakan perbandingan rerata bulan kering dan rerata bulan basah. Informasi tentang rata-rata bulan kering dan basah dapat
dilihat pada Tabel 24 diatas. Rumus perhitungan nilai “Q” adalah sebagai berikut:
Rata – Rata Bulan Kering BK Q = x 100
Rata – Rata Bulan Basah BB
Tipe iklim berdasarkan curah hujan menurut Schmidt dan Ferguson yang didasarkan pada nilai “Q”. Penghitungan besarnya nilai “Q”, dari tabel 24
diketahui bahwa rata-rata bulan kering 3,4 dan rata-rata bulan basah 8,6 sehingga:
Af
Am
Aw
Rata-rata Curah Hujan Tahunan mm
R at
a -r
at a
C u
rah H
u jan
T er
k er
in g
m m
1982,2 ; 14,3
commit to user 75
Secara topogarfi Kecamatan Jenar terletak pada ketinggian 62 – 163 m di atas permukaan laut. Keadaaan reliefnya terbagi atas datar sampai bergelombang.
Datar sampai landai tersebar di sebagian besar daerah Kecamatan Jenar, sedangkan bergelombang persebarannya cukup sempit hanya sekitar 4,21 dari
luas seluruh Kecamatan Jenar. Daerah penelitian merupakan suatu zona lipatan yang mengalami depresi
dan merupakan kelompok dari igir Pegunungan Kendeng bagian timur, yang merupakan geosinklin muda yang terlipat sangat kuat sehingga terjadi lipatan
terbalik yang terjadi pada gerak orogenesa pada periode plestosen tengah. Di Kecamatan Jenar juga terdapat bentuklahan asal fluvial. Secara genetik
bentuklahan hasil bentukan fluvial pada umumnya merupakan hasil proses pengendapan dari daerah lain. Bentuklahan ini terutama berkaitan dengan
penimbunan seperti lembah-lembah sungai besar dan dataran aluvial. Secara alami, proses yang berlangsung diakibatkan oleh kinerja sungai yang meliputi tiga
aktivitas yang berkaitan erat antara satu dengan lainnya yaitu erosi, transportasi dan penimbunanpengendapan.
Peristiwa penimbunan biasanya diawali oleh proses erosi material yang terkikis, kemudian terangkut oleh air dan akhirnya diendapkan di tempat lain
yang lebih rendah seperti di dataran rendah dan cekungan. Pengendapan ini bisa terjadi karena kemiringan lerenggradien sungai yang relatif kecil sehingga
menyebabkan kecepatan dan energi aliran berkurang. Akibatnya terjadi penurunan tenaga untuk mengangkut material hasil erosi sehingga kemungkinan besar
material itu mengendap. Di lokasi penelitian terjadi pengendapan di bagian selatan, yaitu tepatnya
di tepi Bengawan Solo yang melalui Desa Japoh, Desa Mlale, Desa Dawung, dan Desa Kandang Sapi . Hal ini disebabkan karena berkurangnya daya transport
akibat perubahan gradien sungai yang sebelumnya bergradien besar dari hulu yaitu Vulkan Merapi, Merbabu dan Pegunungan Selatan menjadi kecil di bagian
selatan Kecamatan Jenar serta meander Bengawan Solo juga menyebabkan kecepatan aliran berkurang dan diendapkan pada alur-alur sungai serta di tepi
kanan-kiri alur sungai saat terjadi banjir.
commit to user 76
b. Geologi Berdasarkan hasil interpretasi Peta Geologi Jawa skala 1:250.000,
struktur batuan yang menyusun daerah penelitian meliputi: a Alluvium Qa, batuannya tersusun atas lempung, lanau, pasir dan
kerikil. Umumnya lempung dan lanau berwarna kehitaman, bersifat lunak, plastisitas sedang – tinggi, sedangkan pasir dan kerikil bersifat
lepas, tebal antara 1,00 – 2,00 m. Luas penyebarannya 43,35 Ha dan hanya terdapat di Desa Kandang Sapi.
b Formasi Kabuh Qk, batuaanya berupa batu pasir, berwarna abu-abu terang, berbutir sedang sampai kasar, keras, berstruktur silangsiur.
Pelapukan batuan berupa lanau lempungan, berwarna coklat kemerahan, konsistensi teguh sampai kaku, plastisitas rendah sampai sedang. Luas
penyebarannya hanya 3,10 Ha dan hanya terdapat di Desa Kandang Sapi. c Endapan Lahar Lawu Qlla, terdapat pada bagian lereng bawah Gunung
Lawu. Batuannya tersusun oleh andesit. Luas penyebarannya 510,12 Ha. Tersebar di Desa Japoh, Mlale, Dawung dan Kandang Sapi.
d Kelompok litologi Formasi Kerek Tmk, batuannya berupa perselingan batu pasir, batu lempung, tuf napal dan batugamping. Luas
penyebarannya 2484,03 Ha. Tersebar di Desa Ngepringan, Jenar dan Banyurip.
e Kelompok litologi Formasi Kalibeng Tmpk, batuannya berupa napal, setempat sisipan tuf, batu pasir tufaan dan kalkarenit. Luas
penyebarannya 3638,44 Ha. Tersebar di Desa Banyurip, Ngepringan, Japoh, Mlale, Dawung dan Kandang Sapi.
f Kelompok litologi Formasi Klitik dan Formasi Kalibeng Tpkk, batuannya berupa batugamping putih kekuningan kecoklatan, berlapis
20–60 cm dan di beberapa tempat mengandung kepingan koral serta napal. Luas persebarannya 569,21 Ha. Tersebar di Desa Mlale, Dawung
dan Kandang Sapi. Persebaran geologi Kecamatan Jenar dapat dilihat pada Peta 2 berikut.
commit to user 77
Peta 2. Geologi Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen Tahun 2010
commit to user 78
4. Tanah Berdasarkan Peta Macam Tanah skala 1: 65.000, macam tanah di daerah
penelitian dapat digolongkan dalam tiga satuan tanah yaitu aluvial coklat kekelabuan, kompleks litosol, mediteran dan rendzina, dan kompleks regosol
kelabu dan grumusol kelabu tua. Berikut ini adalah penjelasan keadaan masing-masing tanah.
a. Aluvial Coklat Kekelabuan Tanah ini merupakan tanah muda yang belum mengalami diferensiasi horizon.
Tanah alluvial berasal dari proses sedimentasi atau endapan sebagai akibat banjir di musim hujan, sehingga sifat dari bahan induknya tergantung pada
kekuatan banjir dan asal serta macam batuan yang diangkut. Di lapangan tanah tersebut dicirikan dengan bahan yang diendapkan pada waktu dan
tempat yang relatif homogen, semakin jauh dari sumbernya semakin halus butir yang diangkut. Morfologinya berlapis-lapis atau berlembar-lembar,
warna tanah coklat kekelabuan namun kalau melihat sifat fisiknya tanah tersebut mudah digarap, mudah menyerap air permeable Dames, dalam
Dharmawijaya, 1997: 287. b. Kompleks Litosol, Mediteran, dan Rendzina
1 Litosol Tanah litosol merupakan tanah muda karena tanah ini belum lama
mengalami perkembangan, sehingga sifat dan cirinya masih menyerupai sifat dan cirri batuan induknya. Di lapangan tanah ini dicirikan oleh
warnanya kuning kemerahan atau kuning kecoklatan, tidak berstruktur, solumnya dangkal 45 cm, memiliki pH asam, serta memiliki kandungan
unsur hara yang rendah dan berdrainase baik. 2 Mediteran
Tanah ini dicirikan dengan solum sedang 60 – 90 cm, warna kuning kemerahan atau kuning kecoklatan, tekstur geluh lempungan, struktur
gumpal, konsistensi dalam keadaan lembab gembur, dengan tingkat
commit to user 79
kemasaman agak masam hingga netral, memiliki kandungan unsur hara rendah sampai sangat rendah, kapasitas pertukaran kation tinggi,
kedalaman efektif dangkal 30-60 cm dan berdrainase baik. 3 Rendzina
Tanah ini dicirikan dengan solum 0.5-1.0 m, berwarna kelabu hingga hitam. Tanah ini bertekstur liat, makin ke bawah berpasir hingga
berkerikil. Tingkat kemasaman tanah ini rendah, dengan pH antara 7.0-8.2, kejenuhan basa tinggi, kapasitas tukar kation sedang hingga tinggi.dan
kandungan bahan organik sedang. Selain itu, tanah ini memiliki permeabilitas lambat dan kepekaan terhadap erosi tinggi.
Berikut gambar penampang melintang profil macam tanah kompleks litosol, mediteran dan rendzina.
Gambar 9. Penampang Melintang Profil Jenis Tanah Rendzina Di Desa Banyurip
commit to user 80
c. Kompleks Regosol Kelabu dan Grumusol Kelabu Tua 1 Regosol Kelabu
Secara umum, Regosol dicirikan oleh perkembangan profil yang tidak nyata, bersolum dangkal hingga dalam, berwarna kelabu, coklat hingga
kuning. Tanah ini bertekstur pasir liat kurang dari 40, berstruktur gembur sampai berbutir tunggal, kadang-kadang berlapis, berkerikil atau
berpadas. 2 Grumusol Kelabu Tua
Merupakan tanah lempung berwarna kelam yang bersifat fisik berat, tanpa horizon elluvial dan illuvial, struktur lapisan atas granuler dan lapisan
bawah gumpal atau pejal, mengandung kapur, koefisien expansi pemuaian dan kontraksi pengkerutan tinggi jika dirubah kadar airnya.
Koefisiennys luar biasa liat, solum rata-rata 75 cm dan bersifat asam. Berikut gambar penampang melintang profil macam tanah kompleks
regosol kelabu dan grumusol kelabu tua.
Gambar 10. Penampang Melintang Profil Jenis Tanah Regosol di Desa Banyurip
commit to user 81
5. Hidrografi Kenampakan keairan di Kecamatan Jenar bersumber dari air permukaan
dan air tanah. Air permukaan di Kecamatan Jenar berupa air sungai, sungai yang melalui Kecamatan Jenar tergolong dalam sungai permanen dan sungai periodik
mengalir hanya pada musim penghujan. Untuk kebutuhan sehari-hari, sebagian besar penduduk menggunakan sumur bor karena keadaan tanah yang kandungan
batuannya sedang. Di sebelah selatan Kecamatan Jenar dibatasi oleh Bengawan Solo yang
melalui Desa Japoh, Desa Mlale, Desa Dawung dan Desa Kandangsapi. Dari Bengawan Solo yang melewati empat desa tersebut terdapat tiga anak sungai
Bengawan Solo yang mengalir ke utara, ketiga sungai itu yaitu: Kali Precet, Kali Jenar dan Kali Dolog. Ketiga sungai ini merupakann sungai permanen. Selain itu,
terdapat Kali Jambe, Kali Soko dan Kali Sigit yang juga merupakan anak sungai Bengawan Solo yang mengalir di Kecamatan Jenar, namun ketiga anak sungai ini
merupakan sungai periodik. Kali Precet mengalir melewati Desa Japoh dan Desa Ngepringan.Kali
Jenar mengalir melalui Desa Dawung dan Desa Jenar, Kali Jenar memiliki 3 anak sungai sungai periodik antara lain: Kali Krakal, Kali Denok, dan Kali Plosombo.
Kali Dolog mengalir melalui Desa Dawung, Desa Kandang Sapi, Desa Jenar dan Desa Banyurip. Kali Dolog memiliki 4 anak sungai antara lain: Kali Kandang
Sapi, Kali Dukuh, Kali Ngablak, dan Kali Gobang.
6. Keadaan Penduduk Selain faktor keadaan alam atau keadaan fisik, penduduk juga
merupakan faktor penting yang mempengaruhi penggunaan lahan yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap produktivitas tanah. Untuk memberikan
gambaran secara umum keadaan penduduk di Kecamatan Jenar, berupa jumlah penduduk dan kepadatan penduduk dapat dilihat pada Tabel 27 berikut ini.
commit to user 82
Tabel 27. Luas, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Jenar Tahun 2009
No. Desa
Jumlah Penduduk Jiwa Luas
Km
2
Kepadatan Jiwa Km
2
Laki - laki
Perempuan Jumlah 1.
Japoh 1.207
1.173 2.380
4,09 582
2. Ngepringan
1.843 1.960
3.803 11,58
328 3.
Mlale 1.669
1.649 3.318
6,51 510
4. Dawung
2.063 2.014
4.077 6,39
638 5.
Kandangsapi 2.236
2.360 4.596
9,70 474
6. Jenar
1.788 1.881
3.669 14,54
252 7.
Banyurip 2.522
2.519 5.041
11,16 452
Jumlah 13.328
13.556 26.884 63,97
420 Sumber: Kecamatan Jenar Dalam Angka Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 27, desa dengan kepadatan penduduk tertinggi adalah Desa Dawung dengan kepadatan 638 jiwakm
2
, hal ini dikarenakan Desa Dawung merupakan pusat pemerintahan Kecamatan Jenar. Kepadatan penduduk terendah
terdapat di Desa Jenar dengan kepadatan 252 jiwakm
2
.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan