EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN TEBU DAN KACANG TANAH DI KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2010

(1)

commit to user

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN

UNTUK TANAMAN TEBU DAN KACANG TANAH DI KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh :

LILIK SETIANINGRUM K 5407030

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN

UNTUK TANAMAN TEBU DAN KACANG TANAH DI KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

TAHUN 2010

Oleh :

LILIK SETIANINGRUM K 5407030

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(3)

commit to user PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Ahmad, M.Si. Setya Nugraha, S.Si,M.Si.

NIP.19640507 199003 1 011 NIP. 19670825 199802 1 001


(4)

commit to user PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret dan diterima untuk memenuhi sebagai persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan.

Hari : Senin

Tanggal : 28 Februari 2011

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Partoso Hadi, M.Si. 1. ...

Sekretaris : Rahning Utomowati, S.Si. 2. ...

Anggota I : Drs. Ahmad, M.Si. 3. ...

Anggota II : Setya Nugraha, S.Si, M.Si. 4. ...

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001


(5)

commit to user ABSTRAK

Lilik Setianingrum. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN TEBU DAN KACANG TANAH DI KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Februari 2011.

Tujuan penelitian ini adalah : (1) untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman tebu, (2) mengetahui tingkat kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman kacang tanah, dan (3) Mengetahui produktivitas tanaman tebu dan kacang tanah pada setiap subkelas kesesuaian lahan di Kecamatan Jenar.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif spasial dengan satuan lahan sebagai satuan analisis. Populasi penelitian yaitu lahan yang terdapat di

Kecamatan Jenar, pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling terdiri

dari 11 sampel yang tersebar di Kecamatan Jenar. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung, wawancara, analisis laboratorium, dan analisis dokumen. Teknik analisis data untuk mengetahui subkelas kesesuaian lahan

adalah dengan sistem mencocokkan (matching) antara persyaratan tumbuh

tanaman tebu dan kacang tanah dengan kualitas dan karakteristik lahan. Subkelas kesesuaian lahan aktual kemudian diberi perlakuan sesuai faktor pembatasnya di setiap satuan lahan dengan usaha perbaikan pada tingkat rendah dan sedang, sehingga dihasilkan subkelas kesesuaian lahan potensial di setiap satuan lahan. Unit analisis tingkat produksi tanaman tebu dan kacang tanah adalah pada setiap subkelas kesesuaian lahan pada masing-masing tanaman. Di daerah penelitian tidak ditemukan petani yang membudidayakan tanaman kacang tanah sehingga yang dapat diketahui produktivitasnya hanya tanaman tebu. Analisis selanjutnya adalah dilakukan rata-rata produktivitas tanaman tebu pada satuan lahan berdasarkan pada tingkat subkelas kesesuaian lahan kemudian diklasifikasikan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) terdapat 7 subkelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman tebu yaitu subkelas kesesuaian lahan N1 r (15,47%), subkelas kesesuaian lahan S3 r,n (7,72%), subkelas kesesuaian lahan S3 r (4,90%), subkelas kesesuaian lahan S3 n (0,60%), subkelas kesesuaian lahan S2 r, f, n, s/m (64,89%), subkelas kesesuaian lahan S2r,f,n,s/m,e (4,18%), dan subkelas kesesuaian lahan S2r,f,n (2,24%); kesesuaian lahan potensial untuk tanaman tebu dengan tingkat pengelolaan rendah dihasilkan 6 subkelas kesesuaian lahan antara lain: S2 r,f, S2r,f,e, S2r,f,s/m S2r,f,s/m,e, S3r, dan N1r; dan kesesuaian lahan potensial untuk tanaman tebu dengan tingkat pengelolaan sedang dihasilkan 6 subkelas kesesuaian lahan antara lain: S2r, S2s/m, S2r,s/m, S2r,f,s/m,e, S3r, dan N1r. (2) terdapat 5 subkelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kacang tanah yaitu subkelas kesesuaian lahan S3r,n (6,85%), subkelas kesesuaian lahan S3r (0,60 %), subkelas kesesuaian lahan S3s/m (4,82%), subkelas kesesuaian lahan S2r,f,n,s/m (5,15%), dan subkelas kesesuaian lahan S2r,n,s/m (82,58%); kesesuaian lahan potensial untuk tanaman kacang tanah dengan tingkat pengelolaan rendah dihasilkan 4 subkelas kesesuaian antara lain: S2r,s/m, S2r,f,s/m, S3r dan S3s/m; dan kesesuaian lahan potensial


(6)

commit to user

untuk tanaman kacang tanah dengan tingkat pengelolaan sedang dihasilkan 4 subkelas kesesuaian antara lain: S2s/m, S2r,s/m, S2r,f,n,s/m dan S3s/m. (3) Produktivitas tanaman tebu tertinggi terdapat pada subkelas kesesuaian lahan S2 r,f,n,s/m yaitu 86,92 ton/Ha dan produktivitas tanaman tebu terendah terdapat subkelas kesesuaian lahan S3 r yaitu 60,00 ton/Ha.


(7)

commit to user

ABSTRACT

Lilik Setianingrum. LAND SUITABILITY EVALUATION FOR SUGARCANE

AND PEANUT PLANT AT JENAR DISTRICT IN SRAGEN REGENCY 2010, Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University, Februari 2011.

The aim of this research are: (1) to know sub-class level of actual and potential land suitability for sugarcane plant, (2) know sub-class of actual and potential land suitability for peanut plant, and (3) know sugarcane and peanut productivity each land suitability sub-class at Jenar District.

This research uses spatial descriptive method with land units as the unit analysis. The population of this research is all of land at Jenar District, the samples was taken by purposive sampling technique with amount 11 land units spread over at Jenar District. Technique of data collected through field observation, interview, laboratory analysis, and document analysi. Technique of data analysis to know land suitability sub-class with matching grow requisite of sugarcane and peanut plant with characteristic and quality land. Actual land suitability sub-class then were treated according to limiting factors in each unit of land with the restoration effort at low and medium level, so that the resulting potential land suitability subclass in each land unit. Unit analysis of level production of sugarcane and peanuts are at each subclass of land suitability for each plant.In the study area can not find farmers who cultivate plant of peanuts,

so that it can be seen only sugarcane productivity. Further analysis was performed an average productivity of sugarcane crop on land units based on land suitability subclass level then classified.

Based on the result of the research it can concluded as follows: (1) there are 7 subclass actual land suitability for sugarcane plant, those are land suitability subclass N1 r (15.47%), land suitability subclass r S3 (4.90%),%), land suitability subclass S2 r,f,n,s/m (64.89%), land suitability subclass S2 r,f,n,s/m,e (4.18%), and land suitability subclass S2 r,f,n (2.24%); potential land suitability for sugarcane plant with a low management level produced six land suitability subclass include: S2 r,f, S2r,f,e, S2r,f,s/m S2r,f,s/m,e, S3r, dan N1r; and potential land suitability for sugarcane plant with a medium management level prodused six land suitability subclass include: S2r, S2s/m, S2r,s/m, S2r,f,s/m,e, S3r, and N1r. (2) There are 5 subclass actual land suitability for peanut plant, those are land suitability subclass S3r,n (6.85%), land suitability subclass S3r (0.60%), land suitability subclass S3s/m (4.82%), land suitability subclass S2r,f,n,s/m (5.15%), and land suitability subclass S2r,n,s/m (82.58%); potential land suitability for peanut plant with low management level produced 4 subclass suitability include: S2r,s/m, S2r,f,s/m, S3r and S3s/ m; and potential land suitability for peanuts plant with a medium management level prodused six land suitability subclass include: S2s/m, S2r,s/m, S2r, f,n,s/m and S3s/m. (3) Highest productivity of sugarcane get on land suitability subclass S2 r,f,n,s/m which is 86.92 tons/ha and have the lowest productivity of sugarcane get on land suitability subclass S3r is 60.00 tons/ha.


(8)

commit to user MOTTO

I t’s not just the sugar that makes the tea sweet, but the stirring. (Sam L evenson)

K ebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kita jatuh

(Confusius)


(9)

commit to user PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini kupersembahkan kepada :

I bu dan Bapak tercinta atas doa dan kasihnya

Saudaraku Joko Burhantoro

Pakde Siwanto Sekeluarga & K eluarga Besarku

Saudara/ i ku Geografi 2006

Almamater


(10)

commit to user KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

Puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan iman dan kesempatan sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Selama penyusunan skripsi, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS yang telah memberikan ijin dalam penyusunanan skripsi ini.

2. Bapak Drs. H. Syaiful Bachri, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP UNS yang telah memberikan ijin untuk penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Partoso Hadi, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Geografi yang telah memberikan bimbingan arahan, serta ijin dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Ahmad, M.Si selaku Pembimbing I yang telah berkenan

memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi.

5. Bapak Setya Nugraha S.Si, M.Si selaku Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, semangat serta pengalaman yang sangat bermanfaat.

6. Bapak Dr. Sarwono, M.Pd selaku Pembimbing Akademik.

7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Geografi atas ilmu dan

pengalaman yang telah diberikan.

8. Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen yang telah memberikan ijin untuk

melakukan penelitian.

9. Pemerintah Kecamatan Jenar yang telah memberikan ijin untuk melakukan

penelitian dan seluruh warga yang telah membantu dalam pengumpulan data.


(11)

commit to user

10.Bekti dan Novika atas bantuannya dalam penyusunan peta.

11.Abidin, Ardhian, Tedi, Dyas, Maryanti, dan Rohmat atas bantuannya

dalam penelitian.

12.Keluarga kost “Rattimas” dan “Al Banat” yang telah memberikan

dukungan, bantuan dan semangat saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

13.Adik-adik Geografi ‘07 terima kasih atas bantuan dan dukungannya.

14.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Meskipun disadari, skripsi ini jauh dari sempurna, namun diharapkan skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu geografi pada khususnya.

Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh.

Surakarta, Februari 2011

Penulis


(12)

commit to user DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vii

HALAMAN MOTTO ... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR... xviii

DAFTAR PETA ... xix

DAFTAR LAMPIRAN... xx

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... ... 9

C. Pembatasan Masalah.. ... ... 10

D. Perumusan Masalah... ... 10

E. Tujuan... ... 10

F. Manfaat... ... 11

1. Manfaat Teoritis ... ... 11

2. Manfaat Praktis ... 11

BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lahan... 12

2. Evaluasi Lahan ... 12


(13)

commit to user

3. Kesesuaian Lahan ... 14

4. Kualitas dan Karakteristik Lahan... 18

5. Kesesuaian Lahan Sekarang (Aktual)... 28

6. Kesesuaian Lahan Potensial... 28

7. Tebu (Saccharum officinarum)... 28

8. Industri Gula... ... 32

9. Kacang Tanah (Arachis hypogaea. L)... 33

10.Metode Evaluasi Lahan... 36

11.Satuan Lahan... 37

12.Produktivitas Tanaman... 37

13.Konservasi Tanah... ... 38

14.Sistem Informasi Geografis (SIG)... 39

B. Penelitian yang Relevan ... 41

C. Kerangka Pemikiran... ... 48

BAB III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 50

1. Tempat Penelitian ... 50

2. Waktu Penelitian ... 50

B. Metode Penelitian... 51

C. Populasi dan Sampel... 52

D. Sumber Data... 54

1. Data Primer ... ... 54

2. Data Sekunder ... 54

E. Teknik Pengumpulan Data... 55

1. Observasi Langsung ... ... 55

2. Wawancara ... ... 55

3. Analisis Laboratorium ... ... 56

4. Analisi Dokumen ... ... 56

F. Teknik Analisis Data... 56

1. Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial untuk Tanaman Tebu ... ... 57


(14)

commit to user

2. Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial

untuk Tanaman Kacang Tanah ... 58

3. Produktivitas Tanaman Tebu dan Kacang Tanah ... . 61

G. Prosedur Penelitian... 62

1. Tahap Persiapan ... ... 62

2. Tahap Penyusunan Proposal ... 62

3. Tahap Penyiapan dan Penyusunan Instrumen ... 62

4. Tahap Pengumpulan Data ... ... 63

5. Tahap Analisis Data ... ... 63

6. Penulisan Laporan Penelitian ... 63

BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Kondisi Fisik Daerah Penelitian ... 65

1. Letak, Batas dan Luas ... ... 65

2. Iklim ... ... 68

3. Geologi & Geomorfologi ... ... 74

4. Tanah ... ... 78

5. Hidrografi ... 81

6. Keadaan Penduduk ... ... 81

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 82

1. Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial untuk Tanaman Tebu ... 82

2. Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial untuk Tanaman Kacang Tanah ... 126

3. Produktivitas Tanaman Tebu dan Kacang Tanah ... 146

BAB III. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 158

B. Implikasi ... ... 161

C. Saran ... ... 161

DAFTAR PUSTAKA ... 164 LAMPIRAN


(15)

commit to user DAFTAR TABEL

Tabel 1. Konsumsi Gula Nasional Tahun 1999-2005 ... 3

Tabel 2. Jumlah PG dan Kapasitas Terpasang Industri Gula Indonesia ... 4

Tabel 3. Produksi dan Produktivitas Tebu dan Gula ... 5

Tabel 4. Luas Areal Tanaman Tebu di Kabupaten Sragen Tahun 2008 ... 6

Tabel 5. Klasifikasi Bulan Kering dan Bulan Basah ... 19

Tabel 6. Klasifikasi Drainase Tanah ... 20

Tabel 7. Klasifikasi KTK... 21

Tabel 8. Klasifikasi pH Tanah... 22

Tabel 9. Klasifikasi Nitrogen Total... 22

Tabel 10. Klasifikasi Phospat (P2O5)... 22

Tabel 11. Klasifikasi K2O Tersedia... 23

Tabel 12. Klasifikasi Batuan Permukaan... 23

Tabel 13. Klasifikasi Kemiringan Lereng... 24

Tabel 14. Klasifikasi Singkapan Batuan... 25

Tabel 15. Klasifikasi Banjir/Genangan... 26

Tabel 16. Parameter Kualitas dan Karakteristik Lahan yang Dinilai dalam Evaluasi Lahan Tingkat Semi Detail... 27

Tabel 17. Kriteria Klasifikasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Tebu... . 31

Tabel 18. Kriteria Klasifikasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kacang Tanah... 35

Tabel 19. Perbandingan Kemampuan Analisis Menggunakan SIG dengan Pengerjaan Secara Manual... 41

Tabel 20. Penelitian yang Relevan... 46

Tabel 21. Waktu Penelitian ... ... 50

Tabel 22. Asumsi Tingkat Perbaikan Kualitas Lahan Aktual Menjadi Lahan Potensial Menurut Tingkat Pengelolaannya... 59

Tabel 23. Jenis Usaha Perbaikan Kualitas/Karakteristik Lahan Aktual untuk Menjadi Potensial Menurut Tingkat Pengelolaannya... 60

Tabel 24. Nama dan Luas Desa Di Kecamatan Jenar ... ... 66


(16)

commit to user

Tabel 25. Curah Hujan Kecamatan Jenar Dari Tahun 2000-2009

(dalam mm) ... ... 70

Tabel 26. Kriteria Tipe Iklim Berdasarkan Curah Hujan Menurut Schmidt dan Ferguson ... ... 73

Tabel 27. Luas, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Jenar Tahun 2009 ... ... 82

Tabel 28. Kemiringan Lereng di Kecamatan Jenar ... 83

Tabel 29. Macam Tanah Kecamatan Jenar ... ... 85

Tabel 30. Penggunaan Lahan Kecamatan Jenar ... ... 87

Tabel 31. Satuan Lahan Kecamatan Jenar ... ... 89

Tabel 32. Drainase Tanah Kecamatan Jenar ... ... 91

Tabel 33. Tekstur Tanah Kecamatan Jenar ... ... 93

Tabel 34. Kedalaman Efektif Tanah Kecamatan Jenar ... ... 94

Tabel 35. Retensi Hara Kecamatan Jenar ... ... 95

Tabel 36. Ketersediaan Hara Kecamatan Jenar ... ... 96

Tabel 37. Kualitas dan Karakteristik Lahan Kecamatan Jenar Tahun 2010 ... 98

Tabel 38. Subkelas Kesesuaian Lahan Aktual Untuk Tanaman Tebu di Kecamatan Jenar ... ... 100

Tabel 39. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan Aktual Untuk Tanaman Tebu di Kecamatan Jenar ... ... 101

Tabel 40. Usaha Perbaikan Kualitas Lahan Aktual Menjadi Lahan Potensial Untuk Tanaman Tebu dengan Tingkat Pengelolaan Rendah di Kecamatan Jenar ... ... 102

Tabel 41. Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Tebu dengan Tingkat Pengelolaan Rendah di Kecamatan Jenar ... 111

Tabel 42. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Tebu dengan Tingkat Pengelolaan Rendah di Kecamatan Jenar ... ... 115 Tabel 43. Usaha Perbaikan Kualitas Lahan Aktual Menjadi Lahan Potensial

Untuk Tanaman Tebu dengan Tingkat Pengelolaan Sedang


(17)

commit to user

di Kecamatan Jenar ... ... 120 Tabel 44. Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Tebu dengan

Tingkat Pengelolaan Sedang di Kecamatan Jenar ... ... 121 Tabel 45. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial

Untuk Tanaman Tebu dengan Tingkat Pengelolaan Sedang

di Kecamatan Jenar ... ... 123 Tabel 46. Subkelas Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah

di Kecamatan Jenar ... ... 127 Tabel 47. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan Aktual

Untuk Tanaman Kacang Tanah di Kecamatan Jenar ... 128 Tabel 48. Usaha Perbaikan Kualitas Lahan Aktual Menjadi Lahan Potensial

Untuk Tanaman Kacang Tanah dengan Tingkat Pengelolaan Rendah di Kecamatan Jenar ... ... 135 Tabel 49. Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Kacang Tanah

dengan Tingkat Pengelolaan Rendah di Kecamatan Jenar ... . 136 Tabel 50. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial

Untuk Tanaman Kacang Tanah dengan Tingkat Pengelolaan Rendah di Kecamatan Jenar ... ... 138 Tabel 51. Usaha Perbaikan Kualitas Lahan Aktual Menjadi Lahan Potensial

Untuk Tanaman Kacang Tanah dengan Tingkat Pengelolaan Sedang di Kecamatan Jenar ... 141 Tabel 52. Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Kacang Tanah

dengan Tingkat Pengelolaan Sedang di Kecamatan Jenar ... 142 Tabel 53. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial

Untuk Tanaman Kacang Tanah dengan Tingkat Pengelolaan Sedang di Kecamatan Jenar ... ... 144 Tabel 54. Produktivitas Tanaman Tebu di Kecamatan Jenar Tahun 2010 ... 147 Tabel 55. Produktivitas Tanaman Tebu Tiap Desa di Kecamatan Jenar

Tahun 2010 ... 150


(18)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pendekatan Dua Tahapan dan Pendekatan Sejajar untuk

Evaluasi Lahan ... 14

Gambar 2. Tanaman Tebu ... 30

Gambar 3. Tanaman Kacang Tanah ... 34

Gambar 4. Skema Kerangka Pemikiran ... 49

Gambar 5. Skema Alur Penelitian ... 64

Gambar 6. Diagram Persentase Luas Kecamatan Jenar ... 66

Gambar 7. Diagram Tipe Iklim Kecamatan Jenar Menurut Koppen Periode 2000-2009 ... 72

Gambar 8. Tipe Curah Hujan Kecamatan Jenar Tahun 2000-20009 Menurut Schmidt dan Ferguson ... 74

Gambar 9. Penampang Melintang (Profil) Jenis Tanah Rendzina ... 79

Gambar 10. Penampang Melintang (Profil) Jenis Tanah Regosol ... 80

Gambar 11. Segitiga Tekstur Tanah ... 92

Gambar 12. Subkelas Kesesuaian Lahan N1r di Desa Jenar ... 102

Gambar 13. Subkelas Kesesuaian Lahan S3r,n di Desa Kandang Sapi ... 103

Gambar 14. Subkelas Kesesuaian Lahan S3r di Desa Banyurip ... 104

Gambar 15. Subkelas Kesesuaian Lahan S3n di Desa Banyurip ... 105

Gambar 16. Subkelas Kesesuaian Lahan S2r,f,n,s/m di Desa Kandang Sapi... . 106

Gambar 17. Subkelas Kesesuaian Lahan S2r,f,n,s/m,e di Desa Jenar... 107

Gambar 18. Subkelas Kesesuaian Lahan S2r,f,n di Desa Banyurip... 108

Gambar 19. Subkelas Kesesuaian Lahan S3r,n di Desa Kandang Sapi ... 129

Gambar 20. Subkelas Kesesuaian Lahan S3r di Desa Banyurip ... 129

Gambar 21. Subkelas Kesesuaian Lahan S3s/m di Desa Jenar ... 130

Gambar 22. Subkelas Kesesuaian Lahan S2r,f,n,s/m di Desa Banyurip ... 131

Gambar 23. Subkelas Kesesuaian Lahan S2r,n,s/m di Desa Kandang Sapi ... 132


(19)

commit to user DAFTAR PETA

Peta 1. Administrasi Kecamatan Jenar ... 67

Peta 2. Geologi Kecamatan Jenar ... 77

Peta 3. Lereng Kecamtan Jenar ... 84

Peta 4. Macam Tanah Kecamatan Jenar ... 86

Peta 5. Penggunaan Lahan Kecamatan Jenar ... 88

Peta 6. Satuan Lahan Kecamatan Jenar ... 90

Peta 7. Kesesuaian Lahan Aktual Untuk Tanaman Tebu Kecamatan Jenar ... 109

Peta 8. Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Tebu dengan Tingkat Pengelolaan Rendah Kecamatan Jenar ... 114

Peta 9. Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Tebu dengan Tingkat Pengelolaan Sedang Kecamatan Jenar ... 122

Peta 10. Kesesuaian Lahan Aktual Untuk Tanaman Kacang Tanah Kecamatan Jenar ... 133

Peta 11. Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Kacang Tanah dengan Tingkat Pengelolaan Rendah Kecamatan Jenar ... 137

Peta 12. Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Kacang Tanah dengan Tingkat Pengelolaan Sedang Kecamatan Jenar ... 143

Peta 13. Produktivitas Tanaman Tebu Kecamatan Jenar ... 153

Peta 14. Rekomendasi Tumpangsari Tanaman Tebu & Kacang Tanah Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen Tahun 2010 ... 163


(20)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jumlah Responden Wawancara Lampiran 2. Hasil Analisis Laboratorium Lampiran 3. Daftar Checklist Lapangan

Lampiran 4. Daftar Pertanyaan dan Tabel Isian Wawancara Lampiran 5. Perijinan


(21)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai potensi

sumberdaya alam yang merupakan unsur dari lingkungan yang

mendukung kehidupan di muka bumi. Dalam pengelolaan sumberdaya alam harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat dengan tetap memperhatikan keseimbangan dan keselarasannya sehingga akan bermanfaat bagi generasi-generasi mendatang.

Sebagai modal dasar pembangunan nasional, sumberdaya alam harus dimanfaatkan secara sepenuh-penuhnya, tetapi dengan cara yang tidak merusak. Bahkan sebaliknya, cara-cara yang dipergunakan haruslah yang dapat memelihara dan mengembangkan agar modal dasar tersebut makin besar manfaatnya untuk pembangunan lebih lanjut di masa yang akan datang. Inventarisasi dan evaluasi sumberdaya alam sangatlah penting dengan tujuan untuk lebih mengetahui dan memanfaatkan potensi sumberdaya alam, baik di darat, laut maupun di udara yang sangat diperlukan bagi pembangunan.

Evaluasi sumberdaya lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menduga potensi sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaannya. Adapun kerangka dasar dari evaluasi sumberdaya lahan adalah membandingkan persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dengan sifat sumber daya yang ada pada lahan tersebut. Sebagai dasar pemikiran utama dalam prosedur evaluasi adalah kenyataan bahwa berbagai penggunaan lahan membutuhkan persyaratan yang berbeda-beda. Oleh karena itu dibutuhkan keterangan-keterangan tentang lahan tersebut yang menyangkut berbagai aspek sesuai dengan rencana peruntukan yang sedang dipertimbnagkan. (Sitorus, 1998:1).

Sejarah pertanahan di Indonesia dimulai sejak jaman kerajaan dimana pada saat itu semua tanah dikuasai oleh raja. Kebijakan tersebut terus berlanjut pada saat Inggris menjajah Indonesia selama lima tahun (1811-1816). Gubernur Jenderal Raffles mengenalkan sistem sewa tanah di pulau Jawa. Raffles memandang semua tanah sebagai milik raja-raja Jawa. Karena raja telah


(22)

commit to user

mengakui kedaulatan Inggris, maka tanah menjadi kepunyaan negara. Teori ini menjadi dasar untuk penerapan sistem sewa tanah di Jawa.

Raffles meninggalkan Jawa pada tahun 1816, setelah pulau tersebut dikembalikan Inggris kepada Belanda. Belanda meninjau kembali kebijaksanaan mereka atas Jawa. Gubernur Jenderal Van Der Cappellen menerapkan suatu kebijaksanaan, diantaranya ialah, bahwa penduduk Jawa bebas menggunakan tanah mereka untuk menanam yang mereka kehendaki, tapi sebagai imbalan atas hak ini, orang-orang tersebut harus membayar sewa atas tanah. (Rajagukguk, 2007: 1)

Van Den Bosch, yang menggantikan Van Der Cappellen, muncul dengan

suatu gagasan Culturstelsel. Tujuannya adalah untuk membuat Jawa sebagai suatu

aset yang bernilai dengan menghasilkan sebanyak mungkin kopi, gula dan nila dengan biaya produksi yang serendah mungkin. Menurut sistem yang baru ini, rakyat harus menanam 1/5 tanah desa dengan tebu, kopi atau nila. Persyaratan tersebut kemudian diganti menjadi 1/3. Keberhasilan produksi gula (dan juga perkebunan besar lain) di Indonesia dimasa kolonial pada dasarnya disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu kemudahan memperoleh tanah yang murah dan tenaga kerja yang murah.

Sistem tanam paksa menciptakan kekuasaan otoriter pada tingkat atas dan kesengsaraan pada kalangan rakyat. Sistem itu juga menhapuskan peranan usaha-usaha swasta. Situasi ini menjadi pusat kritik Partai Liberal, yang kemudian berkembang semakin kuat dan akhirnya pada tahun 1854, memenangkan suatu mayoritas di Parlemen Belanda.

Kekeuatan Partai Liberal yang terus meningkat di Negeri Belanda mendorong perubahan-perubahan politik di wilayah jajahan yang sebagian didasarkan pada alasan kemanusian, sebagian lainnya bersumber pada filsafat ekonomi liberal. Kaum liberal percaya mengenai keuntungan-keuntungan ekonomi pasar bebas, tidak hanya untuk rakyat Jawa tetapi juga untuk perusahaan-perusahaan Belanda secara umum. Sistem tanam paksa secara berangsur-angsur dihapuskan, begitu juga monopoli pemerintah. Pada akhirnya kemudian perusahaan swasta boleh meluaskan usahanya. (Rajagukguk, 2007: 6)


(23)

commit to user

Pada masa itu, terutama sejak diberlakukannya Undang-undang Agraria 1870 (Agrarische Wet 1870), yang memberikan hak ”erfpacht” (hak sewa turun temurun) dan hak ”opstal” (hak untuk membangun atau mengusahakan tanah milik orang lain) selama 75 tahun kepada perusahaan-perusahaan swasta, perusahaan Belanda dan negeri lain datang ke Indonesia membuka perkebunan-perkebunan tembakau, gula, karet, teh dan kelapa sawit. Komoditi tersebut di jual di pasar Eropa dan Amerika Utara.

Pada tahun 1975, melalui Instruksi Presiden (Inpres) No 9/1975, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk melakukan perijbahan struktural dalam organisasi industri gula. Perubahan yang mendasar adalah bahwa penanaman tebu yang semula merupakan tanggung jawab pabrik gula (PG) yang dengan cara menyewa tanah petani lalu mengelola sendiri pertanaman/perkebunan tebu diubah menjadi tanggung jawab petani. Artinya, penanaman tebu menjadi tanaman milik rakyat, sedangkan PG hanya berfungsi sebagai “buruh” pengolah tebu menjadi gula, dan sebagai penasehat teknis dalam hal budidaya tebu. Sistem ini dikenal sebagai “Tebu Rakyat Intensifikasi” atau TRI. Salah satu tujuan utama TRI adalah agar petani diberi kesempatan untuk dapat menjadi “tuan di tanahnya sendiri”.

Gula adalah salah satu komoditas pertanian yang telah ditetapkan

Indonesia sebagai komoditas khusus (special products) dalam forum

perundingan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), bersama beras, jagung dan kedelai. Dengan pertimbangan utama untuk memperkuat ketahanan pangan dan kualitas hidup di pedesaan, Indonesia berupaya meningkatkan produksi dalam negeri, termasuk mencanangkan target swasembada gula, yang sampai sekarang belum tercapai (Arifin, 2008:1).

Tabel 1. Konsumsi Gula Nasional Tahun 1999 – 2005

Tahun Konsumsi Nasional

(ton) % Kenaikan Konsumsi % Produksi Terhadap Konsumsi 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2.889.171 2.989.171 3.150.866 3.300.808 3.300.811 3.388.808 3.439.640 3,35 5,13 4,54 0,00 2,60 1,48 51,52 56,56 54,76 53,18 49,44 60,54 65,17


(24)

commit to user

di Kecamatan Jenar untuk tanaman tebu baik kesesuaian lahan sekarang maupun kesesuaian lahan potensial.

Selain melakukan evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman tebu, upaya

yang dapat dilakukan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Jenar adalah

dengan sistem tumpang sari, mengingat masa panen tanaman tebu yang relatif lama, yaitu sekitar satu tahun. Tanaman palawija dapat dibudidayakan berdampingan dengan tanaman tebu, seperti: kacang tanah, kedelai, kacang hijau, jagung dan lain-lain. Selain itu, penduduk di kecamatan Jenar telah membudidayakan tanaman tebu dalam kurun waktu yang relatif lama namun tidak menunjukkan perubahan yang signifikan pada taraf kesejahteraannya.

Permintaan produksi palawija pada masa mendatang akan makin tinggi

sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, agroindustri produk palawija,

serta industri peternakan dan perikanan. Perubahan penggunaan lahan pertanian

produktif menjadi areal pemukiman, prasarana umum, kawasan industri dan wisata mengurangi areal tanam.

Sentra produksi kacang tanah di Indonesia antara lain adalah Kabupaten Tuban dan Blitar (Jawa Timur), serta Pati, Kudus, Blora, Sragen, dan Wonogirmei (Jawa Tengah). Deskripsi dan karakterisasi tanah merupakan langkah awal dalam mengenal dan membaca karakter tanah. Dengan memahami karakter tanah, kita dapat memanfaatkan tanah sesuai dengan watak dan kemampuannya, atau memanipulasi karakter tanah sesuai dengan prasyarat peruntukannya. (Sudaryono, 2009: 266).

Penanaman kacang tanah di Indonesia kebanyakan dilakukan di tanah kering (tegalan) atau di sawah. Pada umumnya kacang tanah ditanam pada saat menjelang musim kemarau. Namun, penanaman kacang tanah di tegalan dilakukan pada awal atau akhir musim penghujan. Kacang tanah termasuk tanaman palawija, yakni tanaman yang berumur pendek. Jadi, tanaman ini tergolong tanaman yang cepat menghasilkan. Cara pemeliharaannya pun mudah dilakukan. Adapun manfaat kacang tanah antara lain sebagai makanan manusia, makanan ternak, bahan minyak goreng, dan bahan perdagangan. (Aak, 1989: 10).


(25)

commit to user

Kabupaten Sragen sebagai salah satu daerah sentra produksi kacang tanah belum semua daerahnya telah membudidayakan tanaman tersebut, termasuk Kecamatan Jenar. Untuk itu, diperlukan data mengenai kualitas dan karakteristik

lahan di Kecamatan Jenar dengan melakukan evaluasi kesesuaian lahan. Selain

evaluasi lahan, diperlukan juga data mengenai produktivitas tanaman baik tanaman tebu maupun tananaman kacang tanah.

Usaha tani tanaman pangan, khususnya kacang tanah saat ini telah

diupayakan dalam pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia, serta faktor pendukung lainnya untuk memulihkan perekonomian nasional. Di Indonesia, pengembangan kacang tanah antara lain dilandasi oleh: (1) tujuan diversifikasi pangan dan peningkatan gizi masyarakat, (2) meningkatnya permintaan kacang tanah (4.4 % per tahun) yang ditandai terus meningkatnya impor kacang tanah akibat berkembangnya industri pengolahan, (3) adanya upaya untuk meningkatkan lapangan kerja dan pendapatan petani, dan (4) masih tersedianya sumberdaya lahan, manusia dan teknologi budidaya yang belum dimanfaatkan secara maksimal.

Meninjau perkembangan produksi kacang tanah nasional yang masih tergolong rendah dengan peningkatan sebesar 1.43 % per tahun (periode 1991 – 2000), maka pemerintah dalam hal ini Dirjen Produksi Tanaman pangan

Departemen Pertanian menerapkan 9 strategi pengembangan produksi kacang

tanah. Dua diantaranya adalah mengembangkan kawasan/budidaya produksi kacang tanah secara intensif pada lahan-lahan yang sesuai dan sangat sesuai dengan mengidentifikasi lokasi pada lahan-lahan dengan produktivitas 15 kw/ha, serta memperluas areal tanam.

Kesesuaian lahan mengindikasikan kelayakan teknis dari aspek lahan

untuk tanaman kacang tanah. Kesesuaian lahan memberikan data karakteristik

lahan berdasarkan persyaratan tumbuh tanaman. Pengolahan tanah merupakan tindakan dasar dalam menyiapkan media tumbuh bagi tanaman agar akar tumbuh dan berkembang sempurna. Apabila tanaman tumbuh di tempat yang sesuai maka pertumbuhannya akan baik dan memberikan hasil secara maksimal.


(26)

commit to user

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis bermaksud

melakukan penelitian yang berkaitan dengan kajian evaluasi lahan untuk jenis

tanaman tebu dan kacang tanah di Kecamatan Jenar dengan judul: “Evaluasi

Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Tebu Dan Kacang Tanah Di Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen Tahun 2010

B. Identifikasi Masalah

Masalah-masalah yang timbul dari latar belakang tersebut di atas antara

lain:

1. Tanaman tebu merupakan tanaman yang paling banyak dibudidayakan di

Kecamatan Jenar yaitu 37,45% dari luas seluruh Kecamatan Jenar, tanaman tebu tersebut ada yang tumbuh baik dan ada yang tidak sehingga perlu diketahui tingkat kesesuaian lahannnya untuk tanaman tersebut.

2. Pemanfaatan lahan di Kecamatan Jenar belum optimal, salah satu cara

mengoptimalkan penggunaan lahan di daerah tersebut adalah dengan sistem tumpangsari tanaman tebu dengan tanaman palawija. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat Jenar, tanaman kacang tanah dipilih untuk dikaji dalam rangka mendukung Kabupaten Sragen sebagai salah satu sentra produksi kacang tanah, sehingga evaluasi kesesuaian lahan juga perlu dilakukan terhadap tanaman kacang tanah.

3. Permintaan produksi palawija pada masa mendatang akan makin tinggi

sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk.

4. Penanaman tebu dan kacang tanah yang tidak memperhatikan kelas

kesesuaian lahan berakibat merusak lahan serta akan merugikan manusia itu sendiri sehingga diperlukan kegiatan evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman tebu dan kacang tanah.

5. Lahan di Kecamatan Jenar merupakan lahan yang kurang produktif

sehingga penduduk memanfaatkannya sebagai lahan kering dengan ditanami tebu. Produktivitas tanaman tebu di daerah ini belum diketahui sehingga diperlukan perhitungan produktivitas tanaman tebu. Tanaman


(27)

commit to user

kacang tanah sebagai tanaman pendamping (tumpangsari) juga perlu diketahui produktivitasnya.

C. Pembatasan Masalah

Dari beberapa permasalahan yang muncul di daerah penelitian dengan mengingat keterbatasan tenaga, waktu, dan biaya kemampuan penulis dan untuk mempertajam serta memperjelas permasalahan yang akan diteliti, maka diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Tanaman tebu merupakan tanaman yang paling banyak dibudidayakan di

Kecamatan Jenar (37,45%) belum diketahuinya tingkat kesesuaian lahannya, baik kesesuaian aktual maupun kesesuaian lahan potensial.

2. Tanaman kacang tanah sebagai tanaman palawija yang diharapkan mampu

meningkatkan perekonomian masyarakat Jenar juga perlu diketahui kesesuaian lahannya, baik kesesuaian lahan aktual maupun kesesuaian lahan potensial.

3. Perlunya perhitungan produktivitas tanaman tebu dan kacang tanah di

Kecamatan Jenar.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman

tebu di Kecamatan Jenar?

2. Bagaimana tingkat kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman

kacang tanah di Kecamatan Jenar?

3. Bagaimana produktivitas tanaman tebu dan kacang tanah pada setiap

subkelas kesesuaian lahan di Kecamatan Jenar?

E. Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:


(28)

commit to user

1. Mengetahui tingkat kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman

tebu di Kecamatan Jenar.

2. Mengetahui tingkat kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman

kacang tanah di Kecamatan Jenar.

3. Mengetahui produktivitas tanaman tebu dan kacang tanah pada setiap

subkelas kesesuaian lahan di Kecamatan Jenar.

F. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang

kajian ilmu geografi fisik, khususnya kesesuaian lahan daerah penelitian.

b. Penelitian ini diharapkan dapat mendukung penelitian-penelitian sebelumnya

dan dapat dijadikan sebagai acuan penelitian selanjtnya.

2. Manfaat Praktis

a. Setelah diketahui tingkat kesesuaian lahan tanaman tebu dan kacang tanah di

Kecamatan Jenar, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan guna proses perencanaan dan pengembangan penggunaan lahan dengan memperhatikan usaha konservasi lahan.

b. Setelah diketahui produktivitas tanaman tebu dan kacang tanah pada setiap

subkelas kesesuaian lahan yang merupakan aspek sosial-ekonomi dapat diketahui bagaimana cara memberikan perlakuan kondisi fisik lahan di Kecamatan Jenar, untuk perencanaan pembangunan di bidang pertanian khususnya tebu dan kacang tanah dalam upaya peningkatan hasil produksi pertanian.

c. Bagi pembelajaran dapat digunakan untuk media pembelajaran geografi di

SMA Kelas X pada Kompetensi Dasar ”Menganalisis Dinamika dan Kecenderungan Perubahan Litosfer dan Pedosfer serta Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi”.


(29)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Lahan

Lahan dapat diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Termasuk di dalamnya juga hasil kegiatan manusia di masa lampau dan sekarang seperti hasil reklamasi laut, pembersihan vegetasi, dan juga hasil yang merugikan seperti tanah yang tersalinasi (FAO 1976 dalam Arsyad, 1989: 207).

Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi

(campurtangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materiil maupun spirituil. (Arsyad, 1989: 207). Penggunaan lahan dapat dikelompokan ke dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian.

2. Evaluasi Lahan

Evaluasi lahan merupakan proses pendugaan potensi lahan untuk macam-macam alternatif penggunaannya (Dent dan Young dalam Abdullah, 1993: 57). Evaluasi lahan melibatkan pelaksanaan survai atau penelitian bentuk bentang alam, sifat serta distribusi tanah, macam dan distribusi vegetasi beserta aspek-aspek lahan lainnya. Keseluruhan evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan membuat perbandingan dari macam-mcam pengunaan lahan yang memberikan harapan positif. Macam-macam penggunaan lahan ini dalam evaluasi

lahan dikenal dengan LUT (Land Utilization Type) (Abdullah, 1993: 57).

Ada dua cara dalam mengevaluasi lahan yang pertama adalah evaluasi secara langsung, yakni lahan langsung dievaluasi dengan melalui percobaan-percobaan dan yang kedua evaluasi secara tidak langsung dimana dalam evaluasi


(30)

commit to user

ini diasumsikan bahwa tanah tertentu dan sifat-sifat lain yang terdapat pada suatu lokasi akan mempengaruhi keberhasilan suatu jenis pengunaan lahan tertentu.

Evaluasi lahan terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap awal menentukan satuan pemetaan. Satuan pemetaan diartikan sebagai satuan terkecil yang digunakan untuk melakukan evaluasi lahan sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini satuan pemetaan yang digunakan adalah satuan lahan. Satuan lahan merupakan satuan wilayah dengan satu atau lebih karakteristik lahan tertentu yang dapat digambarkan dalam satuan peta.

Evaluasi lahan sebagai penghubung antara berbagai aspek dan kualitas fisik, biologi dan teknologi penggunaan lahan dengan tujuan social ekonomi, kaitannya dengan tujuan tersebut perlu penetapan faktor-faktor penciri. Hubungan antara sifat lahan dan analisis social ekonomi serta penggunaan tergntung pada pendekatannya, yaitu pendekatan dua tahapan dan pendekatan sejajar (FAO dalam Sitorus, 1998: 45).

a. Pendekatan Dua Tahapan (Two stage approach)

Pendekatan dua tahap terdiri atas tahap pertama adalah evaluasi lahan secara fisik, dan tahap yang kedua evaluasi lahan secara ekonomi. Pendekatan tersebut biasanya digunakan dalam inventarisasai sumber daya lahan baik untuk

tujuan perencanaan makro, maupun untuk studi pengujian potensi produksi. (FAO

dalam Djaenudin, dkk, 2003: 15).

b. Pendekatan Sejajar (Paralel approach)

Dalam pendekatan paralel kegiatan evaluasi lahan secara fisik dan ekonomi dilakukan bersamaan (paralel), atau dengan kata lain analisis ekonomi dan sosial dari jenis penggunaan lahan dilakukan serempak bersamaan dengan pengujian faktor-faktor fisik (Djaenudin, dkk, 2003: 15).

Secara skematik, pendekatan dua tahapan dan pendekatan sejajar untuk evaluasi lahan dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.


(31)

commit to user

Evaluasi kesesuaian mempunyai penekanan yang tajam, yaitu mencari lokasi yang mempunyai silat-silat positif dalam hubungannya dengan keberhasilan produksi atau penggunaannya (Sitorus, 1998: 42).

Land suitability analysis is the process of determining the fitness of a given tract of land for a defined use (Steiner, McSherry et al. 2000). In other words, it is the process to determine whether the land resource is suitable for some specific uses and to determine the suitability level. In order to determine the most desirable direction for future development, the suitability for various land uses should be carefully studied with the aim of directing growth to the most appropriate sites. Establishing appropriate suitability factors is the construction of suitability analysis. Initially, suitability analysis was developed as a method for planners to connect spatially independent factors within the environment and, consequently to provide a more unitary view of their interactions. Suitability analysis techniques integrate three factors of an area: location, development activities, and environmental processes. These techniques can make planners, landscape architects and local decision-makers analyze factors interactions in various ways. Moreover, such suitability analysis enables elected officials and land managers to make decisions and establish policies in terms of the specific landuses. (Al-Shalabi, 2006: 2)

Kerangka atau struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka

FAO (1976) terdiri dari empat kategori yang merupakan tingkatan generalisasi

yang bersifat meningkat sebagai berikut:

a. Ordo kesesuaian lahan (Order): menunjukkan jenis atau macam kesesuaian

atau keadaan kesesuaian secara global (umum).

b. Kelas kesesuaian lahan (Class): Menunjukkan tingkat kesesuaian dalam ordo.

c. Subkelas kesesuaian lahan (Sub-Class): menunjukkan jenis pembatas atau


(32)

commit to user

d. Satuan kesesuaian lahan (Unit): menunjukkan perbedaan-perbedaan kecil yang

diperlukan dalam pengelolaan di dalam Subkelas.

Penjelasan mengenai kategori sistem klasifikasi kesesuaian lahan dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Ordo Kesesuaian Lahan (Land SuitabilityOrder)

Kesesuaian pada tingkat ordo menunjukkan apakah lahan sesuai atau tidak sesuai apabila dipergunakan untuk maksud tertentu. Pada tingkat ordo kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S) dan lahan yang tergolong tidak sesuai (N).

1) Ordo Sesuai / Suitable Order (S)

Lahan yang termasuk Ordo ini adalah lahan yang dapat dipergunakan untuk penggunaan tertentu secara lestari, tanpa atau sedikit resiko kerusakan terhadap sumberdaya lahannya. Keuntungan yang diharapkan dari hasil

pemanfaatan lahan ini akan melebihi masukan (input) yang diberikan.

2) Ordo Tidak Sesuai / Not SuitableOrder(N)

Lahan yang termasuk dalam ordo tidak sesuai mempunyai pembatas sedemikian rupa sehingga mencegah terhadap suatu penggunaan tertentu secara lestari.

b. Kelas Kesesuaian Lahan (Land SuitabilityClass)

Kelas merupakan keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Pada tingkat kelas yang tergolong ordo sesuai (S) dibedakan kembali dalam tiga kelas, yaitu: lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N) dibedakan dalam dua kelas, yaitu: lahan tidak sesuai saat ini (N1) dan tidak sesuai permanen (N2).

1) Kelas Sangat Sesuai (Very Suitable Class) (S1)

Lahan tidak mempunyai pembatas yang berat untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari, atau hanya mempunyai pembatas yang kurang berarti dan tidak mempengaruhi secara nyata terhadap produksi lahan tersebut, serta tidak menambah masukan (input) dari yang biasa dilakukan dalam mengusahakan lahan.


(33)

commit to user

2) Kelas Cukup Sesuai (Adequate Suitable Class) (S2)

Lahan mempunyai faktor pembatas agak berat. Berpengaruh terhadap

produktivitas lahan tersebut, memerlukan tambahan masukan (input). Pembatas

tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani.

3) Kelas Sesuai Marginal (Marginaly Suitable Class) (S3)

Lahan yang mempunyai faktor pembatas sangat berat apabila dipergunakan untuk penggunaan tertentu yang lestari. Faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Diperlukan modal tinggi untuk mengatasi faktor pembatas pada S3, sehingga perlu bantuan dari investasi pemerintah atau pihak swasta.

4) Kelas Tidak Sesuai Saat Ini (N1)

Lahan yang mempunyai pembatas dengan tingkat sangat berat, akan tetapi masih memungkinkan untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan saat ini dengan biaya yang rasional.

5) Kelas Tidak Sesuai Permanen (N2)

Lahan yang mempunyai pembatas sangat berat, sehingga tidak mungkin untuk dipergunakan terhadap suatu penggunaan tertentu yang lestari.

c. Subkelas Kesesuaian Lahan (LandSuitabilitySub-Class)

Kesesuaian lahan pada tingkat subkelas adalah tingkat kesesuaian lahan yang mencerminkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam suatu tingkatan kelas. Dengan kata lain subkelas merupakan keadaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan dibedakan manjasi subkelas berdasarkan kualitas dan karakteristik lahan yang menjadi faktor pembatas terberat. Jenis pembatas tersebut ditunjukkan dengan simbol huruf kecil yang diletakkan di belakang simbol kelas.

d. Satuan Kesesuaian Lahan (Land SuitabilityUnit)

Kesesuaian lahan pada tingkat unit merupakan keadaan tingkatan dalam subkelas kesesuaian lahan, yang didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaannya. Semua unit yang berada dalam satu subkelas


(34)

commit to user

mempunyai tingkatan yang sama dalam kelas dan mempunyai jenis pembatas yang sama pada tingkatan subkelas. Unit yang satu berbeda dengan unit yang lainnya dalam sifat-sifat atau aspek tambahan dari pengelolaan yang diperlukan dan sering merupakan perbedaan detail dari faktor pembatasnya (Djaenudin dkk, 2003: 14).

Kerangka ini disusun terutama untuk negara-negara berkembang, walaupun dapat juga digunakan untuk negara-negara yang lebih maju (Sitorus, 1998: 49). Bagi keperluan evaluasi lahan di negara-negara sedang berkembang, maka sangat bermanfaat adanya pemisahan antara kesesuaian sekarang (current suitability) dan kesesuaian potensial (FAO dalam Sitorus 1998: 49).

Klasifikasi kesesuaian sekarang menunjukan kesesuaian terhadap penggunaan lahan yang ditentukan dalam keadaan sekarang, tanpa ada perbaikan yang berarti. Oleh karena itu klasifikasi kesesuaian ini dapat merupakan penggunaan lahan sekarang, baik dengan tindakan pengelolaan sekarang ini atau tindakan yang diperbaiki atau pada penggunaan lain (Sitorus, 1998: 49).

Klasifikasi kesesuaian potensial menunjukkan kesesuaian terhadap penggunaan lahan yang ditentukan dari satuan lahan dalam keadaan yang akan datang setelah diadakan perbaikan utama tertentu yang diperlukan. Dalam hal ini perlu diperinci faktor-faktor ekonomis yang disertakan dalam menduga biaya yang diperlukan untuk perbaikan-perbaikan tersebut (Sitorus, 1998: 50).

4. Kualitas dan Karakteristik Lahan

a. Kualitas Lahan

Kualitas tanah merupakan hasil interaksi antara karakteristik tanah, penggunaan tanahnya, dan keadaan lingkungannya (Darmawijaya, 1992: 272).

FAO dalam Sitorus (1995: 5) mendefinisikan kualitas lahan adalah suatu sifat

lahan yang komplek atau sifat komposit yang sesuai untuk suatu penggunaan yang ditentukan oleh seperangkat karakteristik lahan yang berinteraksi.


(35)

commit to user

1) Suhu / Temperatur Udara (t)

Suhu/temperatur suatu daerah dipengaruhi oleh ketinggian tempat tersebut.

Temperatur udara rata-rata dihitung dengan menggunakan rumus Braak

yaitu:

Keterangan:

 26,3 ºC = temperatur rata-rata di permukaan air laut tropis.

 h = ketinggian tempat dari permukaan laut (dalam 100 meter).

(Arsyad, 1989: 223)

2) Ketersediaan Air (w)

Ketersediaan air terdiri dari:

a) Jumlah Bulan Kering

Jumlah bulan kering yang dihitung berdasarkan curah hujan bulanan yang kurang dari 60 mm selama satu tahun.

Tabel 5. Klasifikasi Bulan Kering dan Bulan Basah.

No. Kelas Curah Hujan (mm/bln)

1. Bulan Kering < 60

2. Bulan Basah ≥ 100

(Sumber: Mohr dalam Kartasapoetra, 1991: 28)

b) Hujan Tahunan Rata-Rata

Merupakan rata-rata curah hujan dalam periode sepuluh tahun yang dinyatakan dalam mm.

3) Keadaan Perakaran

a) Drainase Tanah

Keadaan mudah tidaknya air hilang dari permukaan tanah yang mengalir melalui aliran-aliran permukaan atau melalui peresapan kedalam tanah.


(36)

commit to user

Dalam sistem USDA, dikenal 4 kelas kedalaman efektif yang juga dipakai di Indonesia (Utomo, 1989: 57) yaitu:

k0 : dalam, jika kedalaman >90 cm

k1 : sedang, jika kedalaman 50-90 cm

k2 : dangkal, jika kedalaman 25-50 cm

k3 : sangat dangkal, jika kedalaman <25cm

4) Retensi Hara

Retensi hara terdiri dari:

a) Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Kapasitas Tukar Kation suatu tanah dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan koloid tanah menyerap dan mempertukarkan kation (Hakim dkk, 1986: 166). Kapasitas Tukar Kation menggambarkan jumlah atau besarnya kation yang dapat dipertukarkan, sehingga semakin besar nilai KTK maka semakin banyak kation yang dapat dipertukarkan sehingga ketersediaan hara tanaman akan semakin meningkat (Wahyuningrum, 2003: 17). KTK ditentukan dengan menganalisis contoh tanah di laboratorium.

Tabel 7. Klasifikasi KTK.

No. Kelas KTK (mg / 100g)

1. Sangat rendah <5

2. Rendah 5 – 16

3. Sedang 17 – 24

4. Tinggi 25-40

5. Sangat tinggi >40

(Sumber: Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Wahyuningrum, 2003: 29).

b) pH tanah.

Derajat keasaman dan kebasaan tanah yang diukur berdasarkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen yang terlarut dalam tanah dan tanah yang sangat asam sebagai pembatas. Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan kertas indikator pH tanah pada setiap sampel yang ada di setiap


(37)

commit to user

satuan lahan. Klasifikasi besaran pH tanah dari tingkatan sangat masam hingga Alkalis dapat dilihat dalam Tabel 8 berikut ini.

Tabel 8. Klasifikasi pH Tanah.

No. Kelas pH

1. Sangat Masam < 4,5

2. Masam 4,5 – 5,5

3. Agak Masam 5,6 – 6,5

4. Netral 6,6 - 7,5

5. Agak Alkalis 7,6 – 8,5

6. Alkalis > 8,5

(Sumber: Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Wahyuningrum, 2003: 29).

5) Ketersediaan Hara

Penggunaan tanah untuk tanaman tebu dan kacang tanah menyebabkan perubahan berbagai proses kimia dan mikrobiologi dalam tanah tersebut. Aktivitas mikrobiologi tidak hanya mempengaruhi proses transformasi senyawa-senyawa organik dan anorganik, tetapi juga mempengaruhi kemasaman dan potensial redoks tanah (yoshida, 1978 dalam Sarwono, 2005 : 137). Berikut ini disajikan kriteria kandungan unsur kimia yang nantinya akan dianalisis unntuk mengetahui subkelas kesesuaian lahan.

Ketersediaan hara terdiri dari:

a) Nitrogen Total (N Total)

Kandungan Nitrogen dalam tanah pengukurannya dilakukan di laboratorium dan dinyatakan dalam persen.

Tabel 9. Klasifikasi Nitrogen Total.

No Kelas Nitrogen Total (%)

1. Sangat rendah < 0,01

2. Rendah 0,10 - 0,20

3. Sedang 0,21 – 0,50

4. Tinggi 0,51 – 0,75

5. Sangat tinggi > 0,75


(38)

commit to user

5. Kesesuaian Lahan Sekarang (Aktual)

Kesesuaian lahan sekarang (aktual) menunjukkan kesesuaian terhadap penggunaan lahan yang ditentukan dalam keadaan sekarang, tanpa ada perbaikan yang berarti (Sitorus, 1995: 49).

6. Kesesuain Lahan Potensial

Kesesuaian lahan potensial menunjukkan kesesuaian terhadap

penggunaan lahan yang ditentukan dari satuan lahan dalam keadaan yang akan datang setelah diadakan perbaikan utama tertentu yang diperlukan (Sitorus, 1995: 50).

FAO (1976) dalam Sitorus (1995: 50) mengemukakan dalam proses evaluasi lahan, daerah studi sebaiknya dibagi ke dalam satuan-satuan lahan evaluasi atau satuan-satuan pemetaan lahan yang diharapkan akan memberikan respons yang sama dalam hubungannya dengan tipe penggunaan lahan tertentu.

7. Tebu (Saccharum officinarum)

Tebu (Saccharum officinarum) adalah tanaman yang hanya dapat tumbuh

di daerah beriklim subtropis dan tropis. Pada awalnya orang menduga bahwa tanaman tebu berasal dari India yaitu di wilayah sungai Gangga dan Indra. Hal ini diperoleh berdasarkan tulisan-tulisan dalam buku-buku kuno bangsa Hindu yang menyebutkan adanya tanaman tebu di daerah-daerah tersebut. Namun ada pula dugaan bahwa tanaman tebu berasal dari kepulauan Polynesia termasuk pulau-pulau di Indonesia bagian timur, karena di daerah ini lebih banyak ditemukan jenis tanaman tebu. Belum ada kepastian dari dua dugaan tersebut, yang dapat dipastikan adalah bahwa tanaman tebu sudah berabad-abad dikenal orang Indonesia. Seorang bangsa Tiong Hoa yang singgah di Jawa pada tahun 400 menuliskan di buku perjalanannya tentang penduduk Jawa yang sudah menanam tebu (Adisewojo 1971 dalam Yukamgo, 2007: 104).

Tanaman tebu termasuk golongan tanaman yang tumbuh di daerah beriklim sedang sampai panas, yaitu terletak di antara 40º LU dan 38º LS. Selama masih dalam fase pertumbuhan, tanaman tebu membutuhkan banyak air akan


(39)

commit to user

tetapi setelah tua (6-8 bulan) dan pada saat proses pemasakan/panen (12-14 bulan) tanaman tebu membutuhkan bulan kering dan ini sebaiknya tiba pada saat berakhirnya pertumbuhan vegetatif. Bila musim kering tiba sebelum pertumbuhan vegetatif berakhir, maka tanaman tebu yang tidak diairi akan mati sebelum mencapai tingkat masak, sebaliknya bila hujan turun terus-menerus maka pertumbuhan vegetatif tebu tetap giat, sehingga tidak mencapai kadar gula tertinggi. Di tempat-tempat yang dekat dengan garis khatulistiwa yang pada umumnya perbedaan antara musim hujan dan musim kemarau tidak jelas tanaman tebu sulit dibudidayakan (Soepardiman 1996 dalam Yukamgo, 2007: 104).

Tebu merupakan tanaman Graminae atau rumput-rumputan yang ditanam untuk bahan baku pembuatan gula. Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi sebagian besar penduduk dunia. Dari waktu ke waktu, industri gula selalu

menghadapi berbagai masalah, sehingga produksinya belum mampu

mengimbangi besarnya permintaan masyarakat (rumah tangga) dan industri. Meningkatnya konsumsi gula dari tahun ke tahun disebabkan oleh pertambahan penduduk, peningkatan pendapatan penduduk dan bertambahnya penduduk yang memerlukan bahan baku berupa gula (Anonim 2004 dalam Yukamgo, 2007: 103).

Di Indonesia tanaman tebu ditanam di berbagai jenis tanah, misalnya tanah pasir, tanah lempung, tanah masam, dan tanah garaman (pasir pantai) (Adisewojo, 1971). Sifat dan keadaan tanah tentu saja mempunyai pengaruh atas tumbuhnya tanaman dan kadar gulanya dalam batang tebu. Hal yang harus diperhatikan adalah tanah harus subur, gembur, kemampuan menahan air, infiltrasi, dan permeabilitasnya baik. Di dataran yang terlalu tinggi (lebih dari 1300 meter di atas permukaan laut) pertumbuhan tanaman tebu sangat lambat dan produksi gulanya rendah (Richard 2005 dalam Yukamgo, 2007: 105).


(40)

commit to user

Tabel 17. Kriteria Klasifikasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Tebu. NO Kualitas / karakteristik

Lahan

Kelas Kesesuaian Lahan

S1 S2 S3 N1 N2

1. Temperatur ( t )

- Rata-rata tahunan (0C) 24-30 > 30-32

22 - < 24

> 32-34 21 - < 22

Td > 34 < 21 2. Ketersediaan Air (w)

- Bulan Kering (<75 mm)

- Curah Hujan/ tahun (mm)

- LGP (hari)

3 – 4

1500 – 2500

230 – 250

2 – 3

1300 – < 1500 210 – 230 250 – 300

>4-5

>2500 – 3000 1000 - < 1300 100 – 210 300 - 320

<180 340 > 5 <2 >3000 <1000 <180 360 3. Media Perakaran ( r )

- Drainase Tanah

- Tekstur

- Kedalaman efektif (cm)

Baik

SL, L, SCL, SiL, Si, CL, SiCL >75

Sedang

LS, SC, SiC, C

55 – 75

Agak terhambat, agak cepat Str C

40 - < 55

Terhambat, cepat

30 - < 40

Sangat Cepat, sangat terhambat Kerikil, pasir

<30 4. Retensi Hara ( f )

- KTK

- pH tanah (permukaan)

≥ Tinggi 6,5-7,0

Sedang >7,0-7,5 5,5 - < 6,5

Rendah >8,0-8,5 4,0-<4,0

- >8,5 <4,0 5. Hara Tersedia ( n )

- N Total - P2O5

- K2O

≥ Sedang ≥ Tinggi Tinggi Rendah Sedang Sedang Sangat Rendah Sangat Rendah Sangat Rendah - -

6. Terrain / Potensi Mekanisasi ( s/m )

Lereng (%)

Batuan permukaan (%) Singkapan Batuan (%)

< 8 < 3 < 2

8 - 15 3 - 15 2 – 10

> 15 - 20 > 15 - 40 > 10 – 25

> 20 Td > 25 – 40

> 20 > 40 > 40

7. Tingkat Bahaya Erosi ( e ) SR R S B SB

8. Bhaya Banjir ( b ) Fo F2 F3 F4 F4

(Sumber : Djaenudin dkk, 1994 : 37) Keterangan:

 Td : Tidak Berlaku

 S : Pasir

 Str C : Liat Berstruktur

 Si : Debu

 Liat Masif : Liat dari tipe 2 : 1 (Vertisol)


(41)

commit to user

8. Industri Gula

Industri gula adalah salah satu industri bidang pertanian yang secara nyata memerlukan keterpaduan antara agribisnis dan agroindustri. Indonesia semula terkenal sebagai negara pengekspor gula yang cukup besar dan diperhitungkan di dunia, tetapi saat ini justru berubah menjadi negara pengimpor gula dalam jumlah cukup besar.

Impor gula tahun 2000 mencapai tidak kurang dari 1,5 juta ton untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Bahkan beberapa sumber menyatakan bahwa impor gula yang terjadi lebih besar dari angka resmi. Hal ini terjadi karena produksi gula dalam negeri hanya sekitar 1,69 juta ton.

Penurunan produksi gula di Indonesia merupakan suatu akibat dari proses yang kompleks, baik dari segi sosial, ekonomi, teknologi, dan kebijakan. Untuk itu perlu suatu penanganan yang komprehensif dalam mengatasi masalah produksi gula. Berbagai aspek dan berbagai kepentingan terlibat dalam proses penurunan produksi gula dalam negeri.

Masuknya gula dari luar negeri dengan harga yang lebih rendah dari harga produksi dalam negeri, menyebabkan produksi gula nasional kurang mampu bersaing. Harga gula internasional terus bergerak hingga diatas batas psikologis US$ 300. Harga gula internasional tersebut berdampak nyata pada harga eceran di pasar dalam negeri hingga mencapai Rp. 5.000,- sampai dengan Rp. 6.000,-/kg (Kompas, 2005).

Rendahnya efisiensi teknik dan efisiensi ekonomi menyebabkan harga gula produksi dalam negeri menjadi mahal. Pulau Jawa yang semula sebagai sentral produksi gula nasional saat ini posisinya semakin bergeser dengan semakin sulitnya diperoleh lahan yang memadai untuk areal produksi tebu. Lahan yang memiliki sifat sesuai untuk tebu lebih banyak digunakan untuk komoditi lain yang lebih menguntungkan dibanding tebu. Kurangnya modal petani dan sering terlambatnya pencairan kredit semakin menambah rendahnya mutu penerapan teknologi tebu.

Industri gula merupakan industri yang sangat penting (strategis) karena komoditi gula termasuk dalam Sembilan bahan pokok masyarakat yang


(42)

commit to user

permintaannya cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan permintaan gula untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dapat terlihat dari total konsumsi gula nasional.

9. Kacang Tanah (Arachis hypogaea. L)

Kacang tanah yang ada di Indonesia semula berasal dari benua Amerika. Pemasukan ke Indonesia pertama-tama diperkirakan dibawa oleh pedagang-pedagang Spanyol, sewaktu melakukan pelayarannya dari Mexico ke Maluku setelah tabun 1597. Pada tahun 1863 HOLLE memasukkan Kacang Tanah dari Inggris dan pada tahun 1864 SCHEFFER memasukkan pula Kacang Tanah dari Mesir.

Jenis tanaman kacang tanah yang ada di Indonesia ada 2 ( dua ) tipe yaitu:

a. Tipe tegak

Jenis Kacang ini tumbuh lurus atau sedikit miring keatas, buahnya terdapat pada ruas-ruas dekat rumpun, umumnya pendek ( genjah ) dan kemasakan buahnya serempak.

b. Tipe menjalar

Jenis ini tumbuh kearah samping, batang utama berukuran panjang, buah terdapat pada ruas-ruas yang berdekatan dengan tanah dan umumnya berumur panjang.

Sebagai tanaman budidaya, kacang tanah terutama dipanen bijinya yang kaya protein dan lemak. Biji dapat dimakan mentah, direbus, digoreng, atau disangrai. Adapun kegunaan dari kacang tanah dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Biji

Biji kacang tanah mengandung zat-zat yang berguna berisikan senyawa-senyawa tertentu yang sangat dibutuhkan tubuh manusia untuk kelangsungan hidupnya. Biji kacang tanah memiliki kandungan protein sekitar 25-30 %, karbohidrat 12% dan minyak 40-50 % (AAK, 1995: 10 dalam Purwani, 2008: 30).


(43)

commit to user

Tabel 18. Kriteria Klasifikasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah. NO Kualitas / karakteristik

Lahan

Kelas Kesesuaian Lahan

S1 S2 S3 N1 N2

1. Temperatur ( t )

- Rata-rata tahunan (0C) 25-27 > 27-30

20- < 25

> 30-34 18 - < 20

Td > 34 < 18 2. Ketersediaan Air (w)

- Bulan Kering (<75 mm)

- Curah Hujan/ tahun (mm) <8 900-2000 8-9 >2000-3000 9-9,5 >3000 Td Td > 9,5 <250

3. Media Perakaran ( r ) - Drainase Tanah

- Tekstur

- Kedalaman efektif (cm)

Baik, agak cepat

L, SCL, SiL, CL

>50

Sedang, agak cepat

LS, SiL, Si

30-50

Terhambat

CL, SiCL, SC, SiC, Str C, C

15-<30 Sangat terhambat, terhambat Td Td Sangat Cepat Kerikil, pasir <15 4. Retensi Hara ( f )

- KTK

- pH tanah (permukaan)

≥ Sedang 6,0-7,0

Rendah >7,0-7,5 5,5 - < 6,0

Sangat Rendah >7,5-8,0 5,0-<5,5 Td >8,0-8,5 4,0-<5,0 Td >8,5 <4,0 5. Hara Tersedia ( n )

- N Total - P2O5

- K2O

≥ Sedang Tinggi Rendah-sangat Rendah Rendah Sedang Rendah Sangat Rendah Sangat Rendah - - - - -

6. Terrain / Potensi Mekanisasi ( s/m )

Lereng (%)

Batuan permukaan (%) Singkapan Batuan (%)

< 3 < 3 < 2

3 - 8 3 - 15 2 – 10

> 8 - 15 > 15 - 40 > 10 – 25

> 15 - 25 Td > 25 – 40

> 25 > 40 > 40

7. Tingkat Bahaya Erosi ( e ) SR R S B SB

8. Bhaya Banjir ( b ) F0 F2 F3 F4 F4

(Sumber : Djaenudin dkk, 1994 : 21) Keterangan:

 Td : Tidak Berlaku

 S : Pasir

 Str C : Liat Berstruktur

 Si : Debu

 Liat Masif : Liat dari tipe 2 : 1 (Vertisol)

 L : Lempung


(44)

commit to user

10.Metode Evaluasi Lahan

Metode evaluasi lahan adalah cara mengetahui potensi atau nilai dari suatu areal untuk penggunaan tertentu. Menurut Jamulya (1992: 1), terdapat tiga metode dalam mengadakan evaluasi lahan, yaitu:

a. Metode Pemerian (description)

Metode pemerian dilaksanakan dengan menguraikan kelas-kelas kesesuaian lahan dalam bentuk kalimat. Dalam metode ini juga menggunakan pembandingan antara kualitas dan karakteristik lahan dengan kriteria kelas kesesuaian lahan, tetapi dianalisis dengan deskripsi sugestif. Analisis deskripsi sugestif adalah pemberian suatu gambaran yang meyakinkan tentang kualitas dan karakteristik lahan sehingga tercipta suatu penghayatan tentang potensi lahan yang sedang dievaluasi.

b. Metode Pengharkatan (Scoring)

Metode Pengharkatan merupakan suatu cara untuk menilai potensi lahan dengan jalan memberikan harkat pada setiap parameter lahan, sehingga diperoleh kelas kesesuaian lahan berdasarkan perhitungan harkat dari setiap parameter lahan. Terdapat dua macam teknik pengharkatan yaitu: (1) Teknik penjumlahan/Pengurangan, teknik ini dilakukan dengan menjumlahkan atau mengurangi harkat setiap parameter lahan. (2) Teknik perkalian/pembagian (sistem indeks) dilakukan dengan mengalikan atau membagi harkat setiap parameter lahan. Dari kedua teknik tersebut akan diperoleh suatu nilai atau indeks tertentu yang menunjukkan kelas kesesuaian lahan.

c. Metode Pembandingan (Matching)

Metode pembandingan ini merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi kesesuaian lahan dengan jalan mencocokan serta membandingkan antara kualitas dan karakteristik lahan dengan kriteria kesesuaian lahan, sehingga

diperoleh potensi yang ada pada satuan lahan tertentu. Metode matching

umumnya dilakukan melalui teknik tabularis. Kualitas dan karakteristik yang

diperoleh dari lapangan diinventarisasi dalam bentuk tabel. Tabel kualitas dan karakteristik lahan ini kemudian dibandingkan dengan tabel kriteria kelas


(45)

commit to user

kesesuaian lahan untuk keperluan tertentu. Dari pembandingan tersebut diperoleh potensi suatu satuan lahan tertentu pada kelas kesesuaian lahan tertentu.

Selain diperoleh kelas kesesuaian lahan pada masing-masing satuan lahan, juga diperoleh besaran dan jenis faktor pembatas pada subkelas kesesuaian lahan. Setelah subkelas kesesuaian lahan diketahui maka dapat ditentukan tindakan pengelolaan pada setiap satuan lahan. Dengan demikian, dapat

ditentukan unit kesesuaian lahannya.Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Pencocokan (matching), antara kualitas dan karakteristik lahan dengan

syarat tumbuh tanaman tebu.

11.Satuan Lahan

Satuan lahan merupakan kelompok dari lokasi yang berhubungan, mempunyai bentuk lahan tertentu di dalam sistem; dan seluruh satuan lahan yang sama tersebar akan mempunyai asosiasi lokasi yang sama pula (Sitorus 1995 : 93).

Satuan lahan digunakan untuk satuan analisis subkelas kesesuaian lahan yaitu untuk mendapatkan kualitas dan karakteristik di lapangan. Data yang diperoleh di lapangan dan analisis laboratorium kemudian dianalisis dengan tu juan agar dapat diketahui faktor apa saja yang menjadi faktor penghambat sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman tebu dan kacang tanah.

12.Produktivitas Tanaman

Produktivitas lahan merupakan kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tertentu suatu tanaman dibawah suatu sistem pengelolaan lahan tertentu. Suatu lahan dapat menghasilkan suatu produk tanaman yang baik dan menguntungkan maka lahan dikatakan produktif. Produktivitas lahan merupakan perwujudan dari faktor lahan dan non lahan yang mempengaruhi hasil tanaman.

Produktivitas merupakan tujuan utama usaha tani. Suatu rumah tangga petani mempunyai berbagai kebutuhan untuk konsumsi, kesehatan, perumahan, pendidikan, keamanan, hubungan sosial, dan lain-lain. Jika verietas modern


(46)

commit to user

menghasilkan panenan yang lebih tinggi daripada varietas tradisional, maka petani akan memilih varietas modern untuk dijual tetapi varietas tradisional untuk dikonsumsi sendiri karena varietas tradisional terasa lebih enak dan mengalami penyusutan yang lebih sedikit dalam penyimpanan dan pengolahan.

Analisis data produksi dilakukan untuk menentukan tingkat produktivitas tanaman tebu dan kacang tanah. Unit analisis tingkat produksi tanaman tebu dan

kacang tanah adalah satuan lahan. Klasifikasi tingkat produksi tanaman jagung

dalam penelitian ini tidak mendasarkan pada standarisasi tertentu (tidak ada

standar baku), melainkan dengan kaidah umum klasifikasi data mendasarkan

range data tertinggi dan terendah. Produktivitas tanaman tebu dan jagung dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Produktivitas = Jumlah Produksi (ton)

Luas Lahan Panen (Ha)

Dalam menentukan pengambilan sampel untuk mengetahui jumlah produksi tiap satuan lahan, diambil melalui teknik wawancara terstruktur kepada penduduk petani tebu dan kacang tanah yang ada di tiap-tiap satuan lahan. Oleh karena satuan analisisnya berupa satuan lahan, maka untuk menentukan pengambilan populasi sampel produksi tanaman tebu dan kacang tanah dihitung pada tiap-tiap satuan lahan yang pengguanaan lahannya berupa sawah, tegalan, kebun dan semak. Sedangkan untuk penggunaan lahan yang berupa permukiman diabaikan dan untuk satuan lahan yang belum pernah ditanami tanaman tebu atau kacang tanah digeneralisasi dengan satuan lahan terdekatnya.

13.Konservasi Tanah

Konservasi tanah diartikan sebagai sebagai setiap penempatan bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang adiperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah (Arsyad, 1989: 29).


(47)

commit to user

Metode konservasi tanah dikelompokkan menjadi tiga golongan utama, yaitu:

a. Metode vegetatif

Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman atau tumbuhan dan sisa-sisanya untuk mengurangi daya rusak hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan daya rusak aliran permukaan dan erosi. Jenis tanaman atau vegetasi dan penggunaan tanah mempunyai efisiensi yang berlainan dalam konservasi tanah. Efisiensi tertinggi diberikan oleh vegetasi permanen kemudian berkurang berturut-turut pada padang rumput campuran antara rumput dengan leguminosa, legiminosa berbiji halus dan seterusnya (Arsyad, 1989:113).

b. Metode mekanik

Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanis yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi, dan meningkatkan kemampuan penggunaan tanah (Arsyad, 1989: 118).

c. Metode kimia

Metode kimia dalam konservasi tanah adalah penggunaan preparat kimia sintetis atau alami. Menjelang tahun 1950-an telah dikembangkan preparat-preparat kimia yang dipergunakan untuk pembentukan struktur tanah yang stabil.

Preparat kimia tersebut secara umum dinamai soil conditioner (pemantap struktur

tanah) (Arsyad, 1989: 157).

14.Sistem Informasi Geografis (SIG)

The potential of land for agricultural use is determined by an evaluation of the climate, soil and topographical environmental components and the understanding of local biophysical restraints. This evaluation is an essential step for the development of agriculture. It is necessary to assess the land suitability for rapeseed cultivation in the area by integrating various kinds of information with spatial analysis technique. The results of land suitability assessment presented in the form of map and report are meaningful to a local user. Geographic Information System (GIS) has the ability to perform numerous tasks utilizing both


(48)

commit to user

spatial and attribute data. One of the most useful features of GIS is the ability to overlay different layers or maps. (Pirbalouti, 2009: 837)

Sistem Informasi Geografis merupakan suatu sistem analisis yang digunakan untuk operasi analisa data spasial. Data spasial merupakan data yang

saling berkaitan dengan suatu tempat (Locational) dan terdiri dari dua bentuk

yaitu grafis dan data atribut yang menerangkan data grafis tersebut. (Wahyuningrum, 2003: 39).

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu sistem yang berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografis (Aronoff, 1989 dalam Prahasta, 2002: 55).

Sistem Informasi Geografis adalah sistem komputer yang digunakan

untuk memasukkan data (capturing), menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan,

memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan data-data yang berhubungan dengan posisi-posisi di permukaan bumi (Prahasta, 2002: 54).

Dengan fasilitas SIG, data yang dimasukkan ke dalam sistem dapat dipanggil kembali dan dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Melakukan perubahan keadaan yang terjadi, terutama pada faktor-faktor yang dinamis, dapat langsung dengan mudah dilakukan. Data spasial dan atribut tersebut disimpan

dalam sub sistem DBMS (Data Base Management System), sehingga dapat

dihindarkan tampilan data dihindarkan tampilan data yang tidak menunjang proses perencanaan.

SIG dibutuhkan untuk menangani data spasial yang sangat sulit, terutama dikarenakan peta dan data statistik cepat mengalami kadaluarsa sehingga tidak ada pelayanan penyedia data. Hal ini berakibat informasi yang diberikan menjadi tidak akurat. Berikut keistimewaan analisa melalui Sistem Informasi Geografis:

a. Analisa Proximity

Analisa proximity merupakan analisa geografis yang berbasis jarak antar

layer. Dalam analisis proximity SIG menggunakan proses yang disebut buffering

(membangun lapisan pendukung sekitar layer dalam jarak tertentu untuk

menentukan dekatnya hubungan antar sifat bagian yang ada).


(1)

commit to user

b. Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Tebu

1) Tingkat Pengelolaan Rendah

Tingkat pengelolaan rendah hanya dapat dilakukan pada faktor penghambat ketersediaan hara (n), pada tingkat pengelolaan ini dihasilkan 6 subkelas kesesuaian lahan antara lain: S2r,f ; S2r,f,e ; S2r,f,s/m ; S2r,f,s/m,e ; S3r ; dan N1r.

2) Tingkat Pengelolaan Sedang

Tingkat pengelolaan sedang terdapat pada faktor penghambat media perakaran, retensi hara, ketersediaan hara dan erosi. Pada tingkat pengelolaan sedang dihasilkan 6 subkelas kesesuaian lahan antara lain: S2r ; S2s/m ; S2r,s/m ; S2r,f,s/m,e ; S3r ; dan N1r.

2. Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial Untuk Tanaman Kacang Tanah

a. Kesesuaian Lahan Aktual Untuk Tanaman Kacang Tanah

Terdapat 5 subkelas kesesuaian lahan antara lain:

1) Subkelas kesesuaian lahan S3r,n dengan luas 422,20 Ha atau 6,85% dari daerah penelitian yang tersebar di Desa Dawung, Desa Japoh, Desa Kandang Sapi, dan Desa Mlale.

2) Subkelas kesesuaian lahan S3r dengan luas 36,91 Ha atau 0,60 % dari daerah penelitian yang tersebar di Desa Banyurip.

3) Subkelas kesesuaian lahan S3s/m dengan luas 297,24 Ha atau 4,82%

dari daerah penelitian yang tersebar di Desa Banyurip, Desa Dawung, Desa Jenar, Desa Kandang Sapi, dan Desa Ngepringan.

4) Subkelas kesesuaian lahan S2r,f,n,s/m dengan luas 317,30 Ha atau 5,15% dari daerah penelitian yang tersebar di Desa Banyurip.

5) Subkelas kesesuaian lahan S2r,n,s/m dengan luas 5088,71 Ha atau 82,58% dari daerah penelitian yang tersebar di semua desa di Kecamatan Jenar.

b. Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Kacang Tanah

1) Tingkat Pengelolaan Rendah

Tingkat pengelolaan rendah hanya dapat dilakukan pada faktor penghambat ketersediaan hara (n), pada tingkat pengelolaan ini


(2)

commit to user

dihasilkan 4 subkelas kesesuaian antara lain: S2r,s/m ; S2r,f,s/m ; S3r dan S3s/m.

2) Tingkat Pengelolaan Sedang

Tingkat pengelolaan sedang terdapat pada faktor penghambat media perakaran, retensi hara dan ketersediaan hara. Pada tingkat pengelolaan sedang dihasilkan 4 subkelas kesesuaian antara lain: S2s/m ; S2r,s/m ; S2r,f,n,s/m dan S3s/m.

3. Produktivitas tanaman tebu dan kacang tanah, sebagai berikut :

a. Tanaman Tebu

Produktivitas tanaman tebu yang berada pada satuan lahan yang mempunyai penggunaan lahan berupa tegalan di Kecamatan Jenar.

1) Produktivitas tanaman tebu tertinggi terdapat pada satuan lahan KLMR-I-Tg yang mempunyai subkelas kesesuaian lahan S2 r,f,n,s/m dengan hasil produksi tebu rata-rata sebesar 86,92 ton/Ha dengan luas area 224,25 Ha.

2) Produktivitas tanaman tebu terendah terdapat pada satuan lahan ACK-I-Tg dan KRKGKT-ACK-I-Tg yang mempunyai subkelas kesesuaian lahan S3 r dengan hasil produksi tebu rata-rata sebesar 60,00 ton/Ha dengan luas area 2,00 Ha.

b. Tanaman Kacang Tanah

Dari hasil wawancara diketahui bahwa sangat jarang penduduk di Kecamatan Jenar yang membudidayakan tanaman kacang tanah, sehingga produktivitas tanaman kacang tanah belum dapat dihitung.

B. IMPLIKASI

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman tebu dan kacang tanah di Kecamatan Jenar, maka implikasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


(3)

commit to user

1. Data kualitas dan karakteristik lahan dapat dimanfaatkan oleh petani maupun pemerintah daerah untuk menentukan jenis tanaman yang cocok untuk tanaman tahunan maupun tanaman tumpangsari, dengan memperhatikan faktor pembatas yang ada sehinggab diketahui jenis perlakuan yang tepat pada lahan tersebut.

2. Hasil penelitian berupa peta satuan lahan dengan masing-masing subkelas dapat digunakan sebagai acuan untuk penentuan lokasi penanaman yang baik, dengan faktor penghambat yang menyertainya. Sehingga dapat dimanfaatkan petani atau pemerintah untuk mengetahui jenis perlakuan yang akan diberikan pada lahan tersebut.

3. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk penentuan lokasi penanaman baik tanaman tebu maupun kacang tanah yang disesuaikan dengan data subkelas kesesuaian lahan pada setiap satuan lahan.

4. Data produktivitas tanaman tebu dapat digunakan untuk mengetahui

produktivitas tebu yang terendah dan tertinggi dari daerah penelitian dengan karakteristik lahan yang berbeda.

C. SARAN

Berdasarkan pada implikasi tersebut dapat diberikan saran sebagai berikut:

1. Tanaman kacang tanah dapat dijadikan tanaman alternatif untuk

ditumpangsarikan dengan tanaman tebu mengingat kelas terburuk kesesuaian lahan tanaman tersebut di daerah penelitian termasuk kelas sesuai marginal (S3) dengan memberi perlakuann pengelolaan yang lebih terhadap faktor pembatas yang tidak permanen.

2. Usaha perbaikan faktor pembatas ditingkat pengelolaan rendah atau sedang dapat menjadi alternatif usaha yang memungkinkan petani untuk meningkatkan produktivitas tanaman, pemilihan pengelolaan sebaiknya disesuaiakan dengan kemampuan petani.


(4)

commit to user

3. Penelitian ini terbatas pada kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial pada tingkat pengelolaan rendah dan sedang untuk tanaman tebu dan kacang tanah, sehingga diperlukan penelitian lanjutan seperti upaya perbaikan pada tingkat pengelolaan tinggi dan untuk evaluasi kesesuaian lahan tanaman lainnya yang direkomendasikan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan penduduk Kecamatan Jenar.


(5)

commit to user

Peta 14. Rekomendasi Tumpangsari Tanaman Tebu dan Kacang Tanah Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen Tahun 2010


(6)

commit to user

Rajagukguk, Erman. 2007. “Indonesia: Hukum Tanah Di Zaman Penjajahan”. Disampaikan pada Seminar Antarbangsa, “Tanah Keterhakisan Sosial dan Ekologi : Pengalaman Malaysia dan Indonesia”, Dewan Bahasa dan Pustaka Institut Alam dan Tamadun Melayu (ATMA), Universiti Kebangsaan Malaysia, Kuala Lumpur, 4-5 Desember 2007.

Roshadi, Kardian. 2008. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi Sawah Daerah Aliran Sungai Samin Kabupaten Karanganyar dan Sukoharjo Propinsi Jawa Tengah Tahun 2007. Skripsi. FKIP Universitas Sebelas Maret.

Rusli, M. dan Soetomo. 1995. Statistik Produksi Gula Indonesia. Pusat Penelitian

Perkebunan Gula Indonesia, Pasuruan. Hlm 8-10.

Santoso, Rudi Adi. 2005. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Ketela Pohon dan Tanaman Pisang di Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar. Skripsi. FKIP Universitas Sebelas Maret.

Septiani, Indria. 2004. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jati dan

Mahoni di Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi Tahun 2004. Skripsi. FKIP

Universitas Sebelas Maret.

Sitorus, Santun R.P. 1998. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung: Tarsito.

Sudaryono. 2009. “Kontribusi Ilmu Tanah dalam Mendorong Pegembangan

Agribisnis Kacang Tanah di Indonesia”. Pengembangan Industri

Pertanian 2 (4), 2009: 258-282.

Tika, Moh. Pabundu. 1997. Metode Penelitian Geografi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Utomo, Wani Hadi. 1989. Konservasi Tanah di Indonesia Suatu Rekaman dan

Analisa. Jakarta: Rajawali Pers.

Wahyuningrum, Nining., C Nugroho S Priyono, Wardoyo, Beny Haryadi, Endang, Savitri, Sudimin & Sudirman. 2003. Desember. Info DAS:

Pedoman Teknis Klasifikasi Kemampuan dan Kesesuaian Lahan. Bogor:

Departemen Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian Pegembangan Kehutanan dan Konservasi Alam.

Wisnubroto. 1983. Asas-Asas Meteorologi Pertanian. Jakarta : Ghalia Indonesia Yukamgo, Edo dan Nasih Widya Yuwono. 2007. Peran Silikon sebagai Unsur

Bermanfaat Pada Tanaman Tebu. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. Vol. 7 No.2 (2007) p: 103-116.