commit to user 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai potensi sumberdaya
alam yang
merupakan unsur
dari lingkungan
yang mendukung kehidupan di muka bumi. Dalam pengelolaan sumberdaya alam harus
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat dengan tetap memperhatikan keseimbangan dan keselarasannya sehingga akan bermanfaat
bagi generasi-generasi mendatang. Sebagai modal dasar pembangunan nasional, sumberdaya alam harus
dimanfaatkan secara sepenuh-penuhnya, tetapi dengan cara yang tidak merusak. Bahkan sebaliknya, cara-cara yang dipergunakan haruslah yang dapat memelihara
dan mengembangkan agar modal dasar tersebut makin besar manfaatnya untuk pembangunan lebih lanjut di masa yang akan datang. Inventarisasi dan evaluasi
sumberdaya alam sangatlah penting dengan tujuan untuk lebih mengetahui dan memanfaatkan potensi sumberdaya alam, baik di darat, laut maupun di udara yang
sangat diperlukan bagi pembangunan. Evaluasi sumberdaya lahan pada hakekatnya merupakan proses
untuk menduga potensi sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaannya. Adapun kerangka dasar dari evaluasi sumberdaya lahan adalah
membandingkan persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dengan sifat sumber daya yang ada pada lahan tersebut.
Sebagai dasar pemikiran utama dalam prosedur evaluasi adalah kenyataan bahwa berbagai penggunaan lahan membutuhkan persyaratan yang
berbeda-beda. Oleh karena itu dibutuhkan keterangan-keterangan tentang lahan tersebut yang menyangkut berbagai aspek sesuai dengan rencana
peruntukan yang sedang dipertimbnagkan. Sitorus, 1998:1.
Sejarah pertanahan di Indonesia dimulai sejak jaman kerajaan dimana pada saat itu semua tanah dikuasai oleh raja. Kebijakan tersebut terus berlanjut
pada saat Inggris menjajah Indonesia selama lima tahun 1811-1816. Gubernur Jenderal Raffles mengenalkan sistem sewa tanah di pulau Jawa. Raffles
memandang semua tanah sebagai milik raja-raja Jawa. Karena raja telah
1
commit to user 2
mengakui kedaulatan Inggris, maka tanah menjadi kepunyaan negara. Teori ini menjadi dasar untuk penerapan sistem sewa tanah di Jawa.
Raffles meninggalkan Jawa pada tahun 1816, setelah pulau tersebut dikembalikan Inggris kepada Belanda. Belanda meninjau kembali
kebijaksanaan mereka atas Jawa. Gubernur Jenderal Van Der Cappellen menerapkan suatu kebijaksanaan, diantaranya ialah, bahwa penduduk Jawa
bebas menggunakan tanah mereka untuk menanam yang mereka kehendaki, tapi sebagai imbalan atas hak ini, orang-orang tersebut harus
membayar sewa atas tanah. Rajagukguk, 2007: 1
Van Den Bosch, yang menggantikan Van Der Cappellen, muncul dengan suatu gagasan Culturstelsel. Tujuannya adalah untuk membuat Jawa sebagai suatu
aset yang bernilai dengan menghasilkan sebanyak mungkin kopi, gula dan nila dengan biaya produksi yang serendah mungkin. Menurut sistem yang baru ini,
rakyat harus menanam 15 tanah desa dengan tebu, kopi atau nila. Persyaratan tersebut kemudian diganti menjadi 13. Keberhasilan produksi gula dan juga
perkebunan besar lain di Indonesia dimasa kolonial pada dasarnya disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu kemudahan memperoleh tanah yang murah dan
tenaga kerja yang murah. Sistem tanam paksa menciptakan kekuasaan otoriter pada tingkat atas
dan kesengsaraan pada kalangan rakyat. Sistem itu juga menhapuskan peranan usaha-usaha swasta. Situasi ini menjadi pusat kritik Partai Liberal, yang kemudian
berkembang semakin kuat dan akhirnya pada tahun 1854, memenangkan suatu mayoritas di Parlemen Belanda.
Kekeuatan Partai Liberal yang terus meningkat di Negeri Belanda mendorong perubahan-perubahan politik di wilayah jajahan yang
sebagian didasarkan pada alasan kemanusian, sebagian lainnya bersumber pada filsafat ekonomi liberal. Kaum liberal percaya mengenai keuntungan-
keuntungan ekonomi pasar bebas, tidak hanya untuk rakyat Jawa tetapi juga untuk perusahaan-perusahaan Belanda secara umum. Sistem tanam
paksa secara berangsur-angsur dihapuskan, begitu juga monopoli pemerintah. Pada akhirnya kemudian perusahaan swasta boleh meluaskan
usahanya. Rajagukguk, 2007: 6
commit to user 3
Pada masa itu, terutama sejak diberlakukannya Undang-undang Agraria 1870 Agrarische Wet 1870, yang memberikan hak ”erfpacht” hak sewa turun
temurun dan hak ”opstal” hak untuk membangun atau mengusahakan tanah milik orang lain selama 75 tahun kepada perusahaan-perusahaan swasta,
perusahaan Belanda dan negeri lain datang ke Indonesia membuka perkebunan- perkebunan tembakau, gula, karet, teh dan kelapa sawit. Komoditi tersebut di jual
di pasar Eropa dan Amerika Utara. Pada tahun 1975, melalui Instruksi Presiden Inpres No 91975,
Pemerintah Indonesia memutuskan untuk melakukan perijbahan struktural dalam organisasi industri gula. Perubahan yang mendasar adalah bahwa penanaman tebu
yang semula merupakan tanggung jawab pabrik gula PG yang dengan cara menyewa tanah petani lalu mengelola sendiri pertanamanperkebunan tebu diubah
menjadi tanggung jawab petani. Artinya, penanaman tebu menjadi tanaman milik rakyat, sedangkan PG hanya berfungsi sebagai “buruh” pengolah tebu menjadi
gula, dan sebagai penasehat teknis dalam hal budidaya tebu. Sistem ini dikenal sebagai “Tebu Rakyat Intensifikasi” atau TRI. Salah satu tujuan utama TRI adalah
agar petani diberi kesempatan untuk dapat menjadi “tuan di tanahnya sendiri”. Gula adalah salah satu komoditas pertanian yang telah ditetapkan
Indonesia sebagai komoditas khusus special products dalam forum perundingan Organisasi Perdagangan Dunia WTO, bersama beras,
jagung dan kedelai. Dengan pertimbangan utama untuk memperkuat ketahanan pangan dan kualitas hidup di pedesaan, Indonesia berupaya
meningkatkan produksi dalam negeri, termasuk mencanangkan target swasembada gula, yang sampai sekarang belum tercapai Arifin, 2008:1.
Tabel 1. Konsumsi Gula Nasional Tahun 1999 – 2005 Tahun
Konsumsi Nasional ton
Kenaikan Konsumsi
Produksi Terhadap Konsumsi
1999 2000
2001 2002
2003 2004
2005 2.889.171
2.989.171 3.150.866
3.300.808 3.300.811
3.388.808 3.439.640
3,35 5,13
4,54 0,00
2,60 1,48
51,52 56,56
54,76 53,18
49,44 60,54
65,17
Sumber: Sekretariat Dewan Gula Indonesia 2006 dalam Maria, 2009: 3, diolah
commit to user 7
di Kecamatan Jenar untuk tanaman tebu baik kesesuaian lahan sekarang maupun kesesuaian lahan potensial.
Selain melakukan evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman tebu, upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Jenar adalah
dengan sistem tumpang sari, mengingat masa panen tanaman tebu yang relatif lama, yaitu sekitar satu tahun. Tanaman palawija dapat dibudidayakan
berdampingan dengan tanaman tebu, seperti: kacang tanah, kedelai, kacang hijau, jagung dan lain-lain. Selain itu, penduduk di kecamatan Jenar telah
membudidayakan tanaman tebu dalam kurun waktu yang relatif lama namun tidak menunjukkan perubahan yang signifikan pada taraf kesejahteraannya.
Permintaan produksi palawija pada masa mendatang akan makin tinggi
sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, agroindustri produk palawija, serta industri
peternakan dan perikanan. Perubahan penggunaan lahan pertanian
produktif menjadi areal pemukiman, prasarana umum, kawasan industri dan wisata mengurangi areal tanam.
Sentra produksi kacang tanah di Indonesia antara lain adalah Kabupaten Tuban dan Blitar Jawa Timur, serta Pati, Kudus, Blora,
Sragen, dan Wonogirmei Jawa Tengah. Deskripsi dan karakterisasi tanah merupakan langkah awal dalam mengenal dan membaca karakter tanah.
Dengan memahami karakter tanah, kita dapat memanfaatkan tanah sesuai dengan watak dan kemampuannya, atau memanipulasi karakter tanah
sesuai dengan prasyarat peruntukannya. Sudaryono, 2009: 266.
Penanaman kacang tanah di Indonesia kebanyakan dilakukan di tanah kering tegalan atau di sawah. Pada umumnya kacang tanah ditanam pada saat
menjelang musim kemarau. Namun, penanaman kacang tanah di tegalan dilakukan pada awal atau akhir musim penghujan. Kacang tanah termasuk
tanaman palawija, yakni tanaman yang berumur pendek. Jadi, tanaman ini tergolong tanaman yang cepat menghasilkan. Cara pemeliharaannya pun mudah
dilakukan. Adapun manfaat kacang tanah antara lain sebagai makanan manusia, makanan ternak, bahan minyak goreng, dan bahan perdagangan. Aak, 1989: 10.
commit to user 8
Kabupaten Sragen sebagai salah satu daerah sentra produksi kacang tanah belum semua daerahnya telah membudidayakan tanaman tersebut, termasuk
Kecamatan Jenar. Untuk itu, diperlukan data mengenai kualitas dan karakteristik lahan
di Kecamatan Jenar dengan melakukan evaluasi kesesuaian lahan. Selain evaluasi lahan, diperlukan juga data mengenai produktivitas tanaman baik
tanaman tebu maupun tananaman kacang tanah. Usaha
tani tanaman
pangan, khususnya kacang tanah saat ini telah diupayakan dalam pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya alam yang
tersedia, serta faktor pendukung lainnya untuk memulihkan perekonomian nasional. Di Indonesia, pengembangan kacang tanah antara lain dilandasi oleh: 1
tujuan diversifikasi pangan dan peningkatan gizi masyarakat, 2 meningkatnya permintaan kacang tanah 4.4 per tahun yang ditandai terus meningkatnya
impor kacang tanah akibat berkembangnya industri pengolahan, 3 adanya upaya untuk meningkatkan lapangan kerja dan pendapatan petani, dan 4 masih
tersedianya sumberdaya lahan, manusia dan teknologi budidaya yang belum dimanfaatkan secara maksimal.
Meninjau perkembangan produksi kacang tanah nasional yang masih tergolong rendah dengan peningkatan sebesar 1.43 per tahun periode 1991 –
2000, maka pemerintah dalam hal ini Dirjen Produksi Tanaman pangan Departemen Pertanian
menerapkan 9 strategi pengembangan produksi kacang
tanah. Dua diantaranya adalah mengembangkan kawasanbudidaya produksi kacang tanah secara intensif pada lahan-lahan yang sesuai dan sangat sesuai
dengan mengidentifikasi lokasi pada lahan-lahan dengan produktivitas 15 kwha, serta memperluas areal tanam.
Kesesuaian lahan mengindikasikan kelayakan teknis dari aspek lahan
untuk tanaman kacang
tanah. Kesesuaian lahan memberikan data karakteristik lahan berdasarkan persyaratan tumbuh tanaman. Pengolahan tanah merupakan
tindakan dasar dalam menyiapkan media tumbuh bagi tanaman agar akar tumbuh dan berkembang sempurna. Apabila tanaman tumbuh di tempat yang sesuai maka
pertumbuhannya akan baik dan memberikan hasil secara maksimal.
commit to user 9
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis bermaksud
melakukan penelitian yang berkaitan dengan kajian evaluasi lahan untuk jenis tanaman tebu dan kacang tanah di Kecamatan Jenar dengan judul:
“Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Tebu Dan Kacang Tanah Di Kecamatan
Jenar Kabupaten Sragen Tahun 2010
”
B. Identifikasi Masalah