Upaya Hukum Berupa Banding Kepada Terdakwa.

BAB IV UPAYA YANG DILAKUKAN UNTUK MENGEKSISTENSIKAN GRASI TERHADAP NARAPIDANA

A. Upaya Hukum Berupa Banding Kepada Terdakwa.

Salah satu hak terdakwa pada persidangan perkara pidana di Pengadilan Negeri adalah hak untuk segera diberitahukan sesudah putusan pemidanaan diucapkan, yakni hak segera menerima atau segera menolak putusan; hak mempelajari putusan sebelum menyatakan menerima atau menolak putusan, dalam tenggang waktu yang ditentukan undang-undang KUHAP; hak minta menangguhkan pelaksanaan putusan dalam tenggang waktu yang ditentukan oleh undang-undang untuk dapat mengajukan grasi, dalam hal ia menerima putusan; hak minta diperiksa perkaranya dalam tingkat banding dalam tenggang waktu yang ditentukan oleh undang-undang Universitas Sumatera Utara KUHAP dalam hal ia menolak putusan; dan hak mencabut pernyataan menerima atau menolak putusan dalam tenggang waktu yang ditentukan oleh undang-undang KUHAP. vide Pasal 196 KUHAP. Permasalahan teknis seperti hal tersebut di atas kerap muncul dalam praktek keseharian di pengadilan, yang mana hal teknis tersebut dianggap sepele dan sederhana tetapi dapat menimbulkan akibat hukum yang tidak sepelesederhana. Upaya hukum biasa berupa banding adalah hak dari terdakwa atau penuntut umum terhadap putusan pengadilan tingkat pertama kecuali terhadap putusan bebas, lepas dari segala tuntutan hukum yang menyangkut masalah kurang tepatnya penerapan hukum dan putusan pengadilan dalam acara cepat. vide Pasal 67 KUHAP. Normakaidah tentang tata cara pengajuan banding terkandung pada Pasal 233 sampai dengan Pasal 237 KUHAP.Normakaidah yang terkandung pada pasal-pasal tersebut adalah berupa: 1. SUBYEK HUKUM. Untuk permintaan banding yang diajukan ke Pengadilan Tinggi hanya dapat dilakukan oleh terdakwea atau yang khusus dikuasakan untuk itu atau penuntut umum. 2. TENGGANG WAKTU PENGAJUAN BANDING. Kepaniteraan Pengadilan Negeri hanya menerima permintaan banding dalam waktu tujuh hari sesudah putusan dijatuhkan atau setelah putusan diberitahukan kepada terdakwa yang tidak hadir.Apabila tenggang waktu tujuh hari telah lewat tanpa diajukan permintaan banding oleh yang bersangkutan, maka terdakwa atau penuntut umum dianggap menerima putusan. 3. BUKTI PERMINTAAN BANDING ATAU MENERIMA PUTUSAN. Kepaniteraan Pengadilan Negeri membuat sebuah surat keterangan yang Universitas Sumatera Utara ditandatangani oleh panitera dan oleh pemohon serta tembusannya diberikan kepada pemohon yang bersangkutan.Dalam hal pemohon tidak dapat menghadap, hal tersebut harus dicatat oleh panitera dengan disertai alasannya dan catatan itu harus dilampirkan dalam berkas perkara serta juga ditulis dalam daftar perkara pidana.Panitera Pengadilan Negeri wajib memberitahukan permintaan banding dari satu pihak yang satu kepada pihak yang lain.Jika telah lewat tujuh hari waktu untuk pengajuan banding tanpa ada yang mengajukan permintaan banding, maka penuntut umum atau terdakwa dianggap menerima putusan, yang hal ini oleh panitera mencatat dan membuat akta mengenai hal tersebut dan melekatkan akta tersebut pada berkas perkara. 4. MENCABUT PERMINTAAN BANDING. Selama perkara banding belum diputus oleh pengadilan tinggi, permintaan banding dapat dicabut sewaktu- waktu dan dalam hal sudah dicabut, permintaan banding dalam perkara tersebut tidak dapat diajukan lagi.Tetapi apabila perkara telah diperiksa dan belum diputus, sedangkan pemohon banding mencabut permintaan bandingnya, maka pemohon dibebani membayar biaya perkara yang telah dikeluarkan oleh pengadilan tinggi hingga saat pencabutan permintaan bandingnya. 5. PENGIRIMAN BERKAS BANDING. Paling lambat empat hari sejak permintaan banding diajukan, panitera mengirimkan bundel A dan B ke Pengadilan Tinggi.Selama Pengadilan Tinggi belum mulai memeriksa perkara dalam tingkat banding, terdakwa atau kuasanya maupun penuntut umum dapat menyerahkan memori banding atau kontra memori banding kepada Pengadilan Tinggi. Universitas Sumatera Utara 6. MENELITI DAN MEMPELAJARI BERKAS PERKARA. Pemohon banding diberikan kesempatan untuk mempelajari berkas perkara di Pengadilan Negeri selama tujuh hari sebelum pengiriman berkas perkara tersebut ke Pengadilan Tinggi.Pemohon banding wajib diberikan kesempatan untuk meneliti keaslian berkas perkaranya yang ada di Pengadilan Tinggi.Dari normakaidah tersebut di atas, maka dapatlah digunakan untuk menjawab pertanyaan tersebut di muka penulisan ini. KUHAP tidak terdapat normakaidah yang tegas mengatur, sejak kapan putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap BHT.KUHAP hanya mengatur tentang sahnya putusan dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan di sidang terbuka untuk umum, vide Pasal 195 KUHAP.Tetapi sudah lajim di praktek keseharian di lingkungan penegakan hukum, bahwa suatu putusan pengadilan telah mempunyai kekuatan hukum tetap sejak tidak adanya lagi upaya hukum biasa, yakni banding atau pun kasasi.Bagaimanakah jika seandainya terdakwa atau penuntut umum langsung menerima putusan setelah putusan tersebut diucapkan di sidang terbuka untuk umum, apakah langsung pula dianggap putusan tersebut telah mempunyai kekuatan hukum tetap BHT. Filosofi hukum dari putusan berkekuatan hukum tetap adalah putusan tersebut sudah tidak dapat lagi dirubah, terkecuali dengan upaya hukum luar biasa. Jadi bukan berarti mengenai eksekusi putusan.Dengan adanya titel eksekutorial Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dan putusan pengadilan tersebut diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum, maka putusan pengadilan demikian sudah mempunyai kekuatan hukum.Putusan sudah dapat dieksekusi walaupun belum berkekuatan hukum tetap. Sebagai contoh perintah untuk Universitas Sumatera Utara memasukkan terdakwa dalam tahanan. Hal tersebut sudah dapat dilakukan oleh jaksapenuntut umum untuk mengeksekusi terdakwa ke dalam tahanan dan tidak perlu menunggu putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap. Terdakwa dan penuntut umum telah menerima putusan segera setelah putusan diucapkan di sidang terbuka untuk umum, maka putusan pengadilan tersebut masih belum berkekuatan hukum tetap tetapi sudah mempunyai kekuatan hukum. Sehingga untuk supaya putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap harus menunggu tenggang waktu permintaan banding habis, dengan kata lain sudah tidak ada lagi kesempatan untuk upaya hukum biasa banding atau kasasi.Untuk pengajuan permintaan upaya hukum banding, tenggang waktunya adalah selama tujuh hari setelah putusan diucapkan atau sejak diberitahukan kepada terdakwa yang tidak hadir.Seandainya sidang putusan pengadilan adalah hari Senin dan terdakwa atau pun penuntut umum menerima putusan tersebut pada hari itu, putusan pengadilan demikian masih menunggu Senin depan untuk berkekuatan hukum tetap. Putusan tersebut telah mempunyai kekuatan hukum, walaupun terdakwa atau penuntut umum bersikap mempelajari putusan selama tujuh hari sejak putusan diucapkan dan diberitahukan.

B. Upaya Yang Dilakukan Agar Grasi Diterima