Pengertian Grasi Tinjauan Kepustakaan 1. Pengertian Eksistensi

2. Pengertian Grasi

Grasi adalah wewenang dari Kepala Negara untuk memberikan pengampunan terhadap hukuman yang telah dijatuhkan oleh hakim, berupa menghapus seluruhnya, sebagian atau mengubah sifatbentuk hukuman itu. Kamus Besar Bahasa Indonesia, grasi sebagai ampunan yang diberikan Kepala Negara terhadap seseorang yang dijatuhi hukuman. Pasal 1 Undang-Undang No. 22 Tahun 2002, Grasi adalah pengampunan berupa perubahan, peringanan, pengurangan, atau penghapusan pelaksanaan pidana kepada terpidana yang diberikan oleh Presiden. Grasi bukan berupa upaya hukum, karena upaya hukum hanya terdapat sampai pada tingkat Kasasi ke Mahkamah Agung. Grasi merupakan upaya non hukum yang didasarkan pada hak prerogatif Presiden dan juga diputuskan berdasarkan pertimbangan subjektif Presiden. Grasi dibutuhkan dalam pemerintahan suatu negara karena dapat meminimalisasi beberapa resiko yang dikhawatirkan sebagai akibat dari vonis yang dijatuhkan oleh hakim, khususnya untuk pidana pidana mati yaitu adanya kemungkinan terjadi eksekusi terhadap innocent people. Adanya kekhilafan dalam proses hukum, meliputi proses penuntutan, penangkapan yang salah, atau keterangan dari saksi yang tidak dapat dipercaya. Grasi berada di luar lingkup peradilan pidana. Kita ketahui sebelumnya, grasi merupakan hak preogratif yang dimiliki oleh Presiden. Keputusan dari permohonan grasi ini, baik diitolak atau dikabulkan oleh Presiden, dasar keputusannya tetap didasarkan pada teori pemidanaan. Tidak berbeda dengan penjatuhan pidana yang dijatuhkan oleh hakim kepada pelaku tindak pidana, yang juga didasarkan pada teori pemidanaan. Seseorang yang telah terbukti bersalah Universitas Sumatera Utara melakukan suatu tindak pidana, dipidana dengan pidana berdasarkan Pasal 10 KUHP. Bentuk-bentuk pidana berdasarkan Pasal 10 KUHP, terdiri dari: 1 Pidana pokok, terdiri atas: a Pidana mati; b Pidana penjara; c Pidana kurungan; d Pidana denda; e Pidana tutupan Undang-undang No.20 Tahun 1946. 2 Pidana tambahan, terdiri atas: a Pencabutan hak-hak tertentu; b Pengumuman putusan hakim; c Perampasan benda-benda tertentu. Sedangkan bentuk-bentuk atau jenis-jenis pidana menurut Rancangan KUHP Nasional diatur dalam pasal 62 ayat 1 Tahun 1964 yang terdiri dari: 1 Pidana pokok, adalah: Ke-1 Pidana penjara Ke-2 Pidana tutupan Ke-3 Pidana pengawasan Ke-4 Pidana denda Ke-5 Pidana kerja sosial 2 Pidana tambahan dimuat di dalam pasal 64 ayat 1. Pidana tambahan adalah: Ke-1 Pencabutan hak-hak tetentu Ke-2 Perampasan barang-barang tertentu dengan tagihan Ke-3 Pengumuman putusan hakim Universitas Sumatera Utara Ke-4 Pembayaran ganti rugi Ke-5 Pemenuhan kewajiban adat. Mulanya pemberian grasi atau pengampunan di jaman kerajaan absolute Eropa, adalah berupa anugerah dari raja vortelijke gunst yang memberikan pengampunan terhadap orang yang telah dipidana. Sifatnya sebagai kemurahan hati raja yang berkuasa. Setelah tumbuhnya negara-negara modern, dimana kekuasaan kehakiman telah terpisah dengan kekuasaan pemerintahan atas pengaruh dari paham trias politika, maka pemberian grasi berubah sifatnya menjadi koreksi terhadap putusan pengadilan khususnya mengenai pelaksanaannya Grasi adalah pengampunan berupa perubahan, peringatan, pengurangan atau penghapusan pelaksanaan pidana kepada terpidana yang diberikan Presiden Pasal 1 ayat 1 UU No. 22 Tahun 2002. Hak mengajukan grasi diberitahukan kepada terpidana oleh hakim atau hakim ketua sidang yang memutus parkara pada tingkat pertama. Jika pada waktu putusan pengadilan dijatuhkan terpidana tidak hadir, hak terpidana sebagaimna dimaksud pada ayat 1 diberitahukan secara tertulis oleh panitera dari pengadilan yang memutus perkara pada tingkat pertama. Permohonan grasi oleh terpidana atau kuasa hukumnya diajukan kepada Presiden. Permohonan sebagaimana dimaksud dapat diajukan oleh keluarga terpidana, dengan persetujuan dari terpidana. Dalam hal terpidana dijatuhi hukuman, permohonan grasi dapat diajukan oleh keluarga terpidana tanpa persetujuan terpidana. Pasal 7 UU Nomor 22 tahun 2002 tentang grasi,mengatakan: 1. Permohonan grasi dapat diajukan sejak putusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap. 2. Permohonan grasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak dibatasi oleh tenggang waktu tertentu. Universitas Sumatera Utara Permohonan grasi dimaksud harus diajukan secara tertulis oleh terpidana, kuasa hukumnya, atau keluarganya, kepada Presiden. Salinan permohonan grasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1, disampaikan kepada pengadilan yang memutus perkara pada tingkat pertama untuk diteruskan kepada Mahkamah Agung. Kamus Besar Bahasa Indonesia amnesti 23 Di Indonesia, amnesti merupakan salah satu hak presiden di bidang yudikatif sebagai akibat penerapan sistem pembagian kekuasaan. Hak Kepala Negara untuk memberikan pengampunan artinya bahwa tidak memberlakukan proses hukum terhadap warganegara yang telah melakukan kesalahan pada negara seperti pemberontakan bersenjata melawan pemerintahan yang sah untuk melepaskan diri dari negara, atau mendirikan negara baru secara sepihak, atau terhadap gerakan politik adalah suatu pernyataan terhadap orang banyak yang terlibat dalam suatu tindak pidana untuk meniadakan suatu akibat hukum pidana yang timbul dari tindak pidana tersebut. Amnesti diberikan kepada orang-orang yang sudah ataupun yang belum dijatuhi hukuman, yang sudah ataupun yang belum diadakan pengusutan atau pemeriksaan terhadap tindak pidana tersebut. Secara umum amnesti adalah sebuah tindakan hukum yang mengembalikan status tak bersalah kepada orang yang sudah dinyatakan bersalah secara hukum sebelumnya. Kamus Besar Bahasa Indonesia, amnesti merupakan pengampunan atau penghapusan hukuman yg diberikan kepala negara kepada seseorang atau sekelompok orang yg telah melakukan tindak pidana tertentu. Amnesti ditujukan kepada orang banyak. Pemberian amnesti yang pernah diberikan oleh suatu negara diberikan terhadap delik yang bersifat politik seperti pemberontakan atau suatu pemogokan kaum buruh yang membawa akibat luas terhadap kepentingan negara. Amnesti merupakan hak prerogatif Presiden dalam tataran yudikatif. 23 Ibid, hlm 97 Universitas Sumatera Utara untuk menggulingkan kekuasaan negara yang sah kudeta, coup d’etat. Amnesti umumnya diberlakukan untuk kasus benuansa politik dan oleh karenanya umumnya bersifat masal amnesti umum. Pertimbangan atau rekomendasi untuk dikeluarkan amnesti oleh Kepala Negara bisa datang dari, parlemenlegislatif, pakar-pakar hukum, tokoh politik, danatau tekanan internasional. Pemberian amnesti murni lahir dari presiden selaku kepala negara. Hak prerogatif ini sesuai dengan amanat undang- undang dasar kepada presiden selaku kepala negara. Pasal 14 ayat 2 UUD 1945 tentang Amnesti dan Abolisi, kewenangan pemberian amnesti, mutlak berada di tangan presiden. Amendemen pertama UUD 1945 kemudian menambahkan bahwa dalam memberikan amnesti, presiden diharapkan memerhatikan pertimbangan lembaga legislatif meski tidak memengaruhi hak mutlak presiden. Selain Undang- Undang Dasar 1945, masalah amnesti dan abolisi di Indonesia belum diatur secara khusus. Indonesia hingga sekarang, masih memakai UU Darurat Nomor 11 Tahun 1954 tentang Amnesti dan Abolisi. Sebenarnya pada masa Menteri Yusril Ihza Mahendra, ada rencana untuk membuat Rancangan Undang-Undang RUU tentang Amnesti. Sampai sekarang rencana itu tidak terdengar lagi. Pasal 1 UU Darurat Nomor 11 Tahun 1954 tersebut mengatur presiden atas kepentingan negara dapat memberi amnesti dan abolisi kepada orang-orang yang telah melakukan suatu tindakan pidana. Tindak pidana yang dimaksud dalam pasal tersebut berlaku untuk persengketaan politik, yang kala itu antara pemerintah RI dan Kerajaan Belanda. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam pasal 2 UU darurat tersebut. Di samping kedua perundangan di atas, pengertian amnesti juga disinggung dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2004 tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi. Amnesti dalam undang-undang ini merupakan pengampunan yang diberikan oleh presiden kepada pelaku pelanggaran hak asasi manusia yang berat dengan memerhatikan pertimbangan Universitas Sumatera Utara Dewan Perwakilan Rakyat DPR. Pemberian amnesti di Indonesia belakangan juga diatur hanya untuk aktivitas politik yang diancam ataupun divonis dengan pasal makar, bukan terpidana yang tersangkut kriminal. Kamus Besar Bahasa Indonesia abolisi 24 Kamus Besar Bahasa Indonesia, rehabilitasi berarti penghapusan atau pembasmian. Istilah abolisi diartikan sebagai peniadaan tuntutan pidana. Artinya, Abolisi bukan suatu pengampunan dari Presiden kepada para terpidana. Tetapi merupakan sebuah upaya Presiden untuk menghentikan proses pemeriksaan dan penuntutan kepada seorang tersangka. Karena dianggap pemeriksaan dan penuntutan tersebut dapat mengganggu stabilitas pemerintahan. 25

3. Pengertian Hukum Pidana