o. Foto copy Penetapan hari siding.
p. BAP dari Penyidik.
q. Dan surat-surat lain.
9. Dalam hal permohonan grasi diajukan dalam waktu bersamaan dengan
permohonan PK atau jangka waktu antgara kedua permohonan tersebut tidak terlalu lama, maka permohonan PK dikirim terlebih dahulu.
10. Permohonan Grasi hanya dapat diajukan 1 satu kali kecuali dalam hal :
Terpidana yang pernah ditolak permohonan grasinya dan telah lewat 2 dua tahun sejak penolakan grasinya. Terpidana yang pernah diberi grasi dari pidana
mati menjadi pidana penjara seumur hidup dan telah lewat 2 dua tahun sejak tanggal keputusan pemberian grasi diterima.
2. Pemberian Grasi Kepada Pihak Narkoba
Grasi adalah salah satu dari lima hak yang dimiliki kepala negara di bidang yudikatif. Sesuai Undang-undang Dasar Tahun 1945, Presiden memberi grasi dengan
memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung. Grasi, pada dasarnya, pemberian dari Presiden dalam bentuk pengampunan yang berupa perubahan, peringanan,
pengurangan, atau penghapusan pelaksanaan putusan kepada terpidana. Dengan demikian, pemberian grasi bukan merupakan persoalan teknis yuridis peradilan dan
tidak terkait dengan penilaian terhadap putusan hakim. Pemberian grasi bukan merupakan campur tangan Presiden dalam bidang
yudikatif, melainkan hak prerogratif Presiden untuk memberikan ampunan. Kendati pemberian grasi dapat mengubah, meringankan, mengurangi, atau menghapuskan
kewajiban menjalani pidana yang dijatuhkan pengadilan, tidak berarti menghilangkan kesalahan dan juga bukan merupakan rehabilitasi terhadap terpidana. Hak
Universitas Sumatera Utara
mengajukan grasi diberitahukan kepada terpidana oleh hakim atau hakim ketua sidang yang memutus perkara pada tingkat pertama. Hal terpidana dijatuhi pidana mati,
permohonan grasi dapat diajukan oleh keluarga terpidana tanpa persetujuan terpidana. Permohonan grasi dapat diajukan sejak putusan pengadilan memperoleh kekuatan
hukum tetap. Permohonan grasi diajukan secara tertulis oleh terpidana, kuasa hukumnya, atau keluarganya, kepada Presiden.
Salinan permohonan grasi disampaikan kepada pengadilan yang memutus perkara pada tingkat pertama untuk diteruskan kepada Mahkamah Agung. Dalam
jangka waktu paling lambat 3 tiga bulan terhitung sejak tanggal diterimanya salinan permohonan dan berkas perkara, Mahkamah Agung mengirimkan pertimbangan
tertulis kepada Presiden. Selanjutnya, Presiden memberikan keputusan atas permohonan grasi setelah memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung.
Keputusan Presiden dapat berupa pemberian atau penolakan grasi. Salah satu dasar pertimbangan pemberian grasi kepada terpidana mati adalah
untuk penegakan hak asasi manusia. Pemberian grasi kepada terpidana mati harus dilakukan secara tepat untuk tercapainya perlindungan hak asasi manusia berdasarkan
Pancasila dan UUD Tahun 1945. Demi kepentingan kemanusiaan, Menteri Hukum HAM dapat meminta terpidana atau keluarganya untuk mengajukan permohonan
grasi. Menteri Hukum dan HAM berwenang meneliti dan melaksanakan proses pengajuan grasi dan menyampaikan permohonan grasi tersebut kepada Presiden.
Pandangan masyarakat yang beragam terkait layak atau tidaknya pemberian grasi kepada terpidana mati kasus narkoba. Sebagian pendapat dari masyarakat
pemberian grasi kepada terpidana mati kasus narkoba tidak layak karena kasus narkoba merupakan kejahatan serius. Namun, sebagian yang lain memandang
Universitas Sumatera Utara
pemberian grasi kepada terpidana mati kasus narkoba layak diberikan karena alasan kemanusiaan.
Masyarakat yang berpendapat pemberian grasi tidak layak diberikan kepada terpidana mati kasus narkoba memiliki beberapa alasan: Pertama, kejahatan narkoba
merupakan kejahatan serius seperti halnya kejahatan terorisme. Kedua, keadilan bagi si korban khususnya korban pengguna narkoba menjadi alasan kuat perlunya
hukuman berat bagi pelaku kejahatan narkoba. Ketiga, narkoba dapat berakibat pada rusaknya generasi muda pengguna narkoba.
Selanjutnya masyarakat yang berpendapat pemberian grasi layak diberikan kepada terpidana mati kasus narkoba memiliki beberapa pandangan: Pertama,
pemberian grasi tidak serta merta diberikan pada setiap permohonan grasi. Namun, pemberian grasi dapat dipertimbangkan dengan melihat latar belakang mengapa
terpidana melakukan tindak pidana yang berakibat pada hukuman mati. Apabila dari segi kemanusiaan si pemohon grasi tersebut layak untuk diberikan grasi tentu grasi
tersebut dapat diberikan. Kedua, Pertimbangan pemberian grasi terhadap terpidana mati sejalan dengan upaya pemerintah dalam mencegah adanya hukuman mati di luar
negeri, khususnya terhadap ancaman hukuman mati yang dialami WNI yang sedang bekerja di luar negeri. Banyak ancaman hukuman mati dialami oleh WNI karena
terpaksa melakukan kejahatan dengan alasan kemanusiaan. Layak atau tidaknya pemberian grasi kepada terpidana mati kasus narkoba
dapat dipertimbangkan dari alasan yang disampaikan dalam permohonan grasi dan pertimbangan Mahkamah Agung terhadap isi permohonan grasi yang disampaikan.
Pertimbangan kemanusiaan dapat menjadi salah satu alasan pemberian grasi kepada
Universitas Sumatera Utara
terpidana mati kasus narkoba. Namun, pemberian grasi harus tepat diberikan kepada terpidana yang memang memiliki alasan kemanusiaan yang cukup kuat.
3. Prosedur Penerimaan Grasi