commit to user
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampai  hari  ini,  cabai  masih  termasuk  komoditas  primadona hortikultura. Bahkan pada waktu-waktu tertentu, permintaan dipasaran sangat
tinggi  karena  pasokan  yang  terbatas.  Jadi,  tak  heran  kalau  kenaikan  harga cabai sering menjadi rumor hangat dikalangan masyarakat. Pasalnya, si pedas
ini  sudah  menjadi  bagian  yang  tak  terpisahkan  dari  hidangan  masakan nusantara
Siklus  kebutuhan  cabai  di  Indonesia  meningkat  menjelang  event tertentu, seperti memasuki bulan puasa dan lebaran, natal, dan tahun baru.pada
saat-saat  tersebut,  permintaan  cabai  yang  tinggi  diiringi  dengan  harga  yang melambung. Selain faktor di atas, harga cabai menjadi mahal kerena saat event
tersebut  bertepatan  dengan  musim  hujan.  Biasanya,  petani  yang  menanam cabai hanya sedikit dan banyak pula yang gagal panen karena serangan hama
dan  penyakit.  Akibatnya,  keberadaan  cabai  dipasaran  menjadi  langka  dan secara otomatis harganya melonjak tajam.
Budidaya  cabai  memang  tergolong  beresiko  tinggi.  Namun,  risiko tersebut  dibayar  seimbang  dengan  keuntungan  yang  dijanjikan.  Karena  itu,
strategi dan pengetahuan teknis dan lapangan menjadi hal yang penting untuk dikuasai  guna  mencapai  hasil  yang  maksimal  dengan  menekan  risiko-risiko
tersebut. Sebut saja musim hujan dan pemasaran hasil. Banyak petani enggan bertanam  cabai  pada  musim  hujan  karena  tingkat  serangan  penyakit  cukup
tinggi,  sehingga  sangat  berisiko  terhadap  produktivitas  hasil.  Sementara  itu, pemasaran  hasil  yang  tidak  cermat,  termasuk  jalur  penjualan,  biasanya
menjadi  kendala  di  lapangan  yang  bermuara  pada  penurunan  kualitas  cabai akibat terlalu lama dalam pengangkutan atau penyimpanan.
Menurut  Setiadi  dalam  Ojak  dkk  2007,  cabai  merah  terdiri  dari  dua jenis  berdasarkan  bentuknya,  yaitu  cabai  merah  keriting  dan  cabai  merah
bulat. Buah cabai merah keriting berbentuk langsing memanjang dan mengikal atau  mengeriting,  berujung  meruncing,  berasa  pedas,  serta  berbiji  relatif
commit to user 2
banyak  bila  dibandingkan  dengan  ukuran  buahnya.  Sementara  cabai  merah bulat  berbentuk  pendek  sampai  panjang,  berujung  tumpul  atau  bulat,  berasa
kurang pedas dan cenderung manis, serta berkulit lebih tebal dibanding cabai merah  keriting.  Baik  cabai  merah  keriting  maupun  cabai  merah  bulat  saat
masih  muda  berwarna  hijau,  lalu  berubah  menjadi  cokelat,  dan  sesudah  tua menjadi merah menyala.
Budidaya  cabai  merah  mempunyai  prospek  yang  menjanjikan  di pasaran  perdagangan  sayur.  Dalam  pembudidayaannya  harus  menggunakan
teknik  yang  beraturan  dan  ramah  bagi  lingkungan.  Dengan  praktik  kerja lapang ini bermaksud untuk belajar bagaimana cara budidaya dan pengelolaan
cabai yang benar Mahasiswa  sebagai  orang  terpelajar  diharap  mampu  memiliki
pemikiran-pemikiran  baru  untuk  mengatasi  masalah-masalah  yang  sudah  ada serta dapat mengantisipasi permasalahan baru yang akan muncul di kemudian
hari  di  bidang  pertanian  khususnya  sektor  tanaman  hortikultura,  seperti permasalah  fluktuasi  harga  produk  hortikultura  khususnya  cabai  merah.
Mahasiswa  diharapkan  memiliki  pemikiran  baru  supaya  bisnis  cabai  merah dapat  terus  berkembang  di  Indonesia.  Maka  dari  itu,  untuk  menambah
pengetahuan  dan  pengalaman  serta  menyelaraskan  antara  teori  yang  telah didapat di bangku kuliah dengan kenyataan yang ada di lapangan, Mahasiswa
Program Diploma III sebagai calon Ahli Madya Pertanian perlu melaksanakan Magang  ke  suatu  perusahaan  yang  bergerak  dibidang  yang  sesuai  dengan
jurusannya.  Diharapkan  setelah  melaksanakan  magang  tersebut,  mahasiswa yang  bersangkutan  memperoleh  pengetahuan  baru  sehingga  dapat  mengatasi
permasalahan tentang produk hortikultura yang ada dipasar saat ini.
B. Tujuan