Persemaian Penanaman Transplanting Pemeliharaan

commit to user 9 untuk mencegah serangan penyakit jamur dan hama sesaat setelah pindah tanam. Jarak tanam yang digunakan adalah 50 – 60 cm jarak antar lubang dan 60 – 70 cm untuk jarak antar barisan dengan pola penanaman model segitiga atau zig-zag. Pembuatan lubang tanam sedalam 8 sampai 10 cm dilakukan bersamaan dengan pembuatan lubang pada mulsa yang berpedoman pada pola yang dipakai dan sesuai jarak tanam yang dianjurkan .

2. Persemaian

Menurut Tjahjadi 1991 keberhasilan produksi cabai merah sangat dipengaruhi oleh kualitas benih yang dapat dicerminkan oleh tingginya, ketahanan terhadap hama dan penyakit serta tingkat adaptasi iklim. Biji benih lebih baik membeli dari distributor atau kios yang sudah dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan kemurnian dan daya kecambahnya. Langkah pertama yang harus dilakukan untuk menyemai benih cabai adalah menyiapkan media tanam, yakni berupa campuran dua ember tanah subur dan satu ember pupuk kandang. Tanah dan pupuk kandang ini harus diayak terlebih dahulu. Sementara itu, pupuk buatan yang digunakan yaitu 100 gram NPK. Sebagai pencegah terhadap serangan hama, tambahkan insektisida bubuk atau butiran dengan dosis 70 gram. Bahan- bahan tersebut dicampur satu sama lain hingga rata. Isi media tanam tersebut ke dalam polybag berukuran 12 x 8 cm. Pastikan plastic tempat menanam benih sudah dilubangi untuk meneruskan kelebihan air siraman. Letakkan polybag di bedengan tersendiri. Beri penahan tepian bedengan dengan kayu atau batu bata Anonim, 2008.

3. Penanaman Transplanting

Seleksi dan pengelompokan bibit berdasarkan ukuran besar kecil dan kesehatanya. Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari atau pada saat cuaca tidak terlalu panas, dengan cara merobek kantong semai dan diusahakan media tidak pecah dan langsung dimasukkan pada lubang tanam Benidiktus, 2010. commit to user 10

4. Pemeliharaan

a. Penyulaman Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati, layu, rusak, atau kurang baik tumbuhnya. Penyulaman dilakukan setelah seminggu penanaman tetapi jangan terpaku pada aturan tersebut. Jika sebelum satu minggu ada tanaman yang mati maka penyulaman perlu dilakukan secara cepat. Bibit pengganti dipilih yang baik pertumbuhannya agar dapat mrngejar tanaman terlebih dahulu yang berhasil tumbuh Cahyono, 2003 b. Pengajiran Pemasangan ajir diberikan pada saat tanaman bertambah tinggi. Cabang yang membanyak akan membebani batang tanaman sehingga batang tak kuat lagi menyangga apalagi bila tanaman Nazarudin, 1998. c. Pemupukan Pupuk yang sukar larut atau pupuk yang bekerjanya lambat seperti pupuk yang mengandung P, umumnya diberikan sebelum tanam dan pupuk yang bekerjanya cepat dan mudah larut, seperti pupuk yang mengandung N, sebaiknya diberikan setelah tanaman tumbuh aktif. Adapun dosis pupuk yang digunakan adalah Urea 150 kgha + ZA 50kgha + SP36 150kgha + KCI 200 kgha. Pupuk dasar diberikan pada saat 2 - 3 hari sebelum tanam dengan semua dosis pupuk SP36. Pupuk susulan pertama diberikan pada umur 10 hari setelah tanam dengan sepertiga dosis masing-masing pupuk Urea, ZA dan KCI. Pemupukan susulan kedua dan ketiga masing-masing pada 40 dan 70 hari setelah tanam dengan dosis sama dengan pemupukan pertama setelah tanam. Waktu pemupukan disesuaikan dengan ketersediaan air dimana keadaan air tanah dalam keadaan cukup. Pupuk diberikan dengan cara tugal sedalam 5 -15 cm dan ditutup kembali dengan tanah Anonim, 2010. commit to user 11 d. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman OPT Salah satu faktor penghambat peningkatan produksi cabai adalah adanya serangan hama dan penyakit. Kehilangan hasil produksi karena serangan penyakit berkisar antara 5 - 30. Cara yang paling baik untuk pengendalian hama dan penyakit pada tanaman cabai yaitu penerapan pengendallan secara terpadu. 1. Hama a Ulat Grayak Ulat grayak menyerang daun dan buah cabai. Gejala yang ditimbulkan oleh serangan hama ini adalah rusaknya daun dan buah cabai akibat gigitan ulat grayak. Pengendalian terpadu yang dilakukan adalah kultur teknis, hayati dan kimiawi. Cara kultur teknis dengan menjaga kebersihan kebun dari gulma dan sisa-sisa tanaman yang menjadi tempat persembunyian hama Anonim, 2007. Cara hayati dengan menyemprotkan cairan berbahan aktif Bacilus thuringiensis seperti Dipel, Florbac, Bactospine dan Thuricide. Cara kimiawi dengan menyemprotkan insektisida seperti Atabron 50 EC, Curracon 500 EC, Dharmafur 3G, Fenval 200 EC, Hostathion 40 EC 2 ccL atau Orthene 75 SP I gL Anonim, 2009. b Ulat tanah Hama ini menyerang bagian batang cabai yang masih muda dengan cara memakan sampai batang terpotong. Pengendalian dilakukan dengan cara a. Sungkup media pesemaian pada malam hari sebaiknya ditutup untuk menghindari ulat masuk ke pesemaian. b. Lahan diolah secara sempurna agar larva dan pupa ulat mati. c. Tanaman disemprot dengan insektisida Diptrex 95 SP atau Drusban 0,2 dosis sesuai anjuran di kemasan commit to user 12 Anonim, 2007. c Ulat buah Buah merupakan sasaran utama hama ini. Buah yang terserang akan membusuk dan rontok. Agar tidak menular, buah yang telah terserang harus dibuang atau dimusnahkan. Pengendalian dilakukan dengan mengaplikasikan insektisida, seperti Agrymicin, Buldok 25 EC, Cucacron 500 EC dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan Anonim, 2007. d Kutu Daun Pengendalian secara terpadu dilakukan dengan cara kultur teknis yaitu menanam tanaman perangkap trap crop disekeliling kebun cabai misalnya jagung. Cara kimiawi dengan menyemprotkan insektisida yang efektif dan selektif seperti Deltamethrin 25 EC 0,1 - 0,2 ccL, Decis 2,5 EC 0,04 atau Orthene 75 SP 0,1. Anonim, 2009. e Thrips Thrips adalah serangan dari ordo Thysanoptera. Hama ini berukuran sangat kecil, panjang 1 – 2 mm, berwarna cokelat kehitaman dan lembut. Thrips yang menyerang cabai merah adalah spesies Thrips parvispinus. Hama jantannya tidak bersayap, sedangkan betinanya memiliki dua pasang halus berjumbai. Hama thrips menyebabkan pucuk dan daun muda mengeriting, berubah warna menjadi keperakan sebelum akhirnya mongering dan rontok. Pada musim kemarau, populasinya memuncak dan akan menurun bila turun hujan lebat. Pencegahan serangan thrips dilakukan petani dengan cara menjaga lingkungan dalam keadaan bersih, mengatur jarak tanam tidak terlalu rapat dan mengatur waktu tanam Agus, 2009. commit to user 13 f Tungau Tungau yang sering menyerang cabai merah ada dua jenis yaitu tungau merah Tetranichus bimaculus dan tungau kuning Polyphogotarsonemus latus. Kedua tungau tersebut berukuran sangat kecil kurang dari 1 mm. Bentuknya seperti laba – laba dan warna sesuai namanya. Serangga tungau ditandai dengan adanya semacam benang halus, seperti sarang laba – laba pada permukaan daun bagian bawah. Hama ini menyerang daun, pucuk dan tunas muda. Tungau dewasa merusak dengan cara menghisap cairan yang terdapat dalam daun sehingga daun mengalami nekrosis atau luka. Untuk pencegahan dapat dilakukan dengan jarak tanam yang tidak terlalu rapat karena serangan tungau didukung kondisii yang lembab dan suasana gelap Agus, 2009. g Lalat buah Lalat buah Bactrocera dorsalis bukan hanya hama tanaman buah – buahan, tetapi juga bagi cabai merah. Serangan lalat buah pada cabai merah sama seperti serangan pada buah – buah lain. Lalat buah betina menusuk buah cabai merah untuk meletakkan telur – telurnya. Telur tersebut kemudian menetas menjadi larva dan memakan bagian dalam cabai merah.cabai yang terserang akan busuk dan rontok dan dengan beberapa larva di dalamnya. Pencegahan serangan lalat buah biasanya dilakukan dengan sanitasi lingkungan. Pengendalian dengan pestisida sulit dilakukan karena susah mengenai sasaran sehingga akan terjadi pemborosan. Pengendalian lalat buah yang cukup efektif tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan adalah dengan memasang alat penangkap. Sementara untuk pengendaliannya dilakukan dengan mengaplikasikan insektisida seperti Buldok commit to user 14 25 EC, Curracon 500 EC, Decis, Mospilan 20 SP dengan dosis sesuai anjuran pada kemasannya Agus, 2009.

2. Penyakit