yang berniat untuk menghadiri acara tersebut tidak mendapat undangan sama sekali. Menurut Pak Saiful Bahri, ia beruntung dapat masuk dan mengadukan
persoalan mereka, melalui seorang kenalan yang rela memberikannya undangan dan ia dapat hadir secara diam- diam seraya mengadukan nasib mereka.
120
Di samping itu, menurut Suryanto, pihak investor telah menyebarkan intel- intel di kalangan pedagang yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas apa saja
yang akan dilakukan oleh para pedagang. Pihak investor sempat pula membuat demonstrasi tandingan. Demonstrasi itu dilakukan dengan bayaran Rp. 25. 000
per kepala, mengatasnamakan padagang pasar Senapelan yang menyetujui kebijakan pembangunan, khususnya aksi pembongkaran kios.
121
Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh aparat terhadap pedagang terjadi pada saat pembongkaran paksa pasar Senapelan. Pembongkaran kios, los, dan
kaki lima tersebut dilakukan dari tanggal 15 April dan berakhir tanggal 18 April 2004. Pada hari kamis, 15 April 2004, pembongkaran dimulai. Saat itu, aparat
Satpol Pamong Praja PP Pemkot Pekanbaru tidak berhasil melakukan pembongkaran secara tuntas. Hal ini dikarenakan ratusan pedagang pasar
Senapelan yang berada di barisan depan mencoba menghalanginya. Untuk mencegah aksi pembongkaran berlanjut, sejumlah pedagang berusaha
mengalihkan perhatian dengan merusak beberapa TPS, tetapi aksi ini tidak bisa menghentikan aksi pembongkaran. Bentrokan antara pedagang dan aparat Satpol
PP tidak bisa dihindari. Empat orang pedagang ditangkap oleh Poltabes
2.2.2. Tindakan Kekerasan Aparat
120
Ibid,
121
Ibid,
Universitas Sumatera Utara
Pekanbaru karena dituduh memprovokasi massa. Mereka adalah: Rinaldi alias Inyek- pedagang ikan, Saiful- pedagang barang harian, Hendra- pedagang kain,
dan Darman- pedagang sepatu.
122
Pada hari minggu tanggal 18 April 2004 pada pukul 1600 WIB, aksi pembongkaran paksa kembali dilanjutkan dan kali ini aksi itu berhasil
membongkar tuntas pasar Senapelan. Pembongkaran itu dilakukan dengan menggunakan bulldozer milik P.T. PMJ. Agar buldozer tersebut aman dari
gangguan pedagang, bulldozer dikelilingi oleh sejumlah aparat Satpol PP dan polisi. Aksi ini sendiri disaksikan oleh sejumlah pejabat Pemkot dan P.T. PMJ.
Dalam aksi ini, dua orang ditahan, Rinaldi seorang mahasiswa UIN Susqa dan seorang pedagang, Rahmad, yang dituduh memprovokasi massa.
123
Bahkan saat pembongkaran sedang berlangsung, aliran listrik tidak diputuskan semua sehingga seorang anak, Tommy 8 tahun, terkena percikan api
yang diakibatkan putusnya kabel listrik. Selain itu, aset- aset yang tidak sempat dipindahkan barang barang dagangan turut hancur, tanpa adanya upaya ganti
rugi. Akibatnya, pasca pembongkaran, kebanyakan pedagang jatuh bangkrut, kurang modal, dan ada yang tidak berjualan lagi sama sekali.
Uni Upik mengisahkan tentang pembongkaran tersebut. Ia mengatakan, saat terjadi
pembongkaran paksa, ratusan ibu ibu sedang membaea surat Yasin dan takbir sambil tiduran seraya menangis di tengah jalan yang akan dilalui oleh buldozer.
Tetapi sejumlah aparat Satpol PP dan polisi menyingkirkan seeara paksa ibu- ibu itu dari jalanan. Dan akhimya buldozerpun berhasil meratakan kios dengan tanah.
124
Aksi kekerasan yang dilakukan oleh aparat terjadi lagi saat unjuk rasa
122
Lihat http:www.Apindonesia.com. 29 April 2004
123
Op, Cit, Bintan Post, 19 April 2004
124
Ibid,
Universitas Sumatera Utara
pedagang yang dibantu oleh sejumlah LSM dan mahasiswa berlangsung. Unjuk rasa berlangsung pada tanggal 2 Juni 2004, setelah pembongkaran paksa berhasil
memindahkan seluruh pedagang. Unjuk rasa yang dilakukan di gedung DPRD kota Pekanbaru jalan Jenderal Sudirman berakhir dengan pemukulan delapan
orang pengunjuk rasa oleh oknum polisi dan Satpol PP. Kedelapan orang itu adalah: Elok 42 tahun, Suwami 39 tahun, Nurhayati 42 tahun, Agustina 65
tahun, Upik 32 tahun, Hariman 54 tahun, Mami 46 tahun, dan Sahat Hutabarat 32 tahun. Ketika pedagang meminta keadilan, menuntut oknum polisi
yang melakukan pemukulan, pedagang tidak digubris saran sekali oleh pihak yang berwajib, padahal mereka telah mendatangi kantor kepolisian Pekanbaru
tersebut.
125
Tetapi seperti yang kita perkirakan daripada reaksi para penguasa, mereka membubarkan aksi massa itu dengan memukuli, menyeret paksa ibu- ibu
pedagang dan puluhan mahasiswa yang sedang khusuk membaca Yasin. Dan lebih parahnya lagi mereka menangkap Rinaldi mahasiswa UIN
Susqa pekanbaru dan Rahmad pedagang. Pasar Senapelan sudah puluhan tahun menjadi tumpuan hidup dari 2000 orang pedagang kecil dan
kurang lebih 15000 rakyat miskin lainnya. Dan Tommy, seorang bocah berumur 9 tahun menjadi korban dari tindakan aniaya yang difasilitasi oleh
Pemkot Pekanbaru yang berakibat pada penderitaan seumur hidup cacat dan traumatik yang harus diterima oleh bocah yang sekolahnya sudah
dapat dipastikan putus. Dan yang pasti, Pemkot Pekanbaru melahirkan kebijakan yang biadab dan tidak manusiawi terhadap warga kotanya
sendiri dan oleh karena itu Herman Abdullah harus bertanggungjawab dan diadili.
Berkaitan dengan tindakan pembongkaran paksa yang dilakukan Pemkot dan investor pada tanggal 18 April 2004 lalu, Pak Saiful berujar:
126
Konflik yang terjadi semenjak dimulainya proses pembangunan pasar
2.3. Kooptasi Media Massa dan Organisasi Pedagang