pedagang yang dibantu oleh sejumlah LSM dan mahasiswa berlangsung. Unjuk rasa berlangsung pada tanggal 2 Juni 2004, setelah pembongkaran paksa berhasil
memindahkan seluruh pedagang. Unjuk rasa yang dilakukan di gedung DPRD kota Pekanbaru jalan Jenderal Sudirman berakhir dengan pemukulan delapan
orang pengunjuk rasa oleh oknum polisi dan Satpol PP. Kedelapan orang itu adalah: Elok 42 tahun, Suwami 39 tahun, Nurhayati 42 tahun, Agustina 65
tahun, Upik 32 tahun, Hariman 54 tahun, Mami 46 tahun, dan Sahat Hutabarat 32 tahun. Ketika pedagang meminta keadilan, menuntut oknum polisi
yang melakukan pemukulan, pedagang tidak digubris saran sekali oleh pihak yang berwajib, padahal mereka telah mendatangi kantor kepolisian Pekanbaru
tersebut.
125
Tetapi seperti yang kita perkirakan daripada reaksi para penguasa, mereka membubarkan aksi massa itu dengan memukuli, menyeret paksa ibu- ibu
pedagang dan puluhan mahasiswa yang sedang khusuk membaca Yasin. Dan lebih parahnya lagi mereka menangkap Rinaldi mahasiswa UIN
Susqa pekanbaru dan Rahmad pedagang. Pasar Senapelan sudah puluhan tahun menjadi tumpuan hidup dari 2000 orang pedagang kecil dan
kurang lebih 15000 rakyat miskin lainnya. Dan Tommy, seorang bocah berumur 9 tahun menjadi korban dari tindakan aniaya yang difasilitasi oleh
Pemkot Pekanbaru yang berakibat pada penderitaan seumur hidup cacat dan traumatik yang harus diterima oleh bocah yang sekolahnya sudah
dapat dipastikan putus. Dan yang pasti, Pemkot Pekanbaru melahirkan kebijakan yang biadab dan tidak manusiawi terhadap warga kotanya
sendiri dan oleh karena itu Herman Abdullah harus bertanggungjawab dan diadili.
Berkaitan dengan tindakan pembongkaran paksa yang dilakukan Pemkot dan investor pada tanggal 18 April 2004 lalu, Pak Saiful berujar:
126
Konflik yang terjadi semenjak dimulainya proses pembangunan pasar
2.3. Kooptasi Media Massa dan Organisasi Pedagang
125
Op, Cit, KOMPAS, 7 Juni 2004
126
Op, Cit, http:www. Apindonesia.eom, 29 April 2004
Universitas Sumatera Utara
Senapelan yang terus berlangsung sarnpai sekarang, masih menyisakan peran media massa di dalamnya. Menurut Ali seorang pedagang buah, sejumlah media
massa lokal telah mereka hubungi untuk meliput aksi dan menuliskan tuntutan mereka.
Media massa khususnya koran harian memang mengirimkan wartawan untuk mewawancarai atau mendokumentasikan informasi dari pedagang. Setelah
informasi diberikan dengan lengkap dan jelas, temyata informasi yang diberikan bertentangan dengan yang diterbitkan. Menurut Pak haji, perbuatan ini tidak
hanya terjadi sekali, tetapi sudah seringkali terjadi khususnya setelah pembongkaran dilakukan, sehingga setiap wartawan yang datang, pedagang lebih
cenderung bersifat apatis. Hal ini disebabkan karena beberapa kali infonnasi yang diterbitkan lebih menguntungkan posisi pemerintah dan investor.
127
Sedangkan pemberitaan mengenai konflik yang terjadi antara pedagang dengan Pemkot dan investor sangat minim khususnya bagi media massa lokal.
Seperti yang diberitakan oleh harian Riau Mandiri 5 Mei 2004 yang Porsi pemberitaan lebih banyak terfokus pada bagaimana jalannya proses
pembangunan tersebut, seperti penjualan kios kepada publik, desain bangunan dan fasilitasnya, serta penempatan pedagang Riau Post, 23 September 2004 dan Riau
Mandiri, 23 September 2004. Sedangkan pemberitaan tentang aksi demonstrasi pedagang, kondisi TPS, jumlah TPS dan fasilitas TPS, dan kondisi pedagang,
mempunyai porsi yang terbatas. Satu kali berita unjuk rasa di harian Riau Mandiri 5 Mei 2004, sekali pemberitaan tentang pengrusakan TPS di harian Pekanbaru
Post 25 Oktober, 2004 .
127
Op, Cit, Harian Pekanbaru Post, 25 Oktober 2004
Universitas Sumatera Utara
memberitakan tentang aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh pedagang di gedung DPRD Pekanbaru yang hampir menuai bentrok dengan anggota dewan. Redaksi
Riau Post mengatakan, bahwa mereka telah memberitakan kasus pasar Senapelan tersebut, mulai dari unjuk rasa yang dilakukan pedagang sampai kepada kebijakan
yang dibuat oleh Pemkot. Tetapi ketika diminta untuk memastikan data tersebut ada atau tidak, pihak Riau Post tidak bisa memastikan ada tidaknya pemberitaan
tersebut. Sedangkan Pak AI- masri menyatakan, bahwa media terutama Riau Post tidak pemah memberitakan hal ini.
128
Selain itu, melalui ISIP Ikatan Sosial Ibu- ibu Pedagang pihak Pemkot dan investor juga berusaha melakukan upaya kooptasi. Kooptasi dilakukan dengan
cara adu domba sehingga pedagang terpecah belah. Bagi para pedagang yang tergabung dalam ISIP dketuai oleh Ibu Lis dijanjikan akan diberikan potongan
harga spesial kios pasca peremajaan sampai 10 , bahkan potongan harga tersebut sampai pada batas yang mungkin tidak bisa mereka bayangkan sampai
30 . Melalui ISIP juga, para pedagang yang kebanyakan merupakan ekonomi lemah dan tidak mengerti politik menjadi terpengaruh depgan cara ini.
Kebanyakan pedagang yang bemaung di ISIP lah yang dijadikan alasan bagi keabsahan aksi penggusuran dan peremajaan pasar Senapelan dilanjutkan. Mereka
dianggap mewakili keseluruhan pedagang yang menyetujui harga kios yang telah ditetapkan tersebut wawancara, Pekanbaru, 6 Desember 2004. ISIP berdiri pada
masa Walikota Pekanbaru di pegang oleh Usman Efendi Affan, SH, berdiri sejak tahun 1995 dan masih bertahan sampai sekarang. Menurut Pak Saiful, seluruh
anggota ISIP merupakan anggota FKPPS. Oleh sebab itu, jika terjadi
128
Ibid,
Universitas Sumatera Utara
penyelewengan di tubuh ISIP maka FKPPS juga menerima imbasnya, persetujuan sejumlah anggota ISIP sekitar 20 terhadap kebijakan pembangunan pasar
Senapelan yang berimbas pada langgengnya tindakan pembongkaran kios yang dilakukan Pemkot, serta terpecahnya kekuatan pedagang menjadi pendukung
perlawanan dan apatis terhadap perlawanan sejumlah pedagang yang apatis terhadap perlawanan juga ada yang mendukung kebijakan pemerintah secara
diam- diam.
129
129
Ibid,
Universitas Sumatera Utara
BAB III PERLAWANAN PEDAGANG PASAR SENAPELAN TERHADAP
DOMINASI KEKUASAAN PEMERINTAH KOTA PEKANBARU
Penjelasan bab III akan diawali dari teori Scott yang membagi tindakan perlawanan yang dilakukan pedagang atas dua bagian, perlawanan terbuka dan
perlawanan sembunyi. Perlawanan yang dilakukan oleh pedagang pasar Senapelan dapat juga dibagi atas dua bagian, perlawanan yang dilakukan secara terbuka oleh
pedagang dalam menantang dominasi kekuasaan yang dilakukan oleh pihak Pemkot dan investor, dan perlawanan secara sembunyi yang dilakukan pedagang,
tidak menentang secara terang- terangan terhadap dominasi Pemkot dan investor, umumnya pedagang melakukan tindakan- tindakan yang lebih bersifat personal.
130
Walaupun perlawanan terbuka yang dilakukan oleh pedagang tidak menghasilkan perubahan sosial seperti yang diharapkan pada suatu perlawanan
terbuka, akan tetapi pedagang telah melakukan suatu bentuk perlawanan yang terorganisir secara kelompok dengan baik hingga mencapai jumlah 500 orang
pedagang yang ditambah lagi dengan puluhan aktivis mahasiswa dan LSM, dengan mengusung suatu isu yang sama, yaitu penurunan harga kios. Sedangkan
perlawanan sembunyi yang dilakukan, memang lebih bersifat personal, seperti mengumpat, merusak TPS, dan tidak menempati TPS. Akan tetapi hal ini
dilakukan oleh pedagang bukan untuk bersikap akomodatif, tetapi lebih cenderung karena upaya perlawanan terbuka yang mereka lakukan tidak membuahkan hasil
sama sekali. Mereka lebih bersifat pasrah terhadap kondisi yang mereka hadapi
130
Op, Cit, James C. Scott, hal. 32
Universitas Sumatera Utara
dan dilampiaskan dalam bentuk umpatan, merusak, dan idak menempati TPS. Yang jelas, perlawanan jenis ini dapat dikategorikan sebagai perlawanan
sembunyi karena lebih bersifat personal, tidak bemuansa revolusioner, dan tidak melakukan kekerasan secara terbuka.
Sedangkan jika dilihat dari sudut pandang Basrowi dan Sukidin, maka pendekatan yang digunakan untuk melihat tindakan yang dilakukan oleh pedagang
adalah pendekatan ekonomi politik. Di mana perlawanan yang dilakukan pedagang tersebut didasari oleh pertimbangan rasional terhadap perubahan yang
dikalkulasikan merugikan dan mengancam pedagang. Keputusan melakukan perlawanan terletak pada individu yang menganggapnya sebagai pilihan yang
efektif dan efisien sebagai bentuk perlawanan yang berdimensi sosial ekonomi.
131
Di samping perlawanan yang dilakukan sendiri oleh pedagang, pedagang juga mendapat dukungan dari sejumlah individu ataupun kelompok lain yang
berada di luar lingkungan atau kelompok pedagang. Para pendukung perlawanan ini dibagi atas dua. Pertama, pendukung spesialis, yaitu individu ataupun
organisasi yang membangun keterampilan dan idiologi perjuangan para pedagang pasar Senapelan, yang terdiri dari para aktivis mahasiswa dan aktivis LSM
seperti mahasiswa UIN Susqa dan BOB. Kedua, pendukung umum, adalah mereka yang menaruh simpati terhadap perjuangan yang dilakukan oleh
pedagang, baik secara individu maupun organisasi seperti Lembaga Bantuan Hukum cabang Pekanbaru dan Prof.Dr. Tabrani Rab, tokoh masyarakat Riau.
132
Walaupun dukungan yang diberikan kepada pedagang terkesan minim,
131
Lihat Basrowi dan Sukidin, ed, Teori-teori Perlawanan dan Kekersan Kolektif, Surabaya : Insan Cendikia, 2003, hal. 19
132
Lihat Arianto Sangaji, PLTA Lore Lindu: Orang Lindu Menolak Pindah, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2000, hal. 48
Universitas Sumatera Utara
tetapi dukungan ini memberikan kekuatan tersendiri bagi pedagang untuk melakukan perlawanan. Seperti dukungan yang dilakukan oleh para aktivis
mahasiswa dan LSM, mereka berhasil menyuarakan aspirasi padagang dalam bentuk perlawanan secara terbuka terhadap pemerintah. Perlawanan dalam bentuk
unjuk rasa, mogok makan, dan penyekapan telah berhasil memaksa terjadinya pertemuan antara pedagang dengan Pemkot dan investor, walau hasil yang
diperoleh dari pertemuan tersebut masih perlu dipertanyakan lagi. Sedangkan dukungan moril yang diperoleh dari mereka yang peduli terhadap perlawanan
mereka, tidak berbentuk nyata, akan tetapi dapat meningkatkan semangat perlawanan pedagang untuk terus berjuang.
3.1. Perlawanan Terbuka