Aparat tersebut sedianya bertugas untuk menjaga kemanan masyarakat, akan tetapi disalah gunakan untuk melakukan tindakan represi. Dan tindakan ini
dilakukan dengan beragam bentuk, mulai dari fragmentasi, intimidasi, pencekalan sampai kepada aksi kekerasan yang dilakoni oleh aparat.
2.2.1. Fragmentasi, Intimidasi, dan Pencekalan
Upaya- upaya fragmentasi atau memecah belah telah sering dilakukan oleh pemerintah untuk memecah kebulatan suara pedagang. Menurut Uni Upik, upaya
memecah belah pedagang dilakukan oleh Pemkot maupun oleh investor. Mereka memberikan kepada beberapa pedagang berupa bantuan materi, seperti
memberikan uang dalam jumlah yang cukup besar dan menjanjikan kios gratis. Uni Upik menambahkan, bahwa dalam setiap pertemuan yang dilakukan oleh
pedagang, pedagang yang telah terpengaruh tersebut berusaha mempengaruhi pedagang- pedagang lainnya supaya menyetujui saja harga kios yang telah
ditetapkan oleh investor dan tidak berusaha untuk melawan mereka. Bahkan diantara mereka ada yang mengatakan bahwa percuma saja untuk melawan
mereka Pemkot dan investor, karena mempunyai uang, kekuasaan, dan preman.
113
Menurut salah satu keluarga Pak Haji seorang pedagang sepatu, dalam setiap rapat yang digelar oleh FKPPS, selalu saja disebarkan isu bahwa sejumlah
pengurus FKPPS yang vokal telah menerima sejumlah uang sogokan dari organisasi tertentu untuk melakukan aksi protes. Mereka adalah: Saiful Bahri,
Upik, Elok, Erwin virgo, dan Pak Haji. Dan isu ini terus berkembang dari mulut ke mulut, yang menyebabkan timbulnya keraguan dari sejumlah pedagang
113
Op, Cit, Riau Expres
Universitas Sumatera Utara
terhadap pengurus FKPPS. Pada akhimya, menurut Uni Upik, hal ini menyebabkan pedagang terpecah menjadi dua, yang tetap mendukung aksi
perlawanan ini, dan yang apatis terhadap upaya perlawanan ini.
114
Pak Saiful menegaskan, bahwa sepanjang tabun 2001- 2003 sebelum pembongkaran paksa dilakukan, para pedagang banyak mengalami intimidasi.
lntimidasi ini dilakukan melalui tangan preman- preman, maupun perseorangan. Dengan mendatangkan preman ke lokasi TPS dan meminta pungutan liar kepada
para pedagang, bagi yang tidak mau, dagangannya akan dirusak atau ditendang, seraya mengancam agar jangan coba- coba melawan pemerintah. Selain itu upaya
adu domba sesama pedagang pun dilakukan, dengan cara menyebarkan isu bahwa si A, telah mendapatkan sogokan dan kios gratis.
115
Uni Upik dan Pak Haji mengakui bahwa lebih dari 60 orang pedagang yang tergabung dalam FKPPS telah mengalami teror. Ancaman itu dilakukan via
telpon dan surat kaleng. Aksi teror dilakukan sebelum aksi iming- imingan diterapkan. Teror berupa ancaman akan dibunuh, rumah akan dibakar, bahkan
ancaman untuk mendatangkan preman juga dilakukan. Tujuannya hanya satu, yakni agar pedagang tidak berani lagi menuntut penurunan harga kios dan
menyerah pada keputusan yang telah ditetapkan. Upaya adu domba dengan memunculkan isu SARA memicu konflik etnis juga dilakukan. Salah satu
Ormas Organisasi Massa melayu yang dikenal dengan nama Laskar ,Hulu Balang Melayu cabang Rumbai pemah mengatakan: kalau dikau kamu tidak
sanggup beli kios, balek pulang kampung sajalah. Pemyataan ini dimuat dalam sebuah media massa lokal, harian Pekanbaru Post dan Riau Express tanggal 14
114
Ibid,
115
Ibid,
Universitas Sumatera Utara
Mei 2004. Bahkan, Pak Haji mengatakan, bahwa sebuah spanduk di jalan protokol Galan A. Yani terpasang yang isinya mendukung kebijakan pemerintah untuk
melakukan peremajaan pasar tersebut. Puncaknya, ketika aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh pedagang ke gedung DPRD Pekanbaru yang nyaris berakhir
dengan bentrok fisiko Bentrokan fisik berhasil dihindari setelah seorang negosiator Pak Edi dari pedagang menemui pimpinan ormas itu dan menjelaskan
tujuan dan maksud aksi yang mereka lakukan.
116
Hal serupa juga pemah dilakukan terhadap beberapa orang pengurus FKPPS yang dianggap mempunyai pengaruh yang besar di kalangan pedagang.
Mereka dijanjikan harapan akan kios yang gratis, rumah, dan uang dalam jumlah yang besar. Menurut Pak Saiful, bahwa ia pemah menerima uang sebesar Rp. 200
juta yang dimasukkan begitu saja ke dalam rekeningnya melalui tangan karyawannya. Ia menambahkan, bahwa tujuan yang ingin dicapai dari upaya itu
hanya satu, yaitu agar semua aksi perlawanan yang dilakukan oleh pedagang dihentikan.
117
Senada dengan Pak Saiful, Uni Upik juga pemah mengalaminya. Menurut Uni Upik, ketika terjadi pertemuan yang diprakarsai oleh Pemkot, Walikota
pekanbaru pemah memintanya agar menghentikan segala tindakan pembangkangan yang dilakukannya, dengan syarat akan dibelikan sebuah mobil
mewah dan sebuah kios gratis di lok~i yang baru. Bahkan, menurutnya, ketua DPRD Pekanbaru berulang kali menelponnya untuk menghentikan segala usaha
perlawanan yang dilakukannya, dengan imingan berupa mobil mewah.
118
Ketika pembongkaran paksa kios dilakukan, pihak pemerintah juga
116
Op, Cit, Harian Riau Mandiri, 5 Mei 2004
117
Ibid,
118
Ibid,
Universitas Sumatera Utara
melakukan upaya fragmentasi, supaya pembongkaran dapat berjalan dengan mulus tanggal 15 dan 18 April 2004. Menurut salah seorang pedagang tidak
mau menyebutkan nama mengatakan, bahwa sejumlah pedagang ± 10 orang berhasil dipengaruhi untuk melemahkan hadangan para pedagang. Hal ini
dilakukan dengan menyebarkan selebaran yang berisikan pemyataan persetujuan pedagang terhadap pembongkaran tersebut, dengan begitu diharapkan aksi
penghadangan yang dilakukan oleh pedagang terhenti karena dianggap illegal. Bukan hanya fragmentasi dan intimidasi yang dilakukan pemerintah terhadap
pedagang, merekapun melakukan tindakan pencekalan. Tindakan pencekalan terjadi ketika pengundian penempatan pedagang pada TPS pasca pembongkaran.
Lebih kurang dua puluh pedagang anggota FKPPS dinyatakan tidak mendapatkan TPS, padahal mereka adalah pedagang resmi yang terdaftar di Dinas
Pasar. Hal ini dibuktikan melalui kertas undian TPS yang dikeluarkan oleh Dinas Pasar, bagi yang tidak mendapat TPS diberikan cap tidak mendapat TPS, dan
bagi yang mendapat, diberikan cap mendapat TPS.
119
Pencekalan juga terjadi ketika para pedagang berkeinginan mengadukan nasib mereka kepada presiden Susilo Barnbang Yudoyono sewaktu berkunjung ke
Pekanbaru hari ketiga puasa ramadhan. Dialog yang diadakan dengan masyarakat Riau itu dilakukan di rumah dinas gubernur Riau yang dihadiri oleh
sejumlah masyarakat Riau, tokoh masyarakat Riau, dan sejumlah pejabat Pemda Tingkat I Riau. Melalui undangan resmi mereka dihadirkan di tempat itu, dengan
tempat dan jumlah yang terbatas. Tujuan dari dialog itu adalah untuk mengadukan sejumlah persoalan yang dihadapi masyarakat Riau. Pedagang pasar Senapelan
119
Ibid,
Universitas Sumatera Utara
yang berniat untuk menghadiri acara tersebut tidak mendapat undangan sama sekali. Menurut Pak Saiful Bahri, ia beruntung dapat masuk dan mengadukan
persoalan mereka, melalui seorang kenalan yang rela memberikannya undangan dan ia dapat hadir secara diam- diam seraya mengadukan nasib mereka.
120
Di samping itu, menurut Suryanto, pihak investor telah menyebarkan intel- intel di kalangan pedagang yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas apa saja
yang akan dilakukan oleh para pedagang. Pihak investor sempat pula membuat demonstrasi tandingan. Demonstrasi itu dilakukan dengan bayaran Rp. 25. 000
per kepala, mengatasnamakan padagang pasar Senapelan yang menyetujui kebijakan pembangunan, khususnya aksi pembongkaran kios.
121
Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh aparat terhadap pedagang terjadi pada saat pembongkaran paksa pasar Senapelan. Pembongkaran kios, los, dan
kaki lima tersebut dilakukan dari tanggal 15 April dan berakhir tanggal 18 April 2004. Pada hari kamis, 15 April 2004, pembongkaran dimulai. Saat itu, aparat
Satpol Pamong Praja PP Pemkot Pekanbaru tidak berhasil melakukan pembongkaran secara tuntas. Hal ini dikarenakan ratusan pedagang pasar
Senapelan yang berada di barisan depan mencoba menghalanginya. Untuk mencegah aksi pembongkaran berlanjut, sejumlah pedagang berusaha
mengalihkan perhatian dengan merusak beberapa TPS, tetapi aksi ini tidak bisa menghentikan aksi pembongkaran. Bentrokan antara pedagang dan aparat Satpol
PP tidak bisa dihindari. Empat orang pedagang ditangkap oleh Poltabes
2.2.2. Tindakan Kekerasan Aparat