3.2. Perlawanan Sembunyi- sembunyi atau Tidak Langsung
Selain melakukan perlawanan secara kolektif, para pedagang secara individual
melakukan perlawanan terhadap pemerintah yang dikenal dengan perlawanan sembunyi- sembunyi atau tidak langsung. Perlawanan itu diwujudkan pedagang
alam aksi- aksi sebagai berikut: mengumpat dan memaki, merusak TPS, tidak mendaftar ulang dan tidak membayar cicilan, dan tidak menempati TPS.
3.2.1. Mengumpat dan Memaki
Dengan kehidupan yang biasa keras dan tekanan yang tak kunjung usai dating kepada mereka. Para pedagang ini sering mengucapkan kata- kata umpatan,
terlebih lagi ketika mereka ditanyai tentang individu tertentu khususnya pejabat Pemkot, investor, anggota dewan, dan aktivis. Kata- kata umpatan tersebut
seperti: lancik lubang pantat manusia, pantek alat kelamin wanita, baruak hewan monyet atau kera. Uni Upik dalam setiap kesempatan interview yang
dilakukan selalu memaki dan mengumpat dengan kata- kata kotor ketika disinggung tentang ketua DPRD Pekanbaru dan investor. Bahkan untuk ketua
DPRD, ia selalu mendoakan agar pada periode pemilihan berikutnya, individu ini tidak menjadi anggota dewan lagi sehingga akan dapat merasakan bagaimana
rasanya jatuh miskin dan tidak menjabat lagi. Indak ado gunonyo si Adrian tu jadi ketua DPRD Pekanbaru, buek malu urang PAN ajo, diagiah dek Mariya
pahonya lah ta diamnyo tidak ada gunanya Adrian Ali jadi ketua dewan, sebagai kader PAN, ia memalukan saja, hanya dengan pahanya Mariya petinggi P.T.
Universitas Sumatera Utara
PMJ ia sudah tidak berkutik.
153
Pak Saiful, seorang muslim taat, telah menunaikan ibadah haji, dan bersongkok kemanapun pergi, melakukan hal yang sama. Dalam setiap
kesempatan tidak lupa untuk memakaikan gelar nama hewan tertentu di ujung nama individu pejabat tersebut. Menurutnya, hal itu ia lakukan sebagai wujud
kekecewaan yang teramat dalam terhadap pemerintah yang sedikitpun tidak bergeming dengan kondisi yang pedagang hadapi.
154
Aksi pengrusakan TPS tetjadi sebelum pembongkaran paksa dilakukan. Jumlah TPS yang dirusak memang sedikit jumlahnya, tetapi aksi pengrusakan ini
dilakukan secara berulang- ulang oleh pedagang. Setelah diperbaiki oleh Dinas Pasar, pedagang merusak kembali TPS, begitu seterusnya sampai akhirnya
pedagang terpaksa menempatinya karena pembongkaran kios telah dilakukan oleh Pemkot dan mereka diwajibkan pindah ke TPS. Menurut Pak AI- masri, aksi
pengrusakan ini dilakukan oleh pedagang Senapelan setelah kios- kios mereka Kami Ini kan pedagang kecil, cari makan secara sah, bayar pajak dan
retribusi pasar, beli rumah dengan uang kami, tapi sekarang kami diusir dari tempat kami berdagang dan menderita kerugian, kebangkrutan,
bahkan anak- anak kami banyak yang ndak sekolah lagi. Memang Walikota tu anjiang, ngaku urang Riau asli padahal inyo separoh minang,
urang batak bangun gereja di pinggiran Riau ndak pernah diurusi, ngakunyo urang melayu yang fanatik beragama Kami ini adalah
pedagang kecil, kami cari makan dan membayar pajak dengan patuh, tetapi sekarang kami diusir dari tempat kami berdagang sehingga
menderita kerugian, dan anak- anak kami banyak yang berhenti sekolah. emang Walikota anjing, mengaku orang Riau asli padahal dia juga
keturunan minang, orang batak membangun gereja di pinggiran Riau tidak pernah dipermasalahkan, padahal ia mengaku sebagai orang melayu yang
fanatik beragama.
3.2.2. Merusak TPS