tetapi dukungan ini memberikan kekuatan tersendiri bagi pedagang untuk melakukan perlawanan. Seperti dukungan yang dilakukan oleh para aktivis
mahasiswa dan LSM, mereka berhasil menyuarakan aspirasi padagang dalam bentuk perlawanan secara terbuka terhadap pemerintah. Perlawanan dalam bentuk
unjuk rasa, mogok makan, dan penyekapan telah berhasil memaksa terjadinya pertemuan antara pedagang dengan Pemkot dan investor, walau hasil yang
diperoleh dari pertemuan tersebut masih perlu dipertanyakan lagi. Sedangkan dukungan moril yang diperoleh dari mereka yang peduli terhadap perlawanan
mereka, tidak berbentuk nyata, akan tetapi dapat meningkatkan semangat perlawanan pedagang untuk terus berjuang.
3.1. Perlawanan Terbuka
Perlawanan terbuka dilakukan oleh pedagang secara terang- terangan menentang dan mengecam Pemkot. Perlawanan tersebut dilakukan dalam
beragam bentuk dan dilakukan secara kolektif. Walaupun tidak sampai mengancam eksistensi Pemkot, akan tetapi perlawanan ini telah memaksa Pemkot
untuk melakukan serangkaian upaya damai dengan pedagang. Perlawanan terbuka ini berbentuk: unjuk rasa atau demonstrasi, mogok makan, dan melayangkan surat
protes terbuka kepada pihak- pihak yang berwenang.
3.1.1. Unjuk Rasa atau Demonstrasi
Terdapat perbedaan tuntutan yang dilakukan oleh pedagang pasar Senapelan dalam melakukan demonstrasi, sebelum dan sesudah pembongkaran
terjadi. Sebelum
Universitas Sumatera Utara
aksi pembongkaran, pedagang menuntut dua hal, yaitu: 1.
Penurunan harga kios, dan 2.
Mempertemukan para pedagang dengan Pemko dan investor. Sedangkan setelah pembongkaran, para pedagang menambah satu tuntutan
lagi selain dua tuntutan di atas, yaitu menootut ganti rugi yang diderita pedagang saat aksi pembongkaran paksa terjadi.
Menurut Uni Upik, aksi- aksi unjuk rasa sangat sering dilakukan oleh pedagang, terntama sepanjang tahun 2001- 2004 dengan lokasi aksi yang
berpindah- pindah, dari gedung DPRD dan kantof Walikota Pekanbaru. Pada tahun 2002, berlangsung aksi unjuk rasa yang melibatkan lima ratus 500 orang
pedagang yang berlokasi di gedung DPRD Pekanbaru.
133
Uni Upik kembali menambahkan, bahwa pada tahun 2003, aksi unjuk rasa untuk menemui Walikota berlangsung sebanyak dua kali. Aksi pertama, pedagang
gagal menemui Walikota Pekanbaru, dan pulang dengan tangan hampa. Aksi kedua, pedagang berhasil menemui Walikota Pekanbaru dan memaksanya
berdialog serta menanda tangani surat perjanjian penghentian sementara kebijakan pembangunan sampai kesepakatan harga tercapai.
134
Walhasil, perjanjian tinggal perjananjian, pihak Pemkot tetap menjalankan kebijakannya. Dan aksi unjuk rasa pun terus berlanjut. Sepanjang bulan Mei, para
pedagang terus melakukan aksi unjuk rasa ke gedung DPRD Pekanbaru. Puncak aksi ini, terjadi pada tanggal 4 Mei 2004, ketika ketua DPRD Pekanbaru H.
Adrian Ali di sandera diruangannya selama sembilan jam. Aksi ini diikuti dengan aksi pendudukan gedung DPRD selama tujuh belas 17 hari tujuh belas 17
133
Op, Cit, Harian Media Indonesia, 09 Juni 2004
134
Ibid,
Universitas Sumatera Utara
malam yang dimulai dari tanggal l- 17 Mei 2004.
135
Tanggal 19 April 2004, sehari setelah pembongkaran paksa, sebanyak lebih kurang dua ratus 200 orang pedagang melakukan aksi unjuk rasa dan kembali
menuntut agar harga kios diturunkan serta keinginan untuk bertemu Walikota kembali. Akan tetapi, aksi ini kembali tidak menemui hasil dan pedagang pulang
dengan tangan kosong setelah Satpol PP membubarkan aksi mereka.
136
Hal serupa juga terjadi pada tanggal 23 April 2004. Sedianya pedagang akan dipertemukan oleh DPRD dengan Walikota Pekanbaru untuk berdialog
mengenai harga kios, tetapi pertemuan itu gagal, dan puluhan pedagang melampiaskannya dengan melakukan unjuk rasa. Dalam orasinya, pedagang
mengatakan bahwa Walikota dan investor telah menzalimi rakyat dengan melakukan pembongkaran paksa kios mereka, dan mengajak pedagang pasar
lainnya untuk bersatu agar kejadian serupa tidak terulang lagi.
137
Menurut Pak Saiful Bahri, kebanyakan aksi unjuk rasa dilakukan ke gedung DPRD Pekanbaru, dengan alasan bahwa DPRD adalah lembaga yang
paling berhak dan efektif untuk menekan Walikota dan investor agar sudi berdialog bersama pedagang. Uni Upik berujar: mereka DPRD adalah wakil
rakyat untuk itu kami sebagai rakyat mengadukan nasib kami kepada mereka. Dan aksi yang dilakukan oleh pedagang tersebut, lebih sering dilakukan pada hari
senin dan sabtu, dengan asumsi seringnya anggota dewan berada di gedung DPRD pada hari- hari itu.
138
Aksi unjuk rasa yang dibarengi dengan aksi pendudukan gedung dewan
135
Lihat http:www.1iputan6.com. 7 Mei 2004
136
Op, Cit, Bintan Post, 19 April 2004
137
Op, Cit, http:riauterkini.com, 23 April 2004
138
Ibid,
Universitas Sumatera Utara
tanggal 1- 17 Mei 2004 nyaris berbuah bentrok dengan anggota dewan. Kejadian pada tanggal 4 Mei 2004 ini dipicu oleh seorang anggota dewan Osman ,SE yang
bersitegang dengan pedagang pasar Senapelan beserta kuasa hukumnya Apri, SH. Kejadian berawal ketika ketua DPRD Pekanbaru Adrian Ali bersama
anggotanya Abunawas, berkeinginan mempertemukan tiga orang perwakilan pedagang dengan Walikota Pekanbaru yang sedang berada di kantor Gubemur.
Akan tetapi mahasiswa yang tergabung dalam Barisan Oposisi Bersatu BOB menolak pertemuan dengan system perwakilan tersebut. Meski demikian, Adrian
Ali tetap ingin menemui Walikota di kantor Gubemur, akhimya para pedagang dan mahasiswa berinisiatif untuk menutup pintu gerbang gedung DPRD, seraya
berkata: semestinya Walikota yang langsung menemui Bapak, bukan malah sebaliknya Bapak yang menemui Walikota, Bapak harus di sini dan cukup utusan
Bapak yang menemui Walikota. Pemyataan ini kemudian dilengkapi dengan isu upaya melarikan diri yang akan dilakukan oleh anggota dewan yang terdengar
oleh anggota dewan tersebut, sehingga memancing emosi kedua belah pihak.
139
Menurut Uni Upik, aksi unjuk rasa yang diiringi dengan aksi nginap selama 17 hari 17 malam tersebut juga sempat melakukan tindakan penahanan terhadap
ketua DPRD Pekanbaru, Adrian Ali, selama sembilan jam. Hal ini dilakukan agar Adrian Ali tidak hanya melulu berjanji akan mempertemukan pedagang dengan
investor dan Pemkot, tetapi benar- benar diwujudkan dalam bentuk pertemuan nyata. Dengan penahanan ini diharapkan juga hati Adrian Ali 108 terketuk
melihat kondisi pedagang yang harus menginap di teras DPRD selama 17 hari, membuat dapur umum, dan mendanai aksi sendiri. Kami juga memberikan
139
Op, Cit, Riau Mandiri, 5 Mei 2004
Universitas Sumatera Utara
makan kepada Adrian Ali selama ditahan, kami beri ia makan dari hasil keringat dan masakan kami sendiri, bahkan di saat waktu shalat datang, kamipun
menyuruhnya untuk menjadi imam shalat, tetapi semua itu tetap tidak berhasil.
140
Berbarengan dengan aksi pendudukan gedung DPRD tersebut, pedagang juga melakukan aksi long march. Pedagang yang berjumlah seratus orang tersebut
melakukan aksi long march seraya membakar duplikat patung Walikota Pekanbaru dan Mariya, yang merupakan perwakilan dari pihak investor. Aksi ini
sendiri terjadi pada tanggal 8 Mei 2004.
141
Dan pada tanggal18 Mei 2004, aksi pendudukan gedung DPRD ini berakhir setelah para pedagang diusir oleh petugas
keamanan. Akhimya, pedagang memindahkan pos koordinasi perlawanan mereka ke halaman kampus UIN Susqa Pekanbaru, dengan suatu harapan, bahwa
mahasiswa akan terketuk hatinya untuk membantu perjuangan mereka.
142
Tanggal 2 Juni 2004, aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh pedagang hampir berbuah bentrok dengan Satpol PP Pekanbaru. Situasi ini terjadi setelah pedagang
berusaha memaksa masuk gedung DPRD Pekanbaru yang kemudian dihalang- halangi oleh Satpol PP. Pada tanggal 9 Juni 2004, sekitar tiga ratus pedagang
Senapelan kembali melakukan aksi unjuk rasa. Kali ini, tuntutan pedagang semakin meluas, yakni tuntutan agar Walikota Pekanbaru, Drs. Herman Abdulah,
MM, mengundurkan diri dari jabatannya. Tuntutan ini mereka dengungkan karena tuntutan- tuntutan mereka sebelumnya tidak pemah digubris apalagi untuk
dipenuhi. Oleh karena itu, kekecewaan yang mereka alami mereka tumpahkan dalam bentuk tuntutan mundurnya Walikota Pekanbaru. Dan aksi inipun kembali
140
Ibid,
141
Op, Cit, http:www.Iiputan6.com. 8 Mei 2004
142
Op, Cit, http:www.Iiputan6.com. 21 Mei 2004
Universitas Sumatera Utara
gagal menemui hasil.
143
Tanggal 10 Juni 2004, kembali pedagang melakukan aksi unjuk rasa dengan sasaran Capres dari PAN, Amien Rais. Aksi ini dilakukan bersama- sama dengan
Barisan Oposisi Bersatu dan PRD Partai Rakyat Demokratik cabang Pekanbaru. Aksi ini dimulai pada pukul, 12.
00
WIB siang, ketika itu Amien Rais berada di Pekanbaru untuk kepentingan kampanye Pilpres. Massa yang terdiri dari anak-
anak hingga lanjut usia tersebut bermaksud menemui Amien dan rombongan yang akan berkampanye di gedung olah raga Rumbai. Massa berusaha memotong jalan
iring- iringan dengan bergerak menuju jalan Yos Sudarso, tetapi aksi ini gagal menemui Amien karena ketatnya penjagaan. Kemudian aksi dialihkan ke rumah
dinas Walikota Pekanbaru, dan aksi inipun kembali gagal. Pada akhirnya, kekecewaan tersebut dilampiaskan massa dengan membakar poster Amien Rais
dan Siswono. Tujuan pedagang menemui Amien adalah untuk memperlihatkan dan mengadukan kurangnya kinerja ketua DPRD Pekanbaru yang merupakan
kader PAN.
144
Menurut Pak Saiful Bahri, demonstrasi yang dilakukan pada saat kedatangan Amien merupakan aksi demonstrasi yang terakhir yang dilakukan oleh pedagang.
Setelah ini, pedagang lebih sering melakukan pengiriman surat kepada pejabat- pejabat negara, forum- forum dialog, menemui SBY di Cekeas sebelum jadi
presiden, dan melakukan advokasi melalui pengacara Adnan Buyung dan Apriadi alias pak Edi pengacara lokal. Alasannya, karena keterbatasan fmansial yang
mereka miliki, selain untuk mendanai logistik aksi, mereka juga harus berdagang
143
Op, Cit, Media Indonesia, 9 Juni 2004
144
Op, Cit, Tempo, 10 Juni 2004
Universitas Sumatera Utara
untuk mengisi perut anak istri mereka.
145
Menurut pedagang, selain karena alasan fmansial, pedagang juga tidak mau terjebak dalam kegiatan politik praktis. Aksi unjuk rasa yang dilakukan adalah
murni menuntut penurunan harga kios yang sesuai dengan kantong mereka. Sementara aksi yang dilakukan oleh LSM PRD, BOB, dan sebagainya lebih
benplsur politis, kepentingan pribadi dan kelompok. Uni Upik berkata tentang hal ini: lah dapek pitih, inyo Sahat cs ma ilang ntah kama, kami indak amuah
ditunggangi setelah mendapat uang, mereka menghilang entah kemana, kami tidak mau ditunggangi.
146
Aksi ini berlangsung selama tujuh hari. Dengan pemogok makan berjumlah tiga orang, yaitu: Rio 22 tahun, Afrinal 30 tahun, dan Rinaldi 23
tahun. Rio dan Affinal merupakan pedagang pasar Senapelan Pekanbaru, sedangkan Rinaldi adalah mahasiswa UIN Sultan Syarif Qasim Pekanbaru. Aksi
ini berakhir setelah seorang anggota dewan, 11 Buyung Darlis berjanji akan segera memenuhi tuntutan mereka, berdialog dengan Walikota dan investor
3.1.2. Aksi Mogok Makan