untuk mengisi perut anak istri mereka.
145
Menurut pedagang, selain karena alasan fmansial, pedagang juga tidak mau terjebak dalam kegiatan politik praktis. Aksi unjuk rasa yang dilakukan adalah
murni menuntut penurunan harga kios yang sesuai dengan kantong mereka. Sementara aksi yang dilakukan oleh LSM PRD, BOB, dan sebagainya lebih
benplsur politis, kepentingan pribadi dan kelompok. Uni Upik berkata tentang hal ini: lah dapek pitih, inyo Sahat cs ma ilang ntah kama, kami indak amuah
ditunggangi setelah mendapat uang, mereka menghilang entah kemana, kami tidak mau ditunggangi.
146
Aksi ini berlangsung selama tujuh hari. Dengan pemogok makan berjumlah tiga orang, yaitu: Rio 22 tahun, Afrinal 30 tahun, dan Rinaldi 23
tahun. Rio dan Affinal merupakan pedagang pasar Senapelan Pekanbaru, sedangkan Rinaldi adalah mahasiswa UIN Sultan Syarif Qasim Pekanbaru. Aksi
ini berakhir setelah seorang anggota dewan, 11 Buyung Darlis berjanji akan segera memenuhi tuntutan mereka, berdialog dengan Walikota dan investor
3.1.2. Aksi Mogok Makan
Aksi mogok makan yang dilakukan pedagang merupakan buntut dari aksi unjuk rasa yang tidak pemah mendapatkan hasil. Aksi mogok makan dilakukan di
gedung DPRD Pekanbaru berbarengan dengan aksi pendudukan gedung DPRD Pekanbaru, setelah sebelumnya demonstrasi yang dilakukan setiap hari senin dan
sabtu tidak pemah digubris.
145
Ibid,
146
Ibid,
Universitas Sumatera Utara
tentang harga kios.
147
Aksi mogok makan ini berlangsung di teras gedung DPRD Pekanbaru. Dengan hanya mengkonsumsi air mineral kemasan dan rokok, sambil terbaring
lemas karena kekurangan zat gizi, para pemogok makan tetap bersikeras untuk terus melakukan aksi mogok makan ini sampai tuntutan mereka dipenuhi. Hari
kamis, 5 Mei 2004, kondisi pemogok makan sempat diperiksa oleh petugas kesehatan dari RS Tabrani, dan kondisi mereka dinyatakan masih normal. Akan
tetapi, memasuki hari ketujuh mogok makan, Rinaldi dilarikan ke rumah sakit setelah melakukan aksi ini dari tanggal 1- 7 Mei 2004.
148
Seperti yang telah disinggung terdahulu, selain melakukan unjuk rasa, mogok makan, pendudukan gedung dewan, pedagang juga mengirimkan surat
pernyataan sikap.Surat itu ditanda tangani langsung oleh ketua FKPPS. Dengan Menurut Rinaldi Media Indonesia, 17 Mei 2004, tuntutan pedagang
adalah meminta Pemkot dan pihak P.T. PMl menghentikan peremajaan pasar Senapelan karena harga kios baru yang ditawarkan tidak terjangkau. Selain itu,
juga menuntut Poltabes Pekanbaru mengusut kasus pemukulan pedagang dalam aksi pembongkaran tanggal 15 dan 18 April 2004, serta meminta pihak kepolisian
membebaskan empat orang pedagang yang ditahan atas tuduhan pengrusakan TPS. Kami juga menggugat secara hukum Walikota Pekanbaru Herman
Abdullah karena membiarkan korban berjatuhan, seperti seorang anak pedagang benama tomi yang tersengat arus listrik di lokasi pembongkaran .
3.1.3. Pernyataan Tertulis
147
Op, Cit, Harian Media Indonesia, 17 Mei 2004
148
Op, Cit, http:www.liputan6.com. 9 Mei 2004
Universitas Sumatera Utara
alasan, bahwa hal ini sesuai dengan kesepakatan dan musyawarah seluruh pedagang Senapelan. Menurut Pak Saiful, pedagang memberikan amanah
permasalahan pasar ini kepada mereka FKPPS dan FKPPS hanya menjalankan amanah tersebut sesuai dengan kemampuannya tanpa pamrih.
149
Melalui FKPPS, pedagang mengadukan nasib mereka secara tertulis. Surat tersebut dikirimkan kepada sejumlah pejabat daerah maupun pusat. Surat yang
dikirimkan ke pejabat daerah, antara lain kepada: Gubemur Riau, Kapolda Riau, ketua DPRD Tingkat I dan II Pekanbaru, Kejati Riau, Pengadilan Negeri Riau,
dan Kapoltabes Pekanbaru. Para pejabat pusat antara lain: Presiden Megawati sebanyak dua kali, Menteri Dalam Negeri Hari Sabamo, Menteri Kehakiman,
Kejaksaan Agung, presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan kepada Amien Rais. Kecuali kepada Amien Rais meninjau keanggotaan Adrian Ali di PAN,
seluruh surat menggambarkan tentang harga kios yang dituntut pedagang.
150
1. Bentuk bangunan sesuai dengan MOD yang telah disepakati dengan
DPRD Pekanbaru, yaitu bertingkat dua dan berlantai tiga. Sebagai contoh adalah surat yang dikirimkan kepada Walikota Pekanbaru
dan Ketua DPRD Pekanbaru, serta pemyataan sikap yang diucapkan pada saat pertemuan dengan komisi I DPRD Pekanbaru tanggal 24 Juli 2003. Surat yang
bertanggal 16 Januari 2004 tersebut bemomor 103 FKPPS 01 2004 meminta Walikota Pekanbaru untuk meninjau kembali beberapa hal:
2. Apabila bentuk bangunan sesuai dengan yang direncanakan pengembang
bertingkat empat dan berlantai lima maka biaya akan lebih tinggi, mengingat semakin tinggi bangunan maka akan semakin tinggi pula
149
Op, Cit, Tempo
150
Ibid,
Universitas Sumatera Utara
biayanya. 3.
Berpedoman pada pasar- pasar yang ada di kota Pekanbaru dengan harga yang berkisar antara Rp. 6 juta sid Rp. 8juta m2 sampai saat ini belum
100 dihuni, mengingat selaiQ merasa beratnya harga bangunan juga masalah perekonomian Indonesia yang semakin terpuruk ditambah dengan
situasi yang dirasakan oleh pedagang, yaitu merosotnya daya tarik jual beli di pasar- pasar yang hamper dapat dikatakan lebih besar pasak dari pada
tiang. 4.
Mengacu pada poin tiga, maka pedagang memohon kepada Walikota untuk kiranya merealisasikan harga yang diminta pedagang, yaitu antara
Rp. 6 juta sid Rp. 8 juta, mengingat pedagang pasar Senapelan pada umumnya berskala ekonomi menengah kebawah aset Rp. 10 juta
kebawah apabila harga yang diajukan oleh engembang terendah Rp. 14, 5 juta m
2
maka harga kios akan mencapai Rp. 130 juta lima ratus ribu, berapa puluh tabun bangunan itu akan lunas, jangan- jangan hutang belum
lunas modalpun amblas. 5.
Luas bangunan agar disesuaikan dengan MOD, yaitu 3x3 m
2
dan tetap diperioritaskan kepada pedagang Senapelan.
6. Mengharapkan kerjasama yang baik antara Pemkot, pengembang, dan
pedagang. Sementara surat yang bemomor 1191 FKPPSI PBR XIII 2004 yang
bertanggal 2 Desember 2004, memohon ketua DPRD Pekanbaru untuk meninjau kembali MOD atau perjanjian yang telah disepakati oleh Pemkot dan investor
dengan DPRD tingkat II Pekanbaru periode 1999- 2004 tentang pembangunan
Universitas Sumatera Utara
pasar Senapelan dan menyatakan ahwa IKMR yang dikembangkan oleh Pemkot hanya berstatus fasilitator, bukan pembuat keputusan dalam hal menyetujui
pembongkaran kios di pasar Senapelan. Sedangkan surat pemyataan sikap yang ditulis oleh FKPPS bemomor 071 FKPPSI VIII 03, dikeluarkan pada tanggal 27
Agustus 2003. Surat ini berisi tentang pernyataan sikap pedagang pasar Senapelan tergabung dalam FKPPS yang menolak harga kios yang d~etapkan oleh
investor, yaitu Rp. 18 juta lima ratus ribu dan mempertanyakan keadaan status quo pembangunan apa saja belum bisa dilaksanakan sebelum adanya kesepakatan
harga antara FKPPS dengan Pemkot investor yang dilanggar oleh Pemkot dan investor.
Selain itu, pedagang juga mengirimkan surat kepada Komnas HAM Komisi Nasional Hak Asasi Manusia berkaitan dengan pembongkaran paksa
yang dilakukan oleh Pemkot beberapa waktu lalu. Bahkan para pedagang yang dipimpin langsung oleh Syaiful Bahri sempat mendatangi kantor Komnas HAM
pusat di jalan Latuharhari Jakarta Pusat. Pedagang yang ditemui oleh anggota Komnas HAM Tuwaldi pada hari jumat 14 Mei 2004, mengadukan insiden
pembongkaran dan meminta Komnas HAM membentuk tim penyidik untuk insiden tersebut.
151
1. Menjelaskan bentuk bangunan pasar yang akan dibangun, yaitu terdiri dari
tiga blok. Di mana blok A yang menghadap ke jalan Ahmad Yani jalan protokol adalah bangunan modern atau mall yang tidak diperioritaskan
Surat yang ditujukan kepada Komnas HAM tersebut bemomor 02 FKPPS IX 2004, bertanggal12 September 2004, yang isinya antara lain:
151
Op, Cit, http:www.liputan6.com. 15 Mei 2004
Universitas Sumatera Utara
kepada pedagang lama, yang diperioritaskan hanya blok B dan C yang dibelakangi oleh blok A. Blok B berupa kios- ios yang berukuran 3x3 m2
yang harganya Rp. 20 juta m
2
, sedangkan blok yang semi basement harganya meneapai Rp. 14 juta m
2
. 2.
Menggambarkan tentang kebijakan pembangunan yang tidak memihak masyarakat keeil, malahan menyebabkan ribuan anak- anak pedagang
terpaksa putus sekolah karena orang tua mereka tidak sanggup lagi membiayai sekolah mereka.
3. Meminta kepada Komnas HAM untuk meninjau dan berdialog langsung
ke lapangan sebagai bukti bahwa laporan pedagang ini benar adanya. Dengan tidak berputus asa, pedagang melayangkan surat kepada pengaeara dnan
Buyung Nasution. Tujuannya, untuk menyelesaikan permasalahan pedagang secara hukum yang makin berlarut- larut. Menurut Pak Saiful, Adnan Buyung
sempat datang dua kali ke Pekanbaru meninjau langsung pedagang, Walikota, dan investor. akan tetapi semua itu belum membuahkan hasil apa- apa bagi perubahan
kebijakan harga kios itu. Walaupun demikian, Pak Saiful dan Uni Upik sempat berujar: kami ini berjuang bukan untuk pitih, semampu kami kan terus
memperjuangkan nasib pedagang, kami ditunjuk jadi pengurus FKPPS sebagai amanah, kami akan tetap memegang amanah itu walau tanpa pamrih kami
berjuang bukan karena uang, kami akan terus memperjuangkan nasib pedagang, menjadi pengurus FKPPS merupakan amanah bagi kami yang akan terus kami
pegang walau tanpa pamrih.
152
152
Ibid,
Universitas Sumatera Utara
3.2. Perlawanan Sembunyi- sembunyi atau Tidak Langsung