Risiko di dalam Perjanjian Pinjam Pakai

57 ditutup lemari hancur karena suatu peristiwa. Maka menurut pasal tersebut si X atau pembelilah yang menanggung kerugian hancurnya lemari. Dengan melihat contoh ini mungkin hati nurani kita akan mengatakan tidak adil, apalagi kalau kita sendiri umpama si pembeli itu. Maukah kita menerima hal itu ? Secara logika saja penulis rasa tak seorang pun yang akan mau menerima hal itu dengan benak pikiran bahwa itu memang sudah sepantasnya atau seadilnya.

E. Risiko di dalam Perjanjian Pinjam Pakai

Pinjam pakai adalah suatu perjanjian, dalam mana suatu pihak memberikan kepada pihak lain suatu barang bergerak atau tak bergerak, untuk dipakai dengan percuma, sedang pihak lain berwajib mengembalikan barang itu, setelah memakainya, atau setelah lampau suatu tenggang waktu tertentu Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1740 Kalau penulis meminjam sebuah mobil maka yang harus penulis kembalikan adalah mobil, sedangkan kalau penulis meminjam sejumlah uang atau beras maka penulis kembalikan bukan uang dan beras yang penulis terima itu, tetapi hanya sejumlah uang yang sama atau beras sebanyak yang dipinjam dari kwalitas yang sama yang telah habis terpakai dalam hal ini dinamakan pinjam meminjam, sedangkan untuk yang pertama disebut pinjam pakai. Sehingga untuk mengadakan perbedaannya dipakai sebagai kriterium bahwa dalam “pinjam pakai” barang yang dipinjam tidak habis atau musnah karena pemakaian, Universitas Sumatera Utara 58 sedangkan dalam halnya, “pinjam-meminjam” barang itu habis atau musnah karena pemakaian. 48 Terhadap pinjam pakai hanya dapat barang-barang yang dalam pemakaian tidak habis pasal 1742 adalah tidak betul. Juga barang-barang yang habis karena pemakaian dapat menjadi objek perjanjian peminjaman barang, asal saja pemakaian tidak berupa memakan barang-barang itu. Jadi yang perlu ialah tujuan dari perjanjian. 49 Syarat pinjam pakai barang adalah terjadi dengan cuma-cuma. Misalnya meminjam buah-buahan, tapi tidak boleh dimakan melainkan hanya boleh dipertontonkan saja, maka ada peminjaman barang pinjam pakai Selanjutnya kita akan melihat pasal-pasal pengaturan soal risiko di dalam perjanjian pinjam pakai dan untuk itu kita akan tinjau satu persatu pasal 1744- 1749 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pasal 1744 berbunyi sebagai berikut : “Siapa yang menerima pinjaman sesuatu, diwajibkan menyimpan dan memelihara barang pinjaman sebagai seorang bapak rumah yang baik. “Tiada diperkenankan pemakaian barang pinjaman guna kebutuhan lain terkecuali sesuai dengan sifatnya barang itu atau yang ditetapkan dalam perjanjian, kesemuanya itu atas ancaman penggantian biaya, rugi dan bunga, bila ada alasan untuk itu”. “Apabila ia dalam pemakaian barang itu menggunakannya guna suatu kebutuhan lain, atau lebih lama dari pada yang diperbolehkan maka disamping ia 48 Prof. R. Subekti, SH. Loc cit hal 134 49 Prof. R. Wirjono Prodjodikoro, SH. Loc cit. hal 131. Universitas Sumatera Utara 59 mengganti biaya, rugi dan bunga adalah bertanggung jawab akan kemusnahan barang sekali pun kemusnahan itu dikarenakan suatu peristiwa yang sama sekali tidak disengaja atau tidak dikehendaki”. Ketentuan pasal 1744 ayat I, seorang yang meminjam barang diumpamakan sebagai seorang bapak rumah tangga yang baik. Seorang bapak rumah tangga yang baik akan memelihara anak istrinya serta membimbingnya dalam arti kata memberi nafkah kepada anak istrinya, menyekolahkan anak- anaknya mendidik dan mengarahkannya ke jalan yang benar. Seperti bapa rumah yang baik tadi, oleh undang-undang ditentukan bahwa seorang peminjam pakai terhadap barang yang dipinjamnya tidak diperkenankan menggunakan barang itu dengan sekehendak hatinya hingga berlawanan dengan sifat barang atau yang ditetapkan dalam perjanjian maupun dalam pemakaian lebih lama dari pada yang diperbolehkan, tetapi hendaklah ia dalam pemakaian itu sebagai seorang bapak rumah yang baik, yang dalam selalu hal berusaha menenpa menjadi manusia-manusia yang berguna. Oleh karena itu dalam ayat 2,3 nya ditentukan bahwa si peminjam akan mengganti biaya, rugi dan bunga bila ada alasan untuk itu bahkan kemusnahan barang karena suatu peristiwa yang tak disengaja sama sekalipun bila peminjam dalam pemakaian barang menggunakannya dalam kebutuhan lain atau lebih lama dari pada yang diperbolehkan, tetapi sebaliknya tiadalah ia peminjam akan menanggung risiko akan kemusnahan barang itu bila ia peminjam mentaati isi perjanjian melainkan ada risiko dipikul si pemilik barang. Universitas Sumatera Utara 60 Dari uraian diatas akhirnya kami menarik kesimpulan bahwa pasal 1744 menetapkan risiko atas kemusnahan barang yang dipinjam karena suatu peristiwa yang tidak disengaja dipikul oleh si pembeli barang, asal saja si peminjam barang mentaati isi perjanjian, tapi sebaliknya risiko akan dipikul oleh peminjam manakala ia melanggar isi perjanjian. Misalnya, seorang yang diberikan sebuah rumah tempat tinggal dalam pinjam pakai, ia tidak boleh memakainya sebagai bengkel atau bila seorang diberikan sebuah motor untuk dipinjam pakai bagi keperluan ke kantor tidak boleh memakainya sebagai ojek atau tidak boleh memakainya lebih lama dari yang ditentukan dalam perjanjian, bila ia menuruti isi perjanjian maka risiko dipikul oleh si pemilik barang bila barang musnah karena suatu peristiwa yang tak disengaja tapi bila ia melanggarnya maka ia memikul risiko atas musnahnya barang. Pasa 1745 berbunyi sebagai berikut : “Apabila barang yang dipinjam musnah karena suatu peristiwa yang tak disengaja sama sekali, yang sebenarnya masih dapat dihindarkan seumpama si peminjam telah memakai barangnya sendiri, ataupun seandainya jika hanya satu dari kedua barang itu saja yang dapat diselamatkan, si peminjam telah memilih menyelamatkan barang miliknya sendiri, adalah maka ia bertanggung jawab akan kemusnahan barang yang dipinjam.” Menurut pasal ini si pemimjam dalam hal penyelamatan baik karena pemakaian ataupun karena kepemilikan barang harus lebih mengutamakan barang yang dipinjam. Bila peminjam tidak mengindahkannya maka ia bertanggung Universitas Sumatera Utara 61 jawab akan kemusnahan barang itu, walaupun kemusnahan itu disebabkan karena suatu peristiwa yang tak disengaja. Maksudnya : Dalam hal karena pemakaian musnahnya barang yang disewa akan terhindar bila si penyewa memakai barangnya sendiri. Dalam hal karena kepemilikan musnahnya barang yang disewa akan terhindar bila si penyewa tidak lebih mengutamakan penyelamatan barang miliknya sendiri. Isi pasal 1745 tersebut bila kita analisa adalah suatu hal yang wajar dan patut bila kita lebih memperhatikan barang orang lain yang kita pinjam dari pada barang milik sendiri sesuai dengan pepatah “hargailah orang lain supaya orang lain menghargaimu”. Sehingga didalam ketentuan pasal ini ada baiknya dan ada buruknya. Baiknya; Kita akan selalu dipercaya orang dan tentu saja kita akan lebih mudah mendapatkan pinjaman barang. Buruknya; Kita harus mengorbankan barang milik sendiri, hasil jerih payah sendiri, yang sudah dengan susah payah untuk mendapatkannya tetapi demi kepentingan barang orang lain kita harus mengorbankannya barang itu. Pasal 1746 berbunyi sebagai berikut : “Apabila barang yang dipinjamkan, pada waktu dipinjam harganya ditaksir, maka kemusnahan barang itu walaupun terjadi karena suatu peristiwa yang sama sekali tidak disengaja, maka adalah menjadi tanggungan peminjam, terkecuali sebaliknya telah diperjanjikan”. Universitas Sumatera Utara 62 Dari ketentuan pasal ini kita dapat menyimpulkan bahwa maksudnya adalah, apabila barangnya sebelum diserahkan dalam pinjam pakai, ditaksir dahulu harganya dihadapan kedua belah pihak maka itu dianggap sebagai petunjuk atau persangkaan bahwa si peminjam akan memikul risiko atas barang pinjaman. Dan karena adanya taksiran itu maka si peminjam akan menjadi pihak yang memikul risiko hal ini berarti yang telah melakukan penaksiran barangitu pihak peminjam pakai. Mengenai isi ketentuan pasal 1746 tersebut menurut hemat kami, tidak menimbulkan permasalahan dan karenanya merupakan suatu ketentuan yang harus diterima. Karena kewajiban menanggung risiko dari pihak peminjam terhadap musnahnya barang pinjaman menurut isi pasal tersebut kita dapat tafsirkan bahwa peminjam siap dan sanggup mengganti kerugian atau membeli barang seharga itu. Jadi logislah bila dalam pinjam pakai bila harganya barang ditaksir dulu oleh peminjam pakai menjadi tanggungannya bila barang musnah, yang walaupun kemusnahan barang itu dengan tidak dikehendaki. Pasal 1747 berbunyi sebagai berikut : “Apabila nilai atau harganya barang berkurang disebabkan pemakaian tidak dengan dikehendaki si peminjam pakai, maka tiadalah ia bertanggung jawab akan hal itu.” Suatu kemunduran akan harga atau nilai dari barang yang dipinjam pakai walaupun kemunduran itu karena pemakaian, tapi pemiliklah yang bertanggung jawab dan sekali-kali bukan si peminjam pakai asal saja kemunduran akan nilai atau harga barang itu tidak dengan dikehendaki si peminjam, demikian kita menarik arti ketentuan pasal tersebut. Universitas Sumatera Utara 63 Memang sudah sepantasnya dalam hal kemunduran harga atau nilai barang yang dipinjam pakai dibebankan kepada si pemilik barang, soalnya barang yang sama sekalipun musnah, risiko ditanggung oleh pemilik barang, asal saja si peminjam dalam pemakaian barang yang dipinjam, memakainya dalam batas- batas yang sudah ditentukan. Pinjam – meminjam adalah suatu perjanjian, dalam mana satu pihak menyerahkan kepada pihak lain sejumlah uang atau barang – barang yang dapat diganti dengan janji dari pihak lain itu untuk dikemudian hari mengembalikan kepada pihak ke satu sejumlah uang yang sama atau sejumlah barang-barang yang sama jenis dan nilainya. Pasal 1754 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

F. Risiko di dalam Perjanjian Pinjam Meminjam.