Risiko di dalam Perjanjian Pinjam Meminjam.

63 Memang sudah sepantasnya dalam hal kemunduran harga atau nilai barang yang dipinjam pakai dibebankan kepada si pemilik barang, soalnya barang yang sama sekalipun musnah, risiko ditanggung oleh pemilik barang, asal saja si peminjam dalam pemakaian barang yang dipinjam, memakainya dalam batas- batas yang sudah ditentukan. Pinjam – meminjam adalah suatu perjanjian, dalam mana satu pihak menyerahkan kepada pihak lain sejumlah uang atau barang – barang yang dapat diganti dengan janji dari pihak lain itu untuk dikemudian hari mengembalikan kepada pihak ke satu sejumlah uang yang sama atau sejumlah barang-barang yang sama jenis dan nilainya. Pasal 1754 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

F. Risiko di dalam Perjanjian Pinjam Meminjam.

Dalam pinjam meminjam barang atau uang, barang atau uang yang diserahkan oleh pihak kesatu kepada pihak kedua itu, beralih menjadi milik pihak kedua. Pengaturan soal risiko dalam perjanjian pinjam meminjam dituangkan dalam pasal 1755 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi sebagai berikut : “Dengan alas hak perjanjian pinjam meminjam itu, maka pihak yang menerima pinjaman menjadi pemilik dari barang yang dipinjamkan; dan apabila barang itu musnah dengan cara apapun, musnahnya barang itu adalah menjadi tanggung jawabnya. Karena si peminjam menjadi pemilik dari barangnya pinjaman, maka ia berkuasa untuk menghabiskan memusnahkan barang tersebut. Sebagai pemilik Universitas Sumatera Utara 64 ini ia juga memikul segala risiko atas barang itu; dalam halnya kemerosotan nilai uang atau kemusnahan barang. Dengan ketentuan yang ditetapkan dalam pasal tersebut diatas maka dalam pinjam meminjam kemusnahan akan barang yang dipinjam adalah atas tanggungan si peminjam atau risiko dengan kemusnahan barnag yang dipinjam ada di pihak peminjam. Adalah suatu ketentuan yang menurut hemat kami apa yang ditentukan dalam pasal tersebut tepat dan adil. G. Masalah-masalah yang timbul akibat dari pengaturan risiko yang keliru dan ketidak adanya pengaturannya. Dalam punt 2 kami telah berikan uraian mengenai peraturan soal risiko dari beberapa macam bentuk perjanjian. Dari uraian pengaturan risiko tersebut satu sama lain, disatu pihak menunjukkan kesamaan dan dilain pihak berlainan, malah bertentangan. Manakala setelahnya kita mengadakan penelaahan terhadap pengaturan risiko tersebut ternyata ada beberapa pasal tertentu yang tidak sesuai dengan rasa keadilan atau menimbulkan keganjilan-keganjilan dan bahkan ada juga bentuk perjanjian yang sama sekali tidak terdapat atau tidak ada pasal pengaturan soal risikonya, baik itu bentuk perjanjian yang terdapat didalam Hukum Perjanjian dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, maupun bentuk perjanjian yang timbul dari praktek sehari-hari, sehingga akibatnya menimbulkan permasalahan yang memberikan kesan yang tidak baik kepada masyarakat. Dan untuk jelasnya Universitas Sumatera Utara 65 permasalahan-permasalahan tersebut tidak ada salahnya kita meninjau kembali pasal-pasal dari perjanjian yang dimaksudkan. Pasal-pasal dalam perjanjian jual beli, pasal 1460, 1461, 1462 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, merupakan pasal peraturan risiko. Pasal 1460 mengenai risiko dalam jual beli barang tertentu, yang menetapkan bahwa, barang itu sejak saat ditutupnya perjanjian jual-beli adalah atas tanggungan pembeli, meskipun penyerahan akan barang belum dilakukan. Pasal ini menentukan bahwa risiko terhadap kejadian – kejadian yang menimpa barang tersebut dibebankan pada pundaknya si pembeli semenjak perjanjian jual beli ditutup. Misalnya, barang yang menjadi objek perjanjian jual beli itu musnah karena jatuh dari tempat penyimpanannya atau hancur dalam perjalanan sewaktu sedang diangkut ke rumah si pembeli. Kerugian akibat kemusnahan, kehancuran barang tadi dibebankan pada pundaknya si pembeli padahal secara menurut hukum ia si pembeli belum merupakan pemiliknya. Demikian juga halnya dengan pasal 1461, hanya saja dalam pasal ini, risiko atas musnahnya barang yang menjadi objek perjanjian dipikulkan kepada pundaknya si pembeli sesudahnya dilakukan penimbangan, penghitungan atau pengukuran. Pun juga dengan pasal 1462 tidak beda dengan pasal 1460, 1461 dalam arti, risiko diletakkan dipundaknya si pembeli meskipun barangnya belum diserahkan. Dengan lain perkataan barangnya masih berada dalam kekuasaan si penjual. Dari uraian singkat diatas dapatlah kita melihat masalah yang menjadi bahan pemikiran. Universitas Sumatera Utara 66 Adapun masalah-masalah itu adalah sebagai berikut : 1. Apakah peraturan dari pasal itu tidak merupakan suatu pasal yang keliru, yang tidak sesuai dengan sistim jual beli dan pemindahan hak milik yang dianut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata? 2. Mengapa ada pasal undang-undang yang memberikan peraturan yang tidak adil itu ? Mengenai perjanjian yang tidak ada peraturan soal risikonya disini dibedakan antara perjanjian yang timbul karena suatu ciptaan praktek dan perjanjian yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Perjanjian yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, menimbulkan permasalahan-permasalahan serius yang meminta perhatiannya para ahli yuris. Adapun permasalahannya adalah sebagai berikut : 3. Pasal peraturan dari bentuk perjanjian yang mana harus diterapkan atau dipakai terhadap perjanjian-perjanjian tersebut ? Sedangkan perjanjian yang timbul oleh suatu ciptaan praktek dalam hal ini perjanjian “sewa-beli”, juga menimbulkan permasalahan. Adapun permasalahannya adalah sebagai berikut : 4. Apakah perjanjian sewa beli harus dikwalifikasikan sebagai perjanjian “jual- beli” atau perjanjian “sewa-menyewa”. Kekeliruan dan atau ketidak adilan maupun ketidak adanya pengaturan yang adil dan pasti, hal ini mengakibatkan resahnya masyarakat dan terganggunya lalu lintas perniagaan dan tiadanya kepastian hukum bagi setiap pembeli maupun Universitas Sumatera Utara 67 penyewa beli serta tiap orang yang tersangkut dalam suatu perjanjian yang tidak ada peraturan soal risikonya. Mengenai pemecahan terhadap permasalahan-permasalahan ini penulis akan membahasnya pada bab IV dari skripsi ini, yang mencoba memberikan ulasan penyelesaian terhadap masalah tersebut. Universitas Sumatera Utara 68

BAB IV PEMECAHAN DARI MASALAH RISIKO DI DALAM PERJANJIAN,