BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Paradigma Kajian
Apabila seorang peneliti melakukan penelitian, secara sadar atau tidak dalam dirinya ada cara memandang hal atau peristiwa tertentu. Hal ini secara
wajar terjadi karena dalam diri peneliti sudah terbentuk suatu perangkat kepercayaan yang didasarkan atas asumsi-asumsi tertentu yang dinamakan
aksioma pernyataan yang dapat diterima sebagai kebenaran tanpa pembuktian atau paradigma. Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana
sesuatu distruktur atau bagaimana bagian-bagian berfungsi. Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan
kebenaran atau untuk lebih mudah membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan oleh para filsuf, peneliti maupun para praktisi
melalui model-model tertentu. Model-model tersebut biasanya disebut dengan paradigma Moleong, 2009.
Dalam penelitian kualitatif “teori” lebih ditempatkan pada garis yang digunakan dibidang sosiologi dan antropologi dan mirip dengan istilah paradigma
Ritzer, dalam Bogdan Biklen, 1982. Paradigma adalah kumpulan tentang asumsi, konsep, atau proposisi yang secara logis dipakai peneliti Alsa, 2010.
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma interpretatif pandanganpendapat dan pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif. Paradigma interpretatif digunakan karena paradigma ini menyatakan bahwa pengetahuan dan pemikiran awam berisikan arti atau makna
yang diberikan individu terhadap pengalaman dan kehidupannya sehari – hari sehingga melalui paradigma interpretatif, dalam penelitian ini peneliti dapat
memahami bagaimana proses komunikasi intrapersonal hipnoterapi dalam mengubah perilaku fobia seseorang.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Kajian Pustaka
2.2.1 Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi
pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. Komunikasi intrapersonal dapat
menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologis seperti persepsi dan kesadaran
awareness terjadi saat berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh komunikator http:id.wikipedia.orgwikiKomunikasi_intrapersonal.
i Untuk memahami apa yang terjadi ketika kita melakukan komunikasi
intrapersonal, maka seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri. Karena pemahaman ini diperoleh melalui proses persepsi.
Maka pada dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang mempersepsikan, bukan pada suatu ungkapan ataupun obyek. Dalam
ilmu komunikasi kita berkata, pesan diberi makna berlainan oleh orang yang berbeda. Words don’t mean; people mean. Kata-kata tidak
memiliki makna; tapi oranglah yang memberikan makna Rakhmat, 1985: 49.
Komunikasi intrapersonal juga dapat didefinisikan sebagai sebuah proses yang terjadi di dalam diri individu mulai dari kegiatan menerima pesan atau
informasi, mengolah, menyimpan, dan menghasilkan kembali. komunikasi intrapersonal adalah proses pengolahan informasi. Proses ini melewati empat
tahap yaitu: 1.
Sensasi Tahap paling awal penerimaan informasi ialah sensasi. Sensasi berasal
dari kata “sense”, alat pengindraan. Dengan demikian sensasi adalah proses penangkapan stimuli. Stimuli adalah apa saja yang menyentuh
panca indra baik dari dalam maupun dari luar diri. Dan kemudian stimuli yang sudah di tangkap melalui proses sensasi akan diberikan makna. Alat
pengindra akan segera mengubah stimuli menjadi energi saraf untuk
Universitas Sumatera Utara
disampaikan ke otak melalui proses transduksi proses mengubah suatu bentuk ke bentuk lain.
Agar dapat diterima alat indra, stimuli harus cukup kuat. Batas minimal intensitas stimuli disebut ambang mutlak absolute threshold.
Mata, misalnya hanya dapat menangkap stimuli yang mempunyai panjang gelombang 380 sampai 780 nanometer. Telinga hanya mampu
mendeteksi gelombang suara berkisar antara 20 sampai 20.000 hertz. 2.
Persepsi Persepsi adalah pemberian makna dari pada sensasi. Dengan kata lain
persepsi juga dapat diartikan sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi
dan menafsirkan pesan. Persepsi juga ditentukan oleh faktor personal dan juga faktor situasional. Selain itu perhatian adalah faktor lain yang juga
sangat mempengaruhi persepsi. Kenneth E. Andersen dalam Rakhmat mendefenisikan, “Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau
rangkaian stimuli menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah”.
3. Memori
Dalam komunikasi intrapersonal, memori memegang peranan paling penting dalam mempengaruhi persepsi maupun berpikir. Schlessinger dan
Groves dalam Rakhmat mendefenisikan, “memori adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta
tentang dunia dan munggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya”. Mussen dan Rosenzweig dalam Rakhmat menyatakan
Memori melewati tiga proses: perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan. Perekaman encoding adalah pencatatan informasi melalui
reseptor indra dan sirkuit saraf internal. Penyimpanan storge proses menentukan berapa lama informasi berada beserta kita, dalam bentuk apa,
dan dimana. Penyimpanan bisa bersifat aktif sengaja menyimpan atau pasif tidak sengaja tersimpan. Pemanggilan Retrieval adalah
menggunakan informasi yang sudah dismipan mengingat kembali.
Universitas Sumatera Utara
4. Berpikir
Dalam berpikir kita melihat semua proses yang kita sebut di muka: sensasi, persepsi, dan memori. Berpikir menunjukkan berbagai kegiatan
yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang, sebagai pengganti objek dan peristiwa. Jadi berpikir adalah mengolah dan memanipulasikan
informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respon Rakhmat, 1985.
2.2.2 S – O – R
Teori S – O – R atau Stimulus-Organism-Response memiliki Objek materialnya yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap,
opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi. Teori S – O – R beranggapan bahwa organisme menghasilakan perilaku tertentu jika ada stimulus tertentu pula. Jadi
efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan
reaksi yang ditimbulkan oleh komunikan Effendi, 2003. Teori ini dikenal sebagai model Stimulus – Organisme – Respon dimana
unsur-unsur dasar ini terdiri dari: 1.
Pesan atau stimulus 2.
Komunikan 3.
Efek atau Respon Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah hanya
jika stimulus yang menerpa melebihi semula. Prof.Dr.mar’at dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya”, mengutip pendapat Hovland,
Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu perhatian, pengertian dan penerimaan.
Respon atau perubahan sikapperilaku bergantung pada proses terhadap individu. Stimulus yang merupakan pesan yang disampaikan kepada komunikan
dapat diterima atau ditolak oleh komunikan, komunikasi dapat berjalan apabila komunikan memberikan perhatian khusus terhadap stimulus yang disampaikan
kepadanya. Ketika komunikan tersebut memikirkannya maka timbul pengertian dan penerimaan atau sebaliknya. Dengan demikian Perubahan sikap dapat yaitu,
perubahan kognitif, afektif atau behavioral.
Universitas Sumatera Utara
Stimulus atau pesan adalah rasangan atau dorongan berupa pesan, organisme adalah manusia atau seorang penerima proses yang terjadi di dalam
diri seseorang, Respon adalah reaksi, efek, pengaruh atau tanggapan feed back. Menurut Effendy, unsur-unsur teori S – O – R dapat digambarkan sebagai berikut:
Sumber: Effendy, 2003.
2.2.3 Konsep Diri
Menurut William D. Brooks bahwa konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Sedangkan Centi mengemukakan konsep diri self
concept tidak lain tidak bukan adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita
merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita meninginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita harapkan.
Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Menurut Rogers konsep diri
merupakan konseptual yang terorganisasi dan konsisten yang terdiri dari persepsi- persepsi tentang sifat-sifat dari ’diri subjek’ atau ’diri objek’ dan persepsi-persepsi
tentang hubungan-hubungan antar ’diri subjek’ diri objek’ dengan orang lain dan dengan berbagai aspek kehidupan beserta nilai-nilai yang melekat pada persepsi-
perseepsi ini Mulya, 2009. Konsep diri memberikan motif penting untuk perilaku. pemikiran bahwa
keyakinan, nilai, perasaan, penilaian-penilaian mengenai diri mempengaruhi perilaku adalah sebuah prinsip penting pada teori interaksionisme simbolik. Mead
Stimulus Organisme:
Perhatian Pengertian
Penerimaan
Respon
Perubahan Perilaku
Universitas Sumatera Utara
berpendapat bahwa kerena manusia memiliki diri, manusia memiliki mekanisme untuk berinteraksi dengan dirinya sendiri. Mekanisme ini digunakan untuk
menuntun perilaku dan sikap. Mead juga melihat diri sebagai sebuah proses, bukan struktur West, Turner, 2008.
Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan tingkah laku seseorang. Bagaimana seseorang memandang dirinya akan tercermin dari
keseluruhan perilakunya. Artinya, perilaku individu akan selaras dengan cara individu memandang dirinya sendiri. Apabila individu memandang dirinya
sebagai orang yang tidak mempunyai cukup kemampuan untuk melakukan suatu tugas, maka seluruh perilakunya akan menunjukkan ketidakmampuannya tersebut.
Menurut Felker 1974, terdapat tiga peranan penting konsep diri dalam menentukan perilaku seseorang, yaitu:
1. Konsep diri memainkan peranan dalam mempertahankan keselarasan batin
seseorang. Individu senantiasa berusaha untuk mempertahankan keselarasan batinnya. Bila individu memiliki ide, perasaan, persepsi atau
pikiran yang tidak seimbang atau saling bertentangan, maka akan terjadi situasi psikologis yang tidak menyenangkan. Untuk menghilangkan
ketidakselarasan tersebut, individu akan mengubah perilaku atau memilih suatu sistem untuk mempertahankan kesesuaian antara individu dengan
lingkungannya. Cara menjaga kesesuaian tersebut dapat dilakukan dengan menolak gambaran yang diberikan oleh lingkungannya mengenai dirinya
atau individu berusaha mengubah dirinya seperti apa yang diungkapkan lingkungan sebagai cara untuk menjelaskan kesesuaian dirinya dengan
lingkungannya. 2.
Konsep diri menentukan bagaimana individu memberikan penafsiran atas pengalamannya. Seluruh sikap dan pandangan individu terhadap dirinya
sangat memengaruhi individu tersebut dalam menafsirkan pengalamannya. Sebuah kejadian akan ditafsirkan secara berbeda antara individu yang satu
dengan individu lainnya, karena masing-masing individu mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda terhadap diri mereka. Tafsiran negatif
terhadap pengalaman hidup disebabkan oleh pandangan dan sikap negatif
Universitas Sumatera Utara
terhadap dirinya sendiri. Sebaliknya, tafsiran positif terhadap pengalaman hidup disebabkan oleh pandangan dan sikap positif terhadap dirinya.
3. Konsep diri juga berperan sebagai penentu pengharapan individu.
Pengharapan ini merupakan inti dari konsep diri. Bahkan McCandless sebagaimana dikutip Fellcer 1974 menyebutkan bahwa konsep diri
seperangkat harapan-harapan dan evaluasi terhadap perilaku yang merujuk pada harapan-harapan tersebut. Siswa yang cemas dalam menghadapi
ujian akhir dengan mengatakan saya sebenarnya anak bodoh, pasti saya tidak akan mendapat nilai yang baik, sesungguhnya sudah mencerminkan
harapan apa yang akan terjadi dengan hasil ujiannya. Ungkapan tersebut menunjukkan keyakinannya bahwa ia tidak mempunyai kemampuan untuk
memperoleh nilai yang baik. Keyakinannya tersebut mencerminkan sikap dan pandangan negatif terhadap dirinya sendiri. Pandangan negatif
terhadap dirinya menyebabkan individu mengharapkan tingkah keberhasilan yang akan dicapai hanya pada taraf yang rendah. Patokan
yang rendah tersebut menyebabkan individu bersangkutan tidak mempunyai motivasi untuk mencapai prestasi yang gemilang
Pudjijogyanti, 1988. Komponen-komponen konsep diri menurut Hurlock 1976:22 antara lain :
1. The perceptual component
Gambaran dan kesan seseorang tentang penampilan tubuhnya dan kesan yang dibuat pada orang lain atau sering disebut konsep diri fisik.
Tercakup didalamnya gambaran yang dipunyai seseorang tentang daya tarik tubuhnya attractiveness dan keserasian jenis kelamin sex
approriateness. Komponen ini sering disebut physical self concept. 2.
The conseptual component Pandangan tentang karakteristik yang berbeda dengan orang lain
baik tentang kemampuan dan kekurangannya serta disusun dari kualitas penyesuaian hidupnya tentang kepercayaan diri tergantung keberanian,
kegagalan dan kelemahannya. Komponen ini sering disebut psychological self concept.
Universitas Sumatera Utara
3. The attitudinal component
Perasaan tentang kebanggaan dan rasa malunya. Yang termasuk dalam komponen ini adalah keyakinan nilai, aspirasi dan komitmen yang
membentuk dirinya. Sedangkan menurut Pudjijogyanti 1988:3 komponen-komponen konsep
diri ada dua yaitu : 1.
Komponen kognitif Komponen kognitif merupakan pengetahuan individu tentang
keadaan dirinya, misalnya “saya anak bodoh” atau “saya anak nakal”. Jadi komponen kognitif merupakan penjelasan dari “siapa saya” yang akan
memberi gambaran tentang diri saya. Gambaran diri self-picture tersebut akan membentuk citra diri self- image.
2. Komponen afektif
Komponen afektif merupakan penilaian individu terhadap diri. Penilaian tersebut akan membentuk penerimaan terhadap diri self
acceptance, serta harga diri self-esteem individu. Fitts Agustiani 2006:139-142 membagi konsep diri dalam dua dimensi
pokok, yaitu sebagai berikut: a.
Dimensi Internal Dimensi internal atau kerangka acuan internal internal Frame of
reference adalah penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia didalamnya. Dimensi ini terdiri atas tiga bentuk
1. Identitas diri identity self
Merupakan bagian aspek paling mendasar untuk menggambarkan dirinya dan membangun identitasnya. mengacu pada pertanyaan, siapakah
saya?. 2.
Diri pelaku behavioral self Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya yang
berisikan segala kesadaran mengenai apa yang dilakukan diri. 3.
Diri penerimaanpenilai judging self Berfungsi sebagai penguat, penentu standar dan elevator. Kedudukannya
sebagai perantara mediator antara diri dan identitas pelaku.
Universitas Sumatera Utara
b. Dimensi Eksternal
Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain di luar dirinya.
Dimensi eksternal terbagi atas lima bentuk, yaitu: 1.
Diri Fisik physical self Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya
secara fisik cantik, jelek, menarik, tinggi, pendek, gemuk, kurus, dsb. 2.
Diri etik-moral moral-ethical self Bagian ini merupakan persepsi seorang terhadap dirinya dilihat
dari pertimbangan nilai moral dan etika. Hal ini menyangkut keberadaan seseorang dengan kehidupan keluarganya, Agama dan Tuhan yang
meliputi aspek batasan baik dan buruk. 3.
Diri Pribadi personal self Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang
keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan orang lain tapi dipengaruhi oleh sejauhmana ia merasa
dirinya sebagai pribadi yang tepat. 4.
Diri Keluarga family self Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang
dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian ini menunjukkan sejauhmana seseorang merasa dekat terhadap dirinya dari suatu keluarga.
5. Diri Sosial social self
Diri sosial maupun bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun lingkungan
sekitarnya. Seluruh bagian ini, baik eksternal maupun internal saling berkaitan dan berinteraksi dan membentuk satu kesatuan yang utuh.
Rahmat 1971:7-8.
2.2.4 Teori Disonansi Kognitif
Teori konsistensi mengemukakan bahwa pikiran beroperasi seperti sebuah penengah antara rangsangan stimulus dan respons. Teori ini menyatakan jika
seseorang menerima rangsangan, maka pikiran akan memprosesnya menjadi sebuah pola dengan rangsangan lainnya yang sudah diterima atau sudah ada
Universitas Sumatera Utara
sebelumnya. Jikalau rangsangan baru tersebut tidak sesuai dengan pola yang ada atau tidak konsisten, maka orang tersebut akan mengalami ketidaknyamanan.
Ketidaknyamanan tersebut timbul ketika seseorang menemukan diri mereka sendiri melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang mereka ketahui,
atau menemui pendapat yang tidak sesuai dengan pendapat lain yang mereka pegang inkonsisten. Konsistensi merupakan prinsip penting dan teratur yang
ada dalam proses kognitif manusia, dan perubahan respon terjadi sebagai akibat adanya informasi yang menggangu keteraturan tersebut.
Menurut Festinger dalam Morissan 2013, manusia membawa berbagai unsur elemen dalam kognitifnya. Elemen tersebut adalah sikap, persepsi,
pengetahuan dan tingkah laku behavior. Elemen-elemen tersebut barada dalam suatu sistem yang tidak terpisah dan saling mempengaruhi. Ada tiga jenis
hubungan yang mungkin terjadi antar elemen-elemen tersebut. Pertama, hubungan yang tidak memberikan pengaruh apa-apa terhadap elemen-elemen yang ada,
disebut sebagai hubungan nihil atau tidak relevan irrelevant. Kedua, hubungan konsisten atau hubungan konsonan, yaitu hubungan antar elemen yang saling
menguatkan. Ketiga adalah hubungan yang menimbulkan ketidaksesuaian inkonsisten atau disonansi.
Terdapat dua ide penting yang menjadi dasar teori disonansi kognitif ini yaitu: pertama, adanya disonansi akan menimbulkan ketegangan dan stress yang
membuat seseorang tertekan dan mencari jalan untuk berubah. Kedua, kondisi disonansi membuat seseorang tidak hanya berupaya untuk menguranginya tetapi
juga menghindarinya. Festinger dalam Morissan 2013 membayangkan sejumlah merode yang
digunakan manusia untuk mengatasi ketidaksesuaian kognitif. 1.
Mengubah satu atau lebih elemen kognitif yang ada. Misal elemen tingkah laku tindakan dan atau elemen sikap
2. Menambahkan elemen baru dalam hubungan yang inkonsisten guna
menetralkan disonansi. 3.
Mempertimbangkan kembali disonansi yang terjadi. Melalui pertimbangan tersebut seseorang memahami disonansi yang terjadi
bukanlah hal terpenting jika dibandingkan dengan hal yang lain.
Universitas Sumatera Utara
Di ku
ra ng
i d eng
an
4. Mencari informasi yang dapat mendukung suatu tindakan agar
seseorang punya penguatan atas tindakannya yang dilakukannya. 5.
Menguarangi disonansi yang terjadi dengan mendistorsi atau menyalah artikan informasi yang ada sehingga terbentuk pemahaman yang dapat
diterima oleh kognisinya. Banyak teori dan riset mengenai teori disonanasi kognitif yang
mengemukakan berbagai situsasi atau keadaan yang memungkinkan disonansi dapat terjadi kondisi. Situasi atau keadaan yang dapat mendorong timbulnya
disonansi adalah sebagai berikut: saat membuat keputusan decision making, kepatuhan yang dipaksakan forced compliance, memasuki kelompok baru
initiation, dukungan sosial social support, dan usaha atau daya upaya effort Morissan, 2013.
Menurut Leon Festinger 1957 dalam West Turner perasaan ketidakseimbangan kognisi yang timbul atas ketidaksesuaian rangsangan dengan
pola rangsangan yang sudah ada sebelumnya disebut sebagai disonansi kognitif. Ia juga berpendapat inti dari teori disonansi kognitif adalah adanya sebuah perasaan
tidaknyaman yang memotivasi orang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut.
Dapat digambarkan proses disonansi kognitif sebagai berikut:
Sumber: Festinger, 1957.
Perubahan yang menghilangkan
inkonsistentsi
Rangsangan yang tidak menyenangkan
Mulainya disonansi Sikap, pemikiran dan
prilaku yang tidak konsisten
Berakibat pada Berakibat pada
Universitas Sumatera Utara
Festinger menyatakan bahwa ketidaknyamanan yang disebabkan oleh disonansi akan mendorong terjadinya perubahan, pernyataan ini sangat penting
bagi para peniliti komunikasi. Dengan berdasar dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa disonansi kognitif dapat memotivasi perilaku komunikasi saat
orang melakukan persuasi kepada orang lainnya dan saat orang berjuang untuk mengurangi disonansi kognitifnya. Dengan kata lain, ketika seseorang menemui
orang lain dalam rangka mengurangi disonansi maka hal tersebut merupakan cara dan usahanya untuk mempengaruhi dirinya sendiri demi mengalami perubahan
dalam dirinya West, Turner, 2008. Sebagian besar pandangan teori kognitif percaya bahwa manusia
memperoleh informasi yang diterima melalui lima tahap berikut: 1.
Sensory input, yaitu tahap dimana terjadinya proses pengindraan terhadap stimulus yang ada di lingkungan
2. Central processing, yaitu tahap proses pemberian makna terhadap
informasi yang masuk 3.
Information storage, yaitu tahap dimana informasi dimasukkan dan dikumpulkan dalam memori manusia
4. Information retrieval, yakni tahap memori tersebut dipanggil kembali
5. Utilization pada tahap ini terjadi proses bagaimana cara kita memanggil
dan mentransformasikan informasi akan mempengaruhi perilaku non- verbal dan pembicaraan yang akan dilakukan Griffin,2003
Dalam upaya mengurangi disonansi, seseorang akan secara aktif menolak situasi-situasi dan informasi yang memungkinkan meningkatnya disonansi yang
dialaminya Severin dan Tankard, 2008. Tingkat disonansi akan menentukan tindakan yang akan di ambil seseorang dan kognisi yang mungkin ia gunakan
untuk mengurangi disonansi. Tindakan yang diambil oleh seseorang ini adalah upaya seseorang untuk mencapai perubahan yang mengembalikan konsistensi
2.2.5 Teori Penilaian Sosial
Teori penilaian sosial memberikan penjelasan bagaimana orang memberikan penilaian mengenai segala informasi atau pernyataan yang
didengarnya. Dengan kata lain teori ini juga dapat menjelaskan bagaimana
Universitas Sumatera Utara
seseorang beropini terhadap sesuatu hal. Tiga hal yang mempengaruhi seseorang dalam memberi penilaian yaitu:
1. Keterlibatan ego
Menurut Sherif keterlibatan ego mengacu pada seberapa penting suatu isu dalam kehidupan seseorang. Dengan kata lain, jika suatu isu
berdampak atau berakibat secara langsung pada seseorang maka orang tersebut akan menganggap isu itu sebagai sesuatu yang sangat penting.
Sebaliknya, jika suatu isu tidak berdampak secara langsung bagi seseorang maka isu tersebut tidaklah penting bagi dirinya.
2. Jangkar sikap
Sherif mengatakan orang cenderung menggunakan acuan atau jangkar sikap sebagai pembanding ketika menerima sejumlah pesan yang
berbeda-beda atau bahkan bertentangan. Dalam kehidupan sosial, acuan yang seseorang gunakan saat menduga sesuatu memberikan penilaian
tanpa alat ukur pasti adalah referensi serta pengalaman yang sudah ada sebelumnya. Dengan kata lain seseorang cenderung memberikan penilaian
dengan acuan internal yang dimilikinya. 3.
Efek kontras Dengan berdasar pada pemahaman yang Sherif kemukakan maka
dapat diketahui bahwa seseorang memberikan penilaian untuk menerima atau menolak pesan berdasarkan dua hal yaitu keterlibatan ego dan acuan
internal. Namun demikian, proses penilian ini tetap dapat menimbulkan distorsi penyimpangan. Distorsi ini terjadi jika seseorang menilai suatu
pesan menjadi lebih jauh atau bertentangan dengan pandangannya sendiri dari pada yang seharusnya, penilaian yang menjadi lebih jauh dari yang
seharusnya ini di sebut sebagai efek kontras. Sebaliknya, distorsi juga terjadi ketika seseorang memberi penilaian terhadap suatu pesan menjadi
lebih dekat dengan pandangannya sendiri dari pada yang seharusnya, penilaian ini disebut dengan efek asimilasi,
2.2.6 Emosi
Emosi adalah perasaan yang ditujukan kepada seseorang, atau reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Rasa sedih, senang, bahagia, marah, dan depresi
Universitas Sumatera Utara
merupakan rasa yang berbeda dan diungkapkan dengan cara yang berbeda pula. Emosi dan perasaan adalah dua konsep yang berbeda, tetapi perbedaan keduanya
tidak dapat dinyatakan secara tegas. Emosi dan perasaan merupakan gejala emosional yang secara kualitatif berkelanjutan tetapi tidak jelas batasannya.
Walgito 1997 dalam Khodijah memahami emosi dari beberapa teori emosi berikut:
1. Teori Emosi Sentral
Menurut teori Emosi sentral, jasmani merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu. Untuk memahami teori ini kita bisa
memperhatikan orang yang menangis. Pada orang yang menangis tentu akan merasakan adanya emosi, baik itu berupa rasa sakit ataupun
kesedihan yang mendalam, setelah itu muncul perubahan-perubahan yang pada akhirnya memunculkan tetesan air mata yang dikeluarkan. Jadi,
individu mengalami emosi terlebih dahulu, baru kemudian mengalami perubahan-perubahan.
2. Teori Emosi Peripheral
Teori emosi ini dikemukakan oleh William James 1842 – 1910. Teori emosi peripheral berbanding terbalik dengan teori emosi sentral.
Menurut teori peripheral, gejala pada kejasmanian bukanlah merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu. Menurut teori ini orang tidak
menangis karena susah, tetapi sebaliknya, ia susah karena menangis. 3.
Teori Emosi Kepribadian Teori emosi yang ketiga adalah teori emosi kepribadian. Menurut
teori ini, emosi merupakan suatu aktivitas pribadi. Antara pribadi dan jasmaniah tidak bisa dipisah-pisahkan. Oleh karena itu, emosi meliputi
pola perubahan-perubahan jasmaniah Khodijah, 2006
Fungsi Emosi
Martin dalam Khodijah menyatakan bahwa emosi bukan hanya berfungsi untuk mempertahankan hidup survival, untuk mengungkapkan ekspresi dan
mempertegas perasaan saja. Emosi juga berfungsi sebagai energi atau pembangkit energi yang bisa memberi semangat hidup dalam kehidupan manusia. Selain itu,
emosi juga bisa berperan sebagai pembawa pesan atau messenger. Artinya, emosi
Universitas Sumatera Utara
mampu memberi tahu diri kita mengenai kondisi atau keadaan seseorang yang berada di sekitar kita Khodijah, 2006.
Ada dua jenis emosi yaitu: 1.
Emosi Positif adalah emosi menyenangkan yang bisa menimbulkan perasaan positif pada orang yang mengalaminya, yaitu jatuh cinta, senang,
gembira, kagum dan sebagainya. 2.
Emosi Negatif adalah emosi tidak menyenangkan, yaitu emosi yang menimbulkan perasaan negatif, di antaranya sedih, marah, benci, takut,
dan sebagainya. Emosi positif atau negatif sebenarnya tidak memaksa kita untuk
bertingkah laku secara tertentu. Tetapi, karena kita memberi arti pada emosi itulah yang menyebabkan kita bertingkah laku tertentu. Itulah yang dinamakan motif.
Motif adalah sesuatu yang menggerakkan orang baik dalam keadaan sadar atau tidak untuk melakukan suatu tindakan. Demikianlah emosi yang diberikan arti
negatif dapat menimbulkan perasaan negatif yang dapat melukai diri sendiri dan juga merusak hubungan baik dengan orang lain. Sebaliknya, jika emosi diartikan
positif, emosi tersebut dapat dipakai untuk lebih mengenali diri sendiri dan orang lain. Perasaan yang timbul dari emosi positif juga bisa dijadikan motivasi untuk
melakukan yang terbaik bagi diri sendiri maupun orang lain. Seringkali kita menekan emosi yang tidak sesuai harapan ke dalam diri
kita. Sebenarnya apabila emosi ini ditekan, emosi tersebut bisa menyebabkan penyakit batin dan juga penyakit jasmani. Misalnya, Pusing sebagai pengganti
rasa marah, lelah mengganti rasa sedih dan sesak nafas sebagai pengganti rasa takut.
2.2.7 Fobia
Fobia adalah perasaan takut yang irasional berlebihan dan bersifat terus menerus terhadap sesuatu atau situasi Gunawan, 2009. Davison Neale 2001
Fobia adalah ketakutan luar biasa yang tidak masuk akal yang mengganggu kehidupan seseorang yang sebenarnya normal. Sedangkan fobia sosial adalah
ketakutan terhadap situasi sosial dimana seseorang mungkin diamati oleh orang lain. Fobia spesifik adalah ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran atau
antisipasi terhadap obyek atau situasi yang spesifik Hadjam, 2011: 70.
Universitas Sumatera Utara
Seorang yang memiliki ketakutan yang sangat berlebihan pada suatu stimulus atau situasi yang menurut kebanyakkan orang lain tidaklah sangat
berbahaya, disebut orang yang memiliki fobia. Orang tersebut biasanya menyadari ketakutannya tersebut tidak rasional tetapi dia tidak bisa mengontrolnya dan tetap
merasakan kecemasan mulai dari serba salah yang amat sangat sampai panik yang hanya dapat diredakan dengan menghindari benda atau situasi itu.
Tampaknya terdapat suatu kontinum rangkaian antara rasa takut yang umum dengan fobia, sehingga sering kali kesulitan untuk membedakan
keduannya. Namun demikian, rasa takut tidaklah dikatakan sebagai fobia apabila rasa takut tersebut tidak sampai mengganggu kehidupan sehari-hari individunya.
Contoh-contoh ketakutan yang digolongkan sebagai gangguan fobia: 1.
Seseorang yang sangat ketakutan dan menjerit histeris ketika melihat seekor kecoa terbang di sekitarnya
2. Seorang wanita yang takut menggunakan lift, sehingga menolak untuk
menggunakannya dan memilih untuk menggunakan tangga untuk mencapai lantai 3
3. Seseorang yang takut dengan suara petir, sehingga menjerit dan menutup
telinga setiap kali mendengar suara petir 4.
Seorang siswa yang menjadi gagap, keringat dingin dan gemetaran ketika harus berdiri di depan kelas di depan publik, dan sebagainya.
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders DSM
IV, fobia dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu fobia spesifik dalam DSM II “simple fobia” dan fobia sosial.
1. Fobia spesifik
Davison Neale 2001 Fobia yang spesifik berarti ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran atau antisipasi terhadap obyek atau situasi yang
spesifik. Kaplap, Sadock, Grebb, 1994 Kessler dalam Davison Neale,2001 Prevalensi kelaziman fobia spesifik di Amerika sekitar 5-10 orang pada setiap
100 orang, dan umumnya terjadi pada perempuan. Jenis fobia menurut DSM IV dapat digolongkan dalam 5 hal, yaitu:
a. Tipe fobia terhadap binatang misal: tikus, anjing, atau binatang
berbulu lebat,
Universitas Sumatera Utara
b. Tipe lingkungan alam misalnya ketinggian, kilat atau air,
c. Tipe fobia terhadap darah, suntikan, atau luka,
d. Tipe situasional contohnya berada dalam pesawat terbang, lift, atau
tempat tertutup, e.
Tipe lainnya misalnya ketakutan terhadap kostum karekter tertentu pada anak-anak.
2. Fobia Sosial
Kaplap, Sadock, Grebb 1994; Davison Neale 2001 Merupakan ketakutan yang tidak rasional dan menetap biasanya berhubungan dengan
kehadiran orang lain, individu menghindari dimana ia mungkin dievaluasi atau dikritik, yang membuatnya merasa terhina atau dipermalukan, dan menunjukan
tanda-tanda kecemasan atau menampilkan perilaku yang memalukan. Prevelensinya kelazimannya di Amerika terjadi kepada 2-3 orang per 100
penduduk, dan pada umumnya juga perempuan. Disebutkan bahwa pada tipe fobia sosial yang umum ketakutan terjadi pada sebagian besar situasi sosial, sehingga
tipe ini sulit dibedakan dengan gangguan kepribadian menghindar avoidant personality disorder Hadjam, 2011.
Berikut ini rincian ciri fisik dan kognitif fobia sosial: 1
Fisik a.
Gemetar pada tangan dan kaki, seperti tremor ketika kecemasan meningkat yang juga disertai gemetar pada saat berbicara
b. Berkeringat terutama pada tangan
c. Rasa cemas secara berlebihan yang ditandai dengan adanya serangan
panik d.
Meningkat ketegangan pada otot, ditandai mudah pegal e.
Ingin buang air kecil dalam waktu singkat f.
Sering sakit kepala g.
Mudah merasa lelah h.
Rasa sesak di dada i.
Pusing 2
Kognitif a.
Rasa takut terhadap penilaian orang lain, takut dikritik.
Universitas Sumatera Utara
b. Selalu berpikir negatif, beranggapan bahwa orang lain menilai buruk
tentang dirinya. c.
Kesulitan menemukan ide-ide baru dan cenderung tidak mampu berpikir secara jernih terhadap permasalahan yang dihadapinya.
d. Mengisolasi diri
e. Merasa dirinya lemah, bodoh dan selalu merasa khawatir.
f. Merasa dirinya selalu dilihat oleh orang lain.
g. Rasa takut untuk melihat atau bertemu orang asing.
h. Merasa dirinya tidak mampu berkompetisi dan berperilaku
sebagaimana orang lainnya. i.
Menghindari kerumunan atau kumpulan orang ramaikeramaian tertentu saja.
j. Ketakutan untuk tampil di depan orang lain atau publik.
2.2.8 Hipnoterapi
Hipnoterapi adalah terapi yang menggunakan hipnosis sebagai sarana untuk menjangkau pikiran bawah sadar seseorang. Hipnosis dapat diartikan
sebagai sebuah kondisi rileks, fokus, atau konsentrasi. Selain itu hipnosis juga dapat diartikan sebagai komunikasi verbal atau nonverbal yang bersifat persuasif
dan sugestif sehingga adanya keterbukaan wawasan internal yang menimbulkan respon. Seperti halnya defenisi komunikasi, defenisi mengenai hipnosis juga
merupakan suatu hal yang kompleks. Hal ini dikarenakan oleh banyaknya defenisi yang diberikan oleh para ahli sesuai bidang keilmuan yang dimilikinya. Pada
dasarnya, semua hipnosis adalah self hypnosis dan peran penghipnosis hanyalah sebagai pembimbing untuk menuju kondisi hipnosis lebih dalam, yaitu gelombang
otak yang rendah Wong dan Hakim, 2009. Self hypnosis adalah proses penyampaian pesan kepada diri sendiri kedalam pikiran bawah sadar untuk
mengarahkan perilakunya di masa mendatang Kahija, 2007. Pikiran bawah sadar merupakan pikiran yang menerima informasi yang
telah dianalisis dan diterima oleh pikiran sadar secara serta-merta. Pikiran bawah sadar tidak memikirkan alasan-alasan apa yang mendasari informasi tersebut,
tidak menganalisis, dan hanya menerima informasi secara otomatis. Bagian ini berfungsi menyimpan memori jangka panjang, emosi, kebiasaan, intuisi,
Universitas Sumatera Utara
kreativitas, dan kepribadian. Pikiran bawah sadar manusia memegang peranan lebih besar dibanding dengan pikiran sadar. Pikiran sadar hanya berpengaruh
sekitar kurang lebih 12, sementara pengaruh pikiran bawah sadar memegang kendali hidup manusia sekitar 88. Pikiran sadar berfungsi berdasarkan akal
sehat dan logika. Melalui pikiran ini, manusia berpikir secara sadar dan secara logis untuk menetapkan sesuatu atau memutuskan pilihan tertentu Wong, 2009.
Pikiran sadar mempunyai empat fungsi spesifik, yaitu: 1.
Mengidentifikasi informasi yang masuk Informasi diterima melalui pancaindra yaitu pengelihatan, pendengaran,
penciuman, pengecapan, sentuhan, atau perasaan. 2.
Membandingkan Informasi yang masuk dibandingkan dengan database referensi,
pengalaman, dan segala informasi yang berada di pikiran bawah sadar. 3.
Menganalisis 4.
Memutuskan Memutuskan apakah infomasi yang diperoleh dapat diterima atau tidak
sebagai sebuah kebenaran Pikiran bawah sadar mempunyai fungsi atau menyimpan hal-hal berikut:
1. Kebiasaan baik, buruk dan refleks
a. Kebiasaan baik bersifat positif dan produktif
b. Kebiasaan buruk bersifat negative dan destruktif, seperti merokok,
makan secara berlebihan dan lain-lain. c.
Kebiasaan refleks antara lain dapat dilihat pada aktivitas seperti secara otomatis menutup pintu setelah membukanya, menutup mulut saat
batuk dan bersin. 2.
Emosi Bagaimana perasaan kita mengenai suatu keadaan, hal-hal tertentu, dan
terhadap orang lain. 3.
Memori jangka panjang a.
Memori jangka panjang adalah tempat penyimpanan informasi yang bersifat permanen.
Universitas Sumatera Utara
b. Ada memori yang tidak dapat diingat dalam kondisi, sadar tetapi dapat
dimunculkan kembali dengan bantuan hipnosis. 4.
Kepribadian Kepribadian adalah karakteristik individual kita berhubungan dengan
orang lain dan dengan lingkungan yang kita jumpai sehari-hari. 5.
Intuisi a.
Intuisi adalah perasaan mengetahui sesuatu secara instingtif b.
Berhubungan dengan spiritual dan atau metafisik 6.
Kreativitas Kreativitas adalah kemampuan kita untuk mewujudkan visi, pikiran, dan
impian menjadi kenyataan. 7.
Persepsi Persepsi adalah bagaimana kita melihat dunia menurut kacamata kita.
8. Belief dan value
Belief atau kepercayaan adalah segala sesuatu yang kita yakini sebagai hal yang benar. Sedangkan value atau nilai adalah segala sesuatu yang kita
pandang sebagai hal penting. Kedua hal ini sama seperti program di komputer. Jika programnya canggih, sehat, dan tidak terinfeksi virus,
kinerja komputerpun akan bagus. Demikian pula dengan belief dan value Gunawan, 2009: 17-19
Agar dapat melakukan terapi dengan benar, efektif, dan efesien, terapis perlu memahami setiap area dan fungsinya. Berikut modeling pikiran yang
diberikan oleh Adi W.Gunawan guna memudahkan dalam memahami bagian- bagian pikiran dan cara kerjanya.
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Gunawan, 2009. 1.
Conscious area Bagian ini menyimpan dan mengingat informasi dari setiap
kejadian dan perasaan kita dalam kurun waktu satu hingga satu setengah jam terakhir.
2. Critical area
Sebagian dari critical area berada di wilayah pikiran sadar dan sebagian lagi di wilayah bawah sadar.critical area hanya mrnyimpan
informasi yang masuk kepikiran dalam waktu dua puluh empat jam terakhir. Setiap sugesti yang bersifat merugikan atau membahayakan bagi
klien dan bertentangan dengan cara berpikir sistem kepercayaannya akan langsung ditolak. Penolakan ini sangat jelas bahkan saat klien berada
dalam kondisi trance. Critical area sebenarnya berfungsi sebagai antisuggestive barrier
untuk melindungi pikiran bawah sadar dari pengaruh luar. Ada tiga jenis antisuggestive barrier, yaitu yang bersifat logis, emosional dan etis.
Dalam kondisi normal, perubahan sangat sulit dilakukan kerena harus melewati ketiga filter ini. Sebaliknya, dalam kondisi trance atau hipnosis
ketiga barrier ini berada dalam kondisi off sehingga kondisi yang diberikan akan langsung masuk dan diterima oleh pikiran bawah sadar
tanpa penolakan. Conscious Area
Critical Area
Modern Memory Area
Primitive Area Pikiran Sadar
10
Pikiran Bawah Sadar 90
Universitas Sumatera Utara
3. Modern memory area
Bagian ini menyimpan semua informasi, mulai dari saat terjadinya pembuahan, awal mula kehamilan, hingga masa sekarang. Saat melakukan
terapi, untuk mencari akar masalah dari suatu trauma, terapis sering kali menggunakan teknik age regression dan membawa klien mundur ke masa
lalunya. Bila perlu, klien dibawa ke saat ia masih berada dalam kandungan ibunya. Informasi yang didapat saat melakukan regresi ini berasal dari
modern memory area. 4.
Primitive area Memori ini terletak di pikiran bawah sadar dan berisi semua
memori primitif yang bersifat pasif, termasuk informasi yang bersifat genetik, hasil pengembangan dari proses pemelajaran dan pengkondisian.
Area ini hanya aktif bila mendapat stimulus yang spesifik. Sugesti yang bisa mempengaruhi area ini akan menghasilkan reaksi yang cepat tanpa
dipikir lebih dulu. Dalam kondisi normal, informasi masuk kepikiran sadar dan
kemudian diteruskan ke critical area di pikiran sadar. Disini semua unit informasi ditampung dan disimpan untuk sementara waktu, menunggu
waktu yang tepat untuk di-download ke pikiran bawah sadar, yaitu saat kita tidur.
Critical area di pikiran bawah sadar berkembang sejalan dengan proses pendidikan dan pengkondisian yang dialami seseorang dalam
proses tumbuh-kembangnya. Bagian ini berfungsi untuk mengevaluasi secara kritis semua informasi yang diterima pikiran sadar.
Critical area di pikiran bawah sadar berfungsi untuk memeriksa apakah sebuah informasi mengancam atau membahayakan diri kita.
Segesti yang membahayakan diri kita akan ditolak oleh critical area ini. Dengan hipnosis, proses masuk informasi ke pikiran bawah sadar
berlangsung dengan sangat cepat dan efektif. Informasi bisa langsung mem-by pass pikiran sadar, masuk ke critical area pikiran bawah sadar.
Critical area pikiran bawah sadar mungkin menolak informasi ini dalam bentuk abreaction. Namun, bila setelah abreaction kita mengulangi
Universitas Sumatera Utara
sugesti yang sama, sugesti ini akhirnya akan masuk ke modern memory area. Begitu sugesti diterima oleh modern memory area, sugesti ini
kembali ke critical area, kemudian ke pikiran sadar untuk diterima dan ditindak lanjuti. Efek ini dikenal dengan nama post hypnotic suggestion.
Gunawan, 2009:26-31 Ada beberapa tahapan hipnosis dalam praktik hipnoterapi yaitu sebagai
berikut: 1.
Pra induksi Pra induksi adalah Pembentukan suatu konteks atau kondisi yang akan
mendukung dan menghasilkan kerjasama dari seseorang dalam proses induksi. Dengan kata lain pra induksi merupakan suatu proses
mempersiapkan suatu situasi dan kondisi yang bersifat kondusif antara penghipnosis dan klien.
2. Induksi
Merupakan teknik untuk membawa subjek berada dalam kondisi hipnosis. Atau Induksi adalah cara yang digunakan oleh hipnotis orang
yang menghipnosis untuk membimbing klien mengalami trance hypnosis. Trance hypnosis adalah suatu kondisi kesadaran dimana bagian kritis
pikiran sadar tidak aktif, sehingga klien sangat reseptif dapat menerima terhadap sugesti yang diberikan oleh hipnotis.
3. Deepening
Merupakan suatu teknik yang bertujuan membawa “subjek” memasuki kondisi hipnosis yang lebih dalam lagi dengan memberikan suatu sentuhan
imajinasi. Dikatakan subjek karena kegiatan hipnosis sebenarnya adalah proses penyampaian pesan kepada diri sendiri.
4. Depthtrance level test
Digunakan sebagai indikator kedalam trance seseorang untuk mnemastikan kedalaman hasil kegiatan deepening yang telah dilakukan.
5. Sugesti
Anjuran atau saran yang dikemukan untuk dapat diterima oleh subjek setelah dicapai kedalaman hipnosis yang telah dibentuk.
6. Sugesti sesudah hipnosis Post Hypnosis Suggestion
Universitas Sumatera Utara
Segesti sesudah hipnosis adalah sugesti yang diberikan selama subjek berada dalam kondisi trance, sehingga sugesti yang telah diberikan dapat
digunakan serta mempengaruhi perilaku subjek setelah ia bangun dari kondisi trance.
7. Terminasi
Tahap pengakhiran untuk mengembalikan subjek pada kondisi semula. Dengan kata lain ialah membangunkan subjek dari kondisi trance Wong
dan Hakim, 2009, Kahija, 2007. Majid, “nd. Yang menjadi kesamaaan dari beberapa tahapan hipnosis tersebut adalah
adanya penggunaan komunikasi baik verbal maupun non verbal sebagai sarana penyampaian pesanide, atau kita kenal dengan sugesti hipnosis.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Model Teoretik
Sumber: Peneliti, 2012.
Stimulus
Sugesti hipnosis
Organisme
Berpikir
Respon
Sensasi +
Perhatian Persepsi
Pemahaman
Memori
Penerimaan
Merekam Menyimpan
Memanggil
Feed -back
Perubaha -an
Perilaku
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka
langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian McMillan Schumacher, 2003.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian dengan metode deskriptif merupakan
penelitian yang menggambarkan situasi, proses atau gejala-gejala tertentu yang diamati. Penelitian yang menggunakan metode kualitatif bertujuan untuk
menggambarkan, meringkas berbagai kondisi dan situasi serta fenomena realita sosial yang ada di masyarakat yang menjadi penelitian dan berupaya menarik realita itu
kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, model, tanda atau gambaran tentang kondisi, dan fenomena tertentu Bungin 2006: 68
3.2 Objek Penelitian
Objek penelitian merujuk pada masalah yang sedang diteliti. Objek penelitian ini adalah komunikasi intrapersonal hipnoterapi dan perilaku fobia pada klien di
Klinik Tranzcare Jakarta Selatan.
3.3 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini merujuk pada responden ataupun informan yang akan dimintai informasi berkenaan dengan penelitian yang dilakukan. Subjek penelitian
dalam penelitian ini, sebagai informan adalah hipnoterapis di klinik Tranzcare Jakarta Selatan. Kemudian peneliti juga memakai informan tambahan yaitu klien yang
menjalani sesi hipnoterapi untuk mengubah perilaku fobianya di klinik Tranzcare Jakarta untuk mendukung validitas informasi yang diberikan oleh hipnoterapis.
Universitas Sumatera Utara