Hasil Pengamatan dan Wawancara

peneliti peroleh dalam peneilitian ini. Untuk menentukan keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi data, teknik ini memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan dan sebagai pembanding terhadap data tersebut. Dalam hal ini peneliti menggunakan informan tambahan untuk membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan informasi yang telah peneliti peroleh. Berikut adalah profile informan tambahan penelitian. Nama : Rithdores Novita Haloho TTL : Padang Sidempuan, 06 Nov 1987 Agama : Kristen Protestan Status : Belum Menikah Alamat : Jl. Gatot Subroto No. 40 Kuningan Barat, Mampang perapatan. Pendidikan : D3 Bina Sarana Informatika BSI Pekerjaan : Karyawan Swasta staff finance Hobi : Membaca dan menyanyi Fobia : - Fobia Sosial Berbicara di depan Publik - Tempat Gelap - Binatang spt cacing, kecoa, cicak, kadal.

4.4 Hasil Pengamatan dan Wawancara

Peneliti melakukan wawancara kepada 4 orang hipnoterpis sebagai informan dan juga 1 orang klien sebagai informan tambahan. Berikut hasil wawancara dengan masing-masing informan: Informan Tambahan Nama : Rithdores Novita Haloho Tanggal wawancara : 26 Febuari 2013 Pukul : 12.40 dan 14.10 Tempat : Ruang tunggu dan Ruang klinik Tranzcare Wawancara dengan mba Vita dilakukan secara 2 tahap. Tahap pertama sesaat sebelum menjalani sesi hipnoterapi dan yang kedua segera setelah ia selesai menjalani sesi hipnoterapi. Wawancara berlangsung pada hari selasa tanggal 26 Universitas Sumatera Utara Febuari 2013. Tahap pertama berlangsung pada pukul 12.40 di ruang tunggu klinik tranzcare dan tahap kedua pukul 14.10 di ruang klinik tranzcare. Pertama kali bertemu dengan mba Vita, peneliti langsung memperkenalkan diri sebagai mahasiswa Universitas Sumatera Utara USU yang sedang melakukan penelitian di klinik tranzcare untuk mengerjakan skripsi. Kemudian mba Vita memperkenalkan bahwa dirinya juga berasal dari Sumatera Utara dan merupakan orang suku batak Simalungun. Seperti layaknya orang batak yang baru pertama kali bertemu peneliti dan mba Vita saling bertanya menganai marga kami masing-masing. Mengetahui bahwa kami memiliki kesamaan, secara tidak kami sadari percakapan kami mulai menjadi lebih santai dan nyaman. Setelah berbicara sedikit mengenai diri kami masing-masing, peneliti kemudian menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang hendak peneliti lakukan. Tidak lupa peneliti meminta kesediaan mba Vita untuk diwawancarai sebagai informan penelitian ini. Menanggapi hal itu mba Vita menyampaikan kesediaannya dengan tersenyum dan berkata semoga hal ini bisa membantu peneliti dalam menyelesaikan tugasnya. Akhirnya setelah mendapatkan izin dari mba Vita, peneliti segera memulai wawancara secara informal di ruang tunggu klinik tranzcare. Sebelum wawancara dimulai peneliti meminta mba Vita untuk mengisi data diri klien yang peneliti buat. Sambil mba Vita mengisi data tersebut peneliti mulai melakukan wawancara. Mba Vita mulai merasa sangat terganggu dengan fobianya setelah memasuki dunia kerjanya di salah satu perusahaan swasta sebagai staff finance. Hampir setiap hari ia harus pulang malam dikarenakan pekerjaannya tersebut. Yang menjadi masalah baginya adalah ketika ia harus pulang melewati gang rumahnya yang gelap. Setiap lewat tempat tersebut ia merasakan ketakutan dan merasa seperti ada orang disekitarnya yang mengikuti dia. Menurutnya, ia seperti diikuti oleh orang berbadan tinggi besar seperti preman. Ketika merasa ketakutan ia menjadi panik dan jantungnya berdegup kencang. Ia juga menyampaikan, ketika berada di tempat yang gelap sering kali ia merasa ada mata yang memperhatikannya dari tempat gelap tersebut. Universitas Sumatera Utara Hal serupa tidak hanya terjadi ketika ia melewati gang rumahnya saja, ketika sedang mati lampu pun ia menjadi ketakutan. Ketika mati lampu, ia menjadi panik lalu sesegera mungkin mencari cara keluar dari tempat yang gelap itu dengan berlari. Saat diwawancarai sebelum menjalani sesi hipnoterapi, ia memberitahu peneliti bahwa fobianya terhadap gelap sudah dimilikinya sejak lama yaitu saat ia masih duduk di bangku SD kelas 5. “kalo sendiri di dalam suatu ruangan, jadi dia kayak pikirannya ada aja orang di sekelilingnya, kayak ada orang yang ngikutin. Berasa ada orang yang ngikutin. Jadi pas mati lampu sendiri di rumah, pas saya lagi di dapur nih. Pasti dalam hati itungan 1,2,3 langsung lari sampai ke depan. Jadi gak berani sendirian. Jantungnya tuh jadi degup kenceng. Bermasalah, karena kayak misalnya kalo pulang malem dari kantor. Itu saya bisa, pernah sampe nginep di rumah temen karena gak mau lewat gang mau ke depan rumah. Halusinasi sering. Memori khususnya ya pernah di gangguin orang. Warna hitam, setan, mata, gelap. Ada orang ingikutin, depan, belakang. Tinggi besar, kayak preman gitu. Kalo gak salah SD yah di kelas 5.” Selain fobia gelap, fobia yang sangat menggangu mba Vita dalam pekerjaannya adalah fobia berbicara di depan umum fobia sosial. Sering sekali sulit bagi kita untuk membedakan antara orang yang memiliki fobia sosial dengan orang yang tidak memiliki kepercayaan diri di depan umum, karena hal tersebut memang sulit jika kita belum mengamati dengan baik dan memahami apa yang sebenarnya dialami dan menjadi keyakinan belief orang tersebut. Mba Vita digolongkan sebagai orang yang memiliki fobia sosial karena ia takut berbicara tidak hanya saat berbicara di depan publik saja tetapi juga ketika ia berada dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil seperti rapat kantor, diskusi bahkan dengan keluarga. Jadi sebenarnya takut berbicara di depan umum mba Vita bukan karena kurangnya rasa percaya diri yang dimilikinya. Ia sendiri memiliki kecenderungan tidak bisa mengeluarkan pendapat dan seperti menghindar saat sedang berbicara dengan teman-teman Universitas Sumatera Utara kerjanya. Bahkan terkadang ia pun sering kali merasa canggung dan sulit saat berbicara dengan keluarga dan teman-temannya. Sering kali ketika ia harus berbicara di depan publik atau berbicara dengan orang lain, ia menjadi cemas sehingga membuat suara dan bibirnya ikut bergetar. hal ini juga sering terjadi walaupun sebelumnya ia sudah menyiapkan materi dan hal-hal apa saja yang harus dibicarakan ketika rapat. Ketika itu, ia merasa semua hal yang telah dipersiapkannya tiba-tiba seperti hilang sehingga ia menjadi gugup dan tidak tahu harus berbicara apa, jika sudah demikian ketika ia berbicara maka suaranya akan terdengar jelas bergetar. Menurutnya ketika ia berbicara di depan umum, ia melihat setiap orang memandang dirinya dengan mata yang tajam dan berwajah bingung. Dalam persepsinya hal tersebut menandakan bahwa dirinya telah salah dalam berbicara sehingga membuat mentalnya menjadi down jatuh yang kemudian membuat suaranya bergetar ketika berbicara. Fobia sosialnya ini sudah ada sejak ia masih duduk di bangku SD. Menurutnya fobia sosialnya terjadi karena saat SD ia pernah melakukan kesalahan saat berbicara di depan umum. Selain itu waktu SMP ia juga pernah di kritik oleh orang lain. “salah satunya sih itu yah, kayak inikan bu Janet sering, aku kan dikantor jadi back office terus gitu yah. Jadi bu Janet sering, mau nggak jadi istilahnya kalo orang sekarang jadi marketing-nya gitu. Jadi maju kedepan ketemu bos-bos terus negosiasi kalo nego gitu kan. saya bilang nah itu masalahnya. Kalo berbicara di depan umum, kalo orang perhatikan, kalo denger, suara saya tuh bisa dia denger gemetaran gitu. Kalo ketemu banyak orang itu, gak bisa. Formal, non formal kalo orang banyak pasti. Di keluarga juga. Mata, tajam. Mimik mukanya. Kalo misalnya omongan saya lagi… apa, tidak sesuai dengan yang dia inikan. Liat mukanya. Mungkin out off topic gitu yah omongan saya. Jadi misalnya langsung kayak bingung, heran gitu. Down donk, berasa kalo yang kita lakuin itu pasti salah.” Universitas Sumatera Utara Fobianya terhadap binatang seperti cacing, cicak, dan sebagainya tidak terlalu mengganggunya kerena ia sendiri tidak memiliki aktivitaspekerjaan yang harus membuatnya berhubungan dengan binatang-binatang itu. Ia mengatakan walau fobianya sudah begitu menggangu kehidupannya sampai saat itu ia belum pernah melakukan pengobatan di tempat lain. Alasannya menjalani hipnoterapi adalah karena ia sudah merasa terganggu dengan fobianya dan mengetahui bahwa hipnoterapi dapat menyelesaikan masalah fobianya. Sedangkan motivasi yang membuatnya ingin lepas dari masalah fobianya adalah agar bisa lebih berhasil dan sukses dalam pekerjaannya sehingga bisa mendapatkan posisi pekerjaan yang lebih baik lagi. Terhadap fobianya keluarga mba Vita sering memberi mba Vita motivasi, namun demikian keluarganya menilai bahwa perilaku fobianya tidak wajar. Sedangkan orang lain berpendapat bahwa ia terlalu terbawa sugestinya. Pernah ia di marahi oleh keluarganya ketika ia ketakutan dan panik saat mati lampu. Menurut mereka mba Vita adalah orang yang sudah dewasa dan tidak seharusnya ketakutan. Di lain sisi ada juga orang yang tertawa ketika melihatnya ketakutan seperti itu. “kayak yang dibilang ini sebenarnya itu sugesti kamu. Jadi semuanya sih emang bilang tergantung dari pikiran kamu sendiri. Kalo mereka sih banyak motivasi. Motivasinya banyak. kalo motivasi pasti selalu dikasih.” Ia datang ke klinik hipnoterapi atas kemauannya sendiri karena menyadari bahwa fobianya sudah menggangu kehidupannya. Ia sadar fobianya tidak wajar dan tidak seharusnya ia memiliki fobia tersebut. Namun demikian walaupun secara sadar fobianya tidak wajar, ia tetap tidak mampu mengontrol perilaku fobianya ketika sudah menghadapi situasistimulus fobianya. Menurutnya, ia tidak mampu mengontrol dirinya karena ia sudah lebih duluan mensugesti dirinya untuk takut dan sebagainya sehingga pikirannya banyak dipenuhi sugesti negatif. Ia sendiri merasa bisa sembuh karena ia memahami bahwa kesembuhannya tergantung dari pikirannya. Walaupun ia menyadari bahwa kesembuhannya tergantung dari pikirannya sendiri namun tetap saja pada saat itu ia tidak bisa lepas dari fobianya, menurutnya hal ini Universitas Sumatera Utara terjadi karena semakin ia berusaha kuat untuk mengontrol dirinya malah semakin kuat lagi pikiran negatifnya. Klien merasa kurang percaya diri karena merasa memiliki kekurangan dari orang lain. Bahkan ia merasa kurang maksimal dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Walapun demikian ia tidak merasa putus asa untuk bisa menghilangkan fobianya tersebut. Ia berharap setelah fobianya menghilang ia tidak perlu lagi takut berbicara di depan umum dan juga tidak takut lagi dengan gelap sehingga bisa tetap berada di dalam ruangan walau sendirian. “gak wajar, aku bilang diri aku terlalu, apa sih namanya, melankolis, kekanak-kanakan gitu. Pokoknya inilah, gak seharusnya ada itu gitu, sifat itu gak seharusnya aku ngalamin. Kebanyakan sih terjadi begitu aja. Kalo dibilang mau mengontrol, mungkin karena dari awal sugestinya udah, ‘saya ini penakut’ gitu yah jadi kontrolnya itu masih kurang lah. Lebih banyak tersugesti yang negatifnya. Udah duluan yang negatifnya masuk. Pengen sembuh dan pasti yakin sembuh, tergantung gimana pikirannya saya gitu. Jadi sepertinya kalo semakin berusaha buat mengontrol, malah semakin kuat lagi dia yang negatifnya. Di bawah ini malah, di bawah garis. Kurang percaya diri. Masih tetep punya harapan bisa ngilangin.” Setelah sesi terapi ia merasa dirinya lebih baik dari kondisi sebelumnya. Saat diterapi ia merasa sejuk, ingatannya kembali secara nyata dan jelas sehingga benar- benar merasakan dirinya merasakan kembali kondisi dan suasananya itu. Ia merasa setelah di terapi tidak lagi merasakan ketakutan terhadap fobianya, ia menjadi lebih berani dan menganggapi situasi fobianya biasa saja. Hal ini dibuktikan saat mba Vita berani ditinggal sendirian berada diruang terapi yang lampunya sengaja dimatikan. Ia juga merasa bahwa dirinya sanggup dan berani berbicara di depan umum. Setelah sesi hipnoterapi ia jadi bisa mengingat kembali saat pertama kali fobia klien muncul. Menariknya setelah diterapi, mba Vita mampu menjawab pertanyaan peneliti sebelumnya lebih mendetail mengenai kapan fobianya muncul. Setelah terapi detail waktu dan kejadian fobianya dapat ia ingat kembali. Menurutnya fobia Universitas Sumatera Utara gelapnya muncul pada umur 10-11 tahun kerena mendengar keluarganya bertengkar pada saat ia dengan adiknya sedang berada di dalam kamar tidur dengan kondisi lampu yang mati. Fobia binatang umur 13 tahun karena menginjak cacing yang tekstur tubuhnya licin. Fobia sosial umur 12 tahun saat mulai presentasi tugas sekolah. “Itu yang pas malam tahun baru. Malam tahun baru kan ada masalah gitu, sayakan di kamar saya sama ade-ade. Biasanyakan tidur matiin lampu yah. yah memang mati lampu lah kalo di sana, terus mereka ada cekcok gitu di depan. Jadi saya ini di dalam tuh, jadi serem sendiri. Jadi kadang kalo lagi di tempat gelap tuh jadi inget situasi saat itu, pokoknya yang kekerasan-kekerasan saat itu pasti jadi dateng semua.” Setelah tiga hari untuk memastikan kembali keadaan mba Vita peneliti menanyakan keadaannya kepada dirinya dan mba Janet, atasan di kantornya. Ia bercerita bahwa dirinya sudah bisa mulai memberikan pendapat waktu meeting, tidak lagi takut dan was-was saat melewati gang di depan rumahnya dan juga jam tidurnya menjadi lebih cepat. “di tempat kerja hari ini aku dah bisa ngomong sedikit kasih pendapat pas meeting. Kalo untuk tidur malam, jamnya sudah mundur gak terlalu malam lagi. Untuk gelap, gak merasa takut atau was-was lagi. sepertinya dah agak tenang” Sedangkan mba Janet mengatakan bahwa mba Vita sudah mulai ada kemajuan dengan mau bergabung dan menyampaikan pendapat kepada teman-teman kantornya saat sedang berdiskusi. Menurut mba Janet sebelumnya mba Vita kurang mau bergabung, jika bergabungpun ia tidak banyak berbicara. Perkembangan ini mba Janet nilai sangat baik bagi diri mba Vita. Informan I Nama : Sydney Panjiagung Universitas Sumatera Utara Tanggal wawancara : 5 maret 2013 Pukul : 13.30 Tempat : Ruang terapi klinik Tranzcare Sebelum wawancara peneliti menjelaskan kembali kepada beliau mengenai judul penelitian, tujuan penelitian, dasar teori dan asumsi-asumsi yang dimiliki oleh peneliti menganai hipnosis sebagai komunikasi intapersonal. Asumsi hipnosis sebagai komunikasi intrapersonal peneliti didasarkan pada sebuah teori yang mengatakan bahwa seluruh hipnosis sebenarnya adalah self hypnosis. Setelah itu peneliti memperlihatkan model teoritis yang sudah peneliti buat untuk lebih menjelaskan arah tujuan penelitian dan wawancara yang akan dilakukan. Saat dijelaskan mengenai model teoritis beliau sedikit bingung karena model teoritis itu merupakan penggabungan dari beberapa teori yang peneliti satukan sebagai kerangka berpikir peneliti. Namun setelah penjelasan lebih lanjut akhirnya beliau memahami dan meminta peneliti untuk lebih mengarahkan proses wawancara kepada tujuan penelitian yang hendak peneliti capai agar arah wawancara tidak keluar dari yang seharusnya. Sebuah proses hipnoterapi merupakan komunikasi intrapersonal karena didasarkan pada konsep bahwa seluruh hipnosis adalah self hypnosis. mengenai hal tersebut beliau menjelaskan bahwa semua proses penyembuhan yang berlangsung selama proses terapi itu datangnya dari diri sendiri. Oleh sebab itu sebuah proses hipnoterapi tidak akan berjalan jika klien tidak mengizinkan dirinya untuk memasuki kondisi hipnosis tersebut. Beliau juga menjelaskan bahwa posisi hipnoterapis dalam proses hipnoterapi ialah sebagai pemandu untuk mengantarkan klien memasuki kondisi yang reseptif terhadap sugesti. Secara langsung beliau menekankan bahwa pada konteks hipnosis sebagai komunikasi intrapersonal, sebuah proses hipnoterapi tidak akan terjadi jika tidak ada proses kerjasama dari klien. Dengan demikian berarti semua pesan yang disampaikan kepada klien sudah terlebih dahulu di proses secara internal sebelum ditindaklanjuti atau diteruskan kedalam diri klien tersebut. “semua proses penyembuhan itu datangnya dari dirinya sendiri. Proses hipnosis atau hipnoterapi sendiri tidak akan berjalan kalau dia sendiri Universitas Sumatera Utara tidak mengizinkan dirinya untuk memasuki kondisi tersebut. Makanya kenapa disebut hipnoterapi itu sebenarnya proses self hypnosis yang di pandu oleh si terapis. Istilahnya kita mengantarkan dia ke suatu kondisi yang reseptif kondisi yang suggestible sehingga dia bisa masuk ke situ. Sebenarnya self hypnosisnya itu lebih ke bahwa dia lebih mengantarkan dirinya sendiri. Nah proses penyembuhan itu sendiri ya yang megang peranan penting juga tetap si terapis si sebenarnya, walaupun prosesnya disebut sebagai self hypnosis. Peranan penting terapis adalah supaya bisa masuk kondisi hypnos yang paling utama. Pada konteks tertentu hipnosis bisa dikatakan sebagai komunikasi intrapersonal selama hal itu digunakan untuk menekankan bahwa proses ini tidak akan bekerja jika tidak ada proses kerjasama dari si klien. Semua yang kita sampaikan ke dia itu selalu di proses dulu baru setelah itu dilanjutkanditeruskan gak mungkinlah tiba-tiba kita setttt, langsung orang begitu aja. Engga, Jadi kalaupun orang mengikuti sugesti kita itu pasti sudah melalui sebuah proses dan dia akan melakukannya sendiri. Jadi kalau saya bilang ‘silakan rilekskan tubuh anda’, sebenarnya dia sudah diproses di dalam tubuh dia di dalam pikiran dia. Tubuh saya rileks yah. Jadi seakan-akan dia mengulang ucapanperintah itu dia masukan. Kalau tiba-tiba saya mengucapkan sugesti atau induksi yang tidak sesuai dengan dia itu dia bisa nolak” Lebih jauh lagi dalam hipnosis, dikenal adanya komunikasi antara pikiran sadar dengan bawah sadar melalui simbol-simbol tertentu seperti simtom gejala dan somatic tanda fisik yang dikirimkan pikiran bawah sadar ke pikiran sadar maupun sebaliknya. Dengan demikian dapat dikatakan hipnoterapi dalam komunikasi intrapersonal tidak hanya sebatas pada self talk. “jadi gini, bawah sadar ini kadang-kadang begini sifatnya. Bawah sadar itu, dia kalau semakin ditekan gitu ya. Karena ada keinginana kita untuk menekan secara sadar maupun tidak sadar, dia bisa menyampaikan pesan melalui cara lain melalui meyakiti, bukan menyakiti maksudnya psikosomatis itukan bentuk perlawanan bawah sadar kan terhadap sesuatu yang ditekan. Misalkan orang stress, sering kejadian orang stress itu atau orang trauma itu dimanifestasikan dalam bentuk gangguan- gangguan fisik. Somatic signal therapy itu malah intrapersonal bangetkan itu bahkan kita sebenarnya gak perlu teralu banyak memberikan sugesti, suruh dia yang berdialog sendiri dengan dirinya” Untuk mengetahui proses komunikasi intrapesonal hipnoterapi beliau menjelaskan mengenai teori Ivan Pavlov. Teori Ivan Pavlov menjelaskan tentang seekor anjing yang sengaja dibiarkan kelaparan. pada tahap pertama, bila diberi Universitas Sumatera Utara makanan, anjing tersebut mengeluarkan air liur. Pada tahap kedua, anjing dibunyikan sebuah bel namun ia tidak merespon atau mengeluarkan air liur. Tahap ketiga, anjing diberikan makanan setelah dibunyikan bel sehingga anjing akan mengeluarkan air liur akibat pemberian makanan. Tahap keempat, setelah tahap ketiga dilakukan berulang- ulang kemudian anjing dibunyikan bel tanpa diberikan makanan maka anjing tersebut tetap mengeluarkan air liur. Menurut beliau hal ini menjelasakan proses bekerjanya fobia dalam diri seseorang melalui sebuah anchor. Orang yang memiliki fobia sudah memiliki sebuah anchor serupa yang telah diperolehnya melalui sebuah proses pengolahan informasi. Anchor ini adalah anchor negatif yang tidak sengaja terpasang di dalam diri seseorang. Anchor tersebut kemudian menjadi sebuah program yang tersimpan di bawah sadarmemori orang tersebut. Sehingga jika ada stimulus maka akan ada respon yang di sertai dengan intensitas emosional tertentu sesuai dengan program yang sudah ada. Proses komunikasi intrapersonal hipnoterapi untuk mengubah perilaku fobia meliputi pengubahan segala sesuatu yang berlebihan di bagian proses pengolahan informasi yang meliputi sensasi, persepsi, memori dan berpikir. Menurut beliau dengan mengubah segala sesuatu yang berlebihan di tingkat seperti sensasi penangkapan stimuli atau persepsi pemaknaan sensasi maka perilaku fobia seseorang dapat juga berubah. “sensasi yang berlebihan, gak taulah bahasanya apa? ketakutan yang berlebihan, sensasi yang berlebihan, sesuatu yang berlebihan. Akhirnya symbol itu muncul jadi kalau bicara itu mungkin saya lebih cocok dengan teorinya Ivan Pavlov ya. pernah denger yah Pavlov. Condition refleks. Itukan salah satu dasar yang di ambil NLP juga dalam teknik anchoring. Jadi teori Ivan Pavlov itukan ada condition refleks refleks yang terkondisi dia melakukan percobaan terhadap anjing. Nah fobia bicara itu fobia pasti terkait dengan teori itu sebenarnya. sebenarnya fobia itukan anchor juga. Jadi begitu intensitas emosionalnya dapet terasosiasi dengan suatu benda itu, maka muncullah setiap kali benda itu muncul maka intensitas secara emosi yang sama muncul. Bawah sadar itu sifatnya salah satu adalah programmable dibandingin pikiran sadar. Pikiran sadar itu kan analitik ya, ada orang nih kita mikir dulu. Kalau bawah sadar enggak, begitu liatkan dia, begitu kita liat satu sensasi atau Universitas Sumatera Utara kita liat satu stimulus gitu ya. pasti ada satu bagian dari diri kita mencari program sepersekian detik itu mencari program kalo nggak ada program ya langsung yang bekerja pikiran sadar.tapi begitu kita liat settt. Ini kita, tarulah kita punya program. Punya fobia kucing ya, Begitu kita liat kucing itu bahkan pikiran sadar belum sempet berpikir apa-apa kita langsung bereaksi.” Beliau berpendapat stigma masyarakat Indonesia terhadap hipnosishipnotis sudah mulai membaik, karena tidak lagi banyak dikaitan dengan unsur mistik, kuasa gelap, supranatural dan kejahatan. Hanya saja pemahaman yang benar menganai hipnosis masih dinilai kurang pada masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan kurangnya edukasi yang benar kepada masyarakat. Informasi mengenai hipnosis dinilai masih kurang karena pandangan masyarakat hanya sebatas pada penerimaan informasi melalui media massa seperti televisi yang justru tidak memberikan edukasi yang tepat mengenai hipnosis itu sendiri. “Stigmanya masih banyak yang negatif karena sebenarnya yaaa masalah edukasi aja, edukasi dan juga peran media yang membesar-besarkan kasus-kasus yang sebenarnya murni penipuan biasa jadi nuansa hipnosis gitu. Cuma kalo yang terjadi, sekarang rata-rata sudah terimalah, yang belum justru kalangan belum terdidik karena mereka kan gak dapat informasi, informasi hanya dari televisi. Televisikan seringnya itu menyesatkan dari pada memudahkan.” Melalui Pak Sydney, Peneliti juga mendapat gambaran mengenai klien yang datang ke klinik Tranzcare untuk mengubah perilaku fobianya. Beliau mengatakan bahwa klien yang memiliki fobia yang pernah disembuhkannya rata-rata berusia diatas 20 tahun. Mereka pun rata-rata bisa digolongkan sebagai orang yang memiliki pendidikan yang baik. Selain berpendidikan mereka juga orang-orang yang mampu, yang bisa dikatakan tingkat kesejahteraan hidupnya baik karena memang biaya hipnoterpi yang dibutuhkan di klinik Tranzcare tidak murah. Klien yang memiliki perilaku fobia itu sendiri berasal dari berbagai daerah seperti jakarta, semarang, surabaya dan lainnya. Beliau sendiri selama menangani klien yang memiliki perilaku fobia mengetahui bahwa klien-kliennya rata-rata sudah menjalani pengobatan di tempat lain seperti psikolog ataupun dokter. Menurut beliau pengobatan melalui Universitas Sumatera Utara metode hipnoterpi sendiri belum mudah diterima oleh masyarakat, sehingga perlu waktu bagi mereka untuk meyakinkan diri datang ke hipnoterapi. “kalau permintaan dari segala usia yah, kalau saya sendiri terimanya usia remaja lah. Di atas 17 tahun lah, yang lain juga rata-rata begitu karena kita nggak begitu di dorong untuk menangani anak-anak. Minimal remaja lah. Kalau saya rata-rata usia diatas 20 lah. jadi udah usia-usia kerja, Berpendidikan rata-rata. Mampu, rata-rata mampu. Karena kan gak murah juga yah, terus aksesnya kita kan gak sembarangan. Kita gak ngiklan-ngiklan yah jadi benar-benar biasanya orang yang ngerti internet yang bisa cari-cari terus yang mampu akhirnya datang. Ada dari luar kota, jakartalah tapi yang luar kota juga lumayan sih, tapi rata-rata Jakarta. Jawa rata-rata, semarang, Surabaya. Biasanya pernah, yang kedokter pernah, yang ke psikolog pernah yang murni juga pernah, yang belum pernah kemana-mana. Kalau saya rata-rata udah semua, biasanya orang lari ke hipnoterapi kalau sudah mentok. Istilahnya mungkin dia kalau merasa udah gak bisa disembuhin gak bisa diapa, udah lari ke hipnoterapi. Pilihan terakhir mungkin ya. Karena gak mudah juga bagi mereka menerima begitu saja gitu loh. Istilahnya perlu meyakinkan diri untuk datang ke hipnoterapi.” Beliau juga menambahkan bahwa biasanya alasan klien datang menjalani metode hipnoterapi adalah karena ingin sembuh dari fobianya dan yang memotivasi klien adalah keinginan mereka untuk bisa menjalani aktivitasnya tanpa terganggu dengan fobianya. Beliau sendiri mengatakan bahwa mereka yang menjalani hipnoterapi harus datang dengan keinginannya sendiri tanpa paksaan, sehingga jika ada klien yang datang dengan dipaksa oleh orang lain beliau menolak untuk melakukan proses terapi. Beliau menolak karena menurutnya motivasi yang klien miliki sangat dibutuhkan untuk membantunya memasuki kondisi hipnosa yang berguna untuk mencapai tujuan terapinnya. “Alasanya pengin sembuh. iya donk. terganggu rata-rata. Artinya begini fobia mereka atau gangguan apapun itu ya mengganggu aktivitas mereka sehari-hari. Ya terganggu donk jelas, ya kan. Gak ada, kalau disuruh saya gak mau. Harus dari dia bener-bener. Menurut saya karena intensi ya, jadi masuk kedalam kondisi hipnos itu kan gak gampang ya. Tapi begitu ada maksud, ada tujuan yang ingin dia capai itu memudahkan. Jadi membantu orang memasuki kondisi hipnos ada perlunya sama gak perlunya itu beda sekali.” Universitas Sumatera Utara Klien yang datang ke klinik menurut beliau sudah memiliki pandangan yang baik mengenai praktik hipnoterpi hanya saja mereka belum memiliki pemahaman yang benar dan tepat mengenai hipnosis. “belum, belum terlalu tau tentang itu. Rata-rata mereka belum tau tapi kadang-kadang mereka merasa tau begitu. Jadi ya tau bahwa itu bisa menyembuhkan. Tapi rata-rata gak tau program atau prosedurnya seperti apa. Ya, pandangan yang baik ya tetapi bukan berarti dia mengerti.” Kalau mengenai penilaian orang lain terhadap orang yang memiliki perilaku fobia, beliau menyampaikan bahwa mereka sering kali menganggap orang tersebut aneh dan lucu sehingga seringkali mereka menjahili orang-orang yang memiliki fobia. Namun mereka bersikap jahil hanya terhadap jenis fobia tertentu saja, yang tidak membahayakan orang tersebut. “kalau orang lain, ya aneh. Kadang-kadang sering di maenin. Maksudnya mungkin karena aneh dan lucu kali gitu yah atau apa. Ya tergantung jenis fobianya juga sih. Mengenai konsep diri, beliau menyampaikan bahwa klien sadar sepenuhnya akan perilakunya yang tidak wajar, bahkan ia merasa bahwa dirinya seharusnya tidak berperilaku demikian. Kesadaran klien akan perilaku fobianya yang tidak wajar, membuat klien ingin sembuh dengan harapan dapat menjalani aktivitas sehari-harinya secara normal. Mereka yang sadar fobianya cukup parah akan datang ke klinik Tranzcare untuk menyembuhkan fobianya. Dikatakan fobia tersebut cukup parah karena fobianya di rasa sudah sangat menggangu kehidupan mereka sehingga menghambat mereka untuk bisa menjalani aktivitasnya dengan baik. “ada yang parah banget, ada yang bisa dibilang gak terlalu parah. Sekarang begini ada seseorang fobia bintik-bintik gitu yah, setiap kali hujan dia harus berhenti terus gitu-gituin. Kan bukanya parah tuh. Lagi naik mobil, dia gelisah sendiri terus merasa harus membersihakan kaca mobil itu loh pake tangan.” Dalam menangani perilaku fobia, ada berbagai teknik hipnoterapi yang dapat digunakan. Dalam penerapannya penggabungan teknik sering dilakukan untuk mendapatkan hasil yang benar-benar diinginkan. Universitas Sumatera Utara “Desentisization, fast fobia cure itu NLP. Sebenarnya prisnipnya samalah cuma bermain mental movie juga, dirubah-rubah gitu. Dia mindset modality. Somatic signal juga bisa.” Informan II Nama : Juli Sugianto Tanggal wawancara : 7 maret 2013 Pukul : 12.45 Tempat : Ruang terapi klinik Tranzcare Peneliti mulai wawancara dengan membahas mengenai pemahaman bahwa seluruh hipnoterapi dikatakan sebagai self hipnosis. Mengenai hal ini beliau menjelaskan berdasarkan pengertian dari hipnosis itu sendiri yang merupakan komunikasi untuk menembus filter dari pikiran sadar ke bawah sadar. Terbuka atau tertutupnya filter tersebut ditentukan oleh individu itu sendiri sehingga apapun yang di usahakan hipnoterapis, jika klien tidak mengizinkan untuk membuka filter tersebut maka tidak akan bisa berhasil terbuka. “hipnosis sendiri artinyakan sebuah komunikasi yang menembus filter dari pikiran sadar ke bawah sadar. Dan menariknya filter itu yang mengendalikan ya orang itu sendiri, jika orang itu mengizinkan filter itu terbuka secara sadar atau tidak sadar maka itu akan terbuka. Tetapi jika seseorang itu sudah menutup filternya usaha apapun yang dilakukan hipnotis tidak akan berhasil.” Penjelasan tambahan beliau mengenai proses hipnosis adalah bahwa jika kita menerima semua informasi dari seseorang dengan baik saja itu bisa dikatakan sebagai proses hipnosis dan proses komunikasi intrapersonal terjadi ketika seseorang berusaha memahami dan memproses pesan yang disampaikan oleh orang lain kedalam dirinya. “logikanya begini, kalau misalkan anda mendengarkan seseorang berbicara, seperti itu bagus sekali berbicaranya dan anda menerima semua informasi itu, itu sudah hypnosis.” Universitas Sumatera Utara Pak Juli juga menjelaskan bahwa komunikasi bawah sadar menyampaikan pesan dengan symbol-simbol atau simtom dan ada banyak cara komunikasi antara pikiran sadar ke pikiran bawah sadar dan sebaliknya dari pikiran bawah sadar ke pikiran sadar. Biasanya komunikasi dari bawah sadar ini bersifat spontan dan tidak disadari. “yes. Ada somatic, ada insight, ada banyak sih. ada macem-macem, ada gejala fisik, tampil di fisik. Ada yang sifatnya self talk juga. Ada yang… ada beberapa lah ada banyak. Tapi yang, pokoknya yang biasanya munculnya spontan yang gak disadari itu, biasanya itu dari bawah sadar.” Melalui asumsinya terhadap kajian pengalaman-pengalaman pribadinya dalam menangani kasus fobia, beliau menjelasakan perilaku fobia seseorang bisa tercipta karena individu tersebut memaknai sebuah peristiwa yang ada secara berlebihan atau memaknai peristiwa tersebut secara salah. Pemaknaan terhadap peristiwa yang berlebihan atau yang salah ini kemudian menghasilkan sebuah perilaku yang menjadi program yang akan dijalankan secara otomatis. “pengalaman pribadi, setelah menangani beberapa klien saya akan mengasumsikan seperti ini. Misalkan seseorang belum memiliki fobia dan satu saat mengalami peristiwa trauma, peristiwa itu di maknai berlebihan atau dimaknai secara salah. Kemudian menyebabkan dia menjadi sebuah perilaku. Nah ketika perilaku itu sudah jadi, itu yang kita sebut fobia. Jadi ketika ada stimulus program perilakunya akan berjalan automatic.” Selain itu beliau juga menjelaskan mengenai apa yang terjadi berkaitan dengan proses pengolahan informasi seseorang saat menjalani proses hipnoterapi. Peneliti mendapatkan pemahaman bahwa hasil dari proses pengolahan informasi inilah yang menghasilkan peta dunia internal seseorang untuk merespon sebuah stimulus melalui persepsi yang dimilikinya. Dengan demikian untuk mengubah persepsi peta internal yang dimiliki seseorang, ia sendiri perlu mengubah dunia internalnya. “Ada banyak cara sih, tetapi yang gambar besarnya adalah mengubah dunia internal dia. Persepsi tersebut di adjust diatur untuk, agar, karena Universitas Sumatera Utara persepsi itu yang menghasilkan sebuah behavior kan, menghasilkan sebuah program yang sudah ada. Saya ingin merubah program ini berarti harus dari akarnya orang itu, persepsi peta internal, dunia internal dia dirubah.” Ketika wawancara sampai pada pembahasan mengenai stigma hipnosishipnotis di masyarakat indonesia, beliau menyampaikan bahwa stigma buruk mengenai hipnosis sudah mulai bergeser ke arah yang lebih baik walaupun belum 100. Menurutnya stigma itu mulai bergeser ketika sudah dibukanya kelas-kelas hipnosis secara umum. “kalau dulu mungkin masih dianggap buruk yah, tapi sekarang- sekarang ini sudah mulai bisa terima. Liat aja alumni IBH sendiri sudah dari sabang sampai marauke dan mereka sudah banyak treiner juga dan notabene nya sudah banyak juga dalam memberikan kontribusi dalam mengajarkan hipnosis. Lebih baik baik dari pada sebelumnya, ketika stigma itu masih menggunakan jin atau pengendalian pikiran, segala macam. persepsi tersebut sudah mulai bergeser walaupun belum 100 ya. Semenjak kelas-kelas hipnosis sudah dibuka secara umum. Kontribusinya sangat besar.” Klien yang memiliki perilaku fobia yang pernah ditangani oleh Pak Juli di klinik Tranzcare rata-rata berusia 20 tahunan, berpendidikan, dan tergolong mampu tingkat kesejahteraan hidupnya dapat digolongkan menengah keatas. Klien yang ditangani itu sendiri berasal dari berbagai daerah tidak hanya dari jakarta tetapi juga ada yang berasal dari luar jakarta seperti, kalimantan, medan, jawa timur dan daerah lainnya. Untuk klien yang memiliki perilaku fobia sendiri sangat jarang yang sudah menjalani metode pengobatan lain sebelumnya. Banyak dari mereka langsung mencoba metode hipnoterapi untuk menyelesaikan masalah perilaku fobianya. “middle age, sekitar 20an deh. Rata-rata berpendidikan. Ya mampu, middle up. Selain jakarta, ada yang dari kalimantan, dari medan, ada jawa timur. Ada beberapa, kalau untuk masalah fobia sedikit yah, kecuali kalo fobia sudah akut. Perbandingannya paling 1 banding 5. Pengobatan maksudnya psikiatri atau psikolog yah. Revisi deh 1 banding 10.” Universitas Sumatera Utara Beliau menyampaikan alasan klien menjalani metode hipnoterapi karena mereka ingin menyelesaikan masalah fobianya secara cepat. Motivasinya yang membuat mereka mau menghilangkan perilaku fobianya adalah agar mereka terlepas dari hal yang mengganggu kehidupannya sehingga mereka bisa menjalani rutinitas mereka sehari-hari dengan baik. Menambahkan mengenai hal tersebut beliau menyampaikan bahwa klien yang datang atas kemauannya sendiri biasanya memiliki motivasi yang kuat untuk bisa sembuh. Namun bila klien datang atas kemauan orang lain belum tentu motivasinya untuk sembuh itu kuat. Jika klien yang datang bukan atas kemauannya itu setelah dipersuasi dan diberikan value seberapa penting fobianya diselesaikan pun masih belum menerimanya, maka hipnoterapis menolak untuk memberikan sesi hipnoterapi kepada klien. Menurut beliau motivasi ini merupakan hal yang sangat penting untuk keberhasilan terapi dan kesembuhan klien. Biasanya klien yang datang kesini untuk menjalani hipnoterapi memang atas kemauan mereka sendiri. “satu, informasi yang mereka terima sudah banyak gitu tentang hipnotis, menyembuhkan fobia dengan cepat. Tujuannya kan itu. Banyakan orang dari informasi yang mereka miliki sih. Intinya itu. Jadi kalo mereka gak punya informasi ini, mereka gak bisa tiba dateng ke sini. jadi mereka sudah punya informasi kalo hipnosis itu bisa menyembuhkan fobia dengan cepat. Yang mereka cari kan mau cepat, mau cepat. Motivasinya yah karena itu mengganggu kehidupannya, mengganggu pekerjaan, menggangu rutinitas dia kan. Kalau mereka datang sendiri ke sini, iya. Tapi kalo mereka datang dipaksa, belum tentu. Pertama akan di persuasi dulu dan saya akan membawa value seberapa penting dia harus sembuh dari fobia ini. Jika dia merasa value itu gak di terima yaaa maaf aja. Ya kalo misalnya dia merasa gak punya fobia, tapi orang tuanya merasa dia punya fobia dan dia merasa fobianya itu gak papa begitu aja. Yes untuk kesembuhan. kemauan sendiri”. Menurutnya mereka yang datang ke klinik tranzcare belum memiliki pemahaman yang benar, jika dipersentasekan kira-kira 70 persennya belum benar. Hal ini dikarenakan mereka hanya mengetahui hipnosis melalui tayangan televisi. Televisi itu sendiri ternyata masih menyampaikan informasi yang tergolong setengah- setengah karena informasi yang disampaikan tergantung dan disesuaikan dengan Universitas Sumatera Utara keinginan market-nya. Walau belum memiliki pemahaman yang benar mengenai hipnosis, setiap klien yang datang ke klinik tranzcare untuk menjalani hipnoterapi sudah memiliki pandangan yang baik terhadap praktik hipnoterapi itu sendiri. “emmm rata-rata bisa saya bilang 70 belum benar 30 sudah benar. Tv, melihat orang lain praktis stage hipnosis. kalo menyumbang untuk penyebaran tentang hipnosis, ya. Tapi kalo informasi itu fifty-fifty lah. Kalo menurut saya pribadi si fifty-fifty. Masih ada beberapa media kan itu tergantung pada market, jadi harus di sesuaikan dengan keinginan market. Berarti klien yang sudah di terapi ya, baik.” Menyangkut konsep diri klien, beliau mengatakan bahwa biasanya klien sadar bahwa dirinya sering beraksi tidak normal terhadap stimulus fobianya jika dibanding dengan orang lain di sekitarnya. Kebanyakan dari mereka yang datang untuk menjalani hipnoterapi meyakini atau setidaknya mereka merasa bisa sembuh dari fobianya, namun demikian ada juga orang yang merasa dirinya tidak bisa sembuh. Mereka menyadari akan reaksi mereka yang berupa ketakutan yang berlebihan sehingga mereka berharap dengan hilangnya fobia mereka, mereka bisa melakukan aktivitasnya dengan wajar. Ketika seseorang memiliki fobia biasanya mereka selalu dinilai oleh orang lain. Ada beberapa dari orang tersebut yang merasa simpatik dengan menunjukan sikap yang baik menolong, membantu, menasehati, dsb dan ada juga yang tidak simpatik dengan bersikap cuek atau melecehkan. “sering merasa bereaksi tidak normal aja di banding yang lain. Sebuah ketakutan berlebih lah. Ya berlebihan donk kalo gak dia gak bakal mau delete. Mungkin 1 per 20 ya, dia merasa tidak bisa sembuh. Ya bisa melakukan aktivitasnya dengan wajar lah. ya orang lain ada beberapa yang simpatik, ada beberapa nggak. Ya itu, ada yang simpatik, ada yang melecehkan, ada yang cuek-cuek aja. Mereka yang ingin menyembuhkan fobianya biasanya tergolong dalam tingkatan yang cukup parah sampai ke yang tergolong parah. Dapat dikatakan cukup parah ketika fobia itu sudah menggangu kehidupannya. “Dari medium – parah. Kalo misalnya ginilah itu sudah mengganggu sekali” Universitas Sumatera Utara Dalam menyelesaikan fobia itu sendiri, ada berbagai macam teknik yang dapat digunakan untuk mengubah perilaku fobia klien. Teknik yang digunakan sangat bergantung kasus yang dimiliki klien. “Theater method desentisization, anchoring, kalo lebih tepatnya colappsing anchoring, remap submodality, reframing, SST. Apa lagi? hahaa... ya sisanya sudah lupa.” Informan III Nama : Yan Nurindra Tanggal wawancara : 8 maret 2013 Pukul : 15.10 Tempat : Ruang terapi klinik Tranzcare Dalam wawancara beliau menjelaskan bahwa sebenarnya seluruh hipnosis dikatakan sebagai self hypnosis karena secara langsung maupun tidak langsung kontrolnya berada di subjek, sehingga ketika subjek benar-benar tidak mautidak berniat untuk membuka filter pikiran bawah sadarnya maka filter itu sendiri tidak akan bisa dibuka oleh hipnoterapis. Menurutnya setiap orang memiliki keterampilan yang berbeda-beda untuk bisa memasuki kondisi trans dan hipnoterapis itu sendiri hanya sebagai fasilitator untuk memandu klien. Hipnoterapis tidak hanya membantu klien memasuki kondisi trans tetapi juga mengenali kondisi trans itu sendiri. “ya, prinsipnya kan anu yah. Eee sebetulnya secara langsung dan gak langsung kontrolnya kan di subjeknya, kontrolnya. Kalo subjek gak mau buka. Jadi konteksnya ya, kalo subjek tidak membuka atau berniat tidak membuka, tidak akan bisa terbuka. Persoalan bahwa subjek secara nggak sengaja membuka, itu soal laen. Tapi kalo subjek bener-bener tidak mau mebuka dia nggak akan bisa membuka si filter itu sehingga disebut sebagai self hipnosis. hipnoterapisnya sebagai fasilitator ya. Fasilitator macem- macem ya. Orang dasarnya kan membuka filter berarti masuk kondisi trans ya. Setiap orang itu bisa masuk kondisi trans, tetapi keterampilan mereka berbeda. Ada yang berbeda, ada yang saya alami cepat sekali, ada yang mesti berproses dan sebagainya. Hipnoterapis adalah seorang yang bertugas untuk memandu klien untuk mengenali kondisi trans yah. Jadi bukan hanya memandu klien memasuki trans tapi memandu klien untuk mengenali kondisi trans atau dalam bahasa yang gampang membuat klien dapat belajar memasuki kondisi trans sehingga di sini masuk aspek Universitas Sumatera Utara linguistik, pengertian, filosofi dasarnya dan sebagainya. Kadang-kadang orang gak bisa masuk trans bukan karena gak bisa, karena takut misalkan yah. Dengan edukasi maka ia menjadi lebih mudah atau mejadi kepalang mudah. Dengan bahasa yang berbeda misalkan yah, sesuaikan, akan membuat klien bisa memahami maksudnya hingga bisa mengalami kondisi trans. ” Ketika peneliti membahas mengenai apakah tepat jika hipnosis dikatakan sebagai komunikasi intrapersonal. Pak Yan menegaskan bahwa dalam kajian self hypnosis, hipnosis betul dapat dikatakan sebagai komunikasi intrapersonal. Tetapi jika memandang dari kerangka seorang terapis membuat seseorang bisa melakukan self hypnosis, maka hal itu di katakan sebagai komunikasi interpersonal. Namun demikian beliau memastikan ketika suatu sugesti di sampaikan, itu harus melalui tahapan pribadi orang itu sendiri untuk memprosesnya. Beliau sendiri menyampaikan bahwa komunikasi itu sendiri ada bermacam-macam, ada yang verbal, self talk bahkan ada yang dalam bentuk neuro syaraf. Jadi dalam hipnosis, komunikasi intrapersonal itu sendiri melibatkan keseluruhan dari macam-macam komunikasi tersebut. “iya, dalam kerangka self hypnosis. Betul, iya. Dalam kerangka self hypnosis. Tapi dalam kerangka seorang terapis bisa membuat seseorang bisa melakukan self hipnosis bukan intra, inter ya. Iya, ya itu pasti. Sebetulnya komunikasi kan ada macem-macem ya, ada yang benar-benar verbal terucap, ada yang self talk, ada yang juga berupa komunikasi dalam bentuk neuro ya. Jadi eee atau bisa berupa pengiriman massages, apa namanya, berupa gambaran-gambaran yang notabene nya bukan verbal kan, orang bisa memasuki ke bawah sadar yah. Jadi gampangnya sih sebetulnya bawah sadar itu kan lebih imajinatif sebetulnya yah, tentu bahasa-bahasa atau komunikasinya itu yang bersifat imajinatif atau membawa seseorang menuju ke kondisi imajinatif. Dalam komunikasi alam bawah sadar, beliau mengatakan bahwa alam bawah sadar mempunyai cara sendiri dalam berkomunikasi yaitu melalui simbol-simbol berupa gejala fisik somatic, melalui gambaran-gambaran visual seperti mimpi dan sebagainya. Komunikasi seperti ini sendiri beliau tegaskan sebagai komunikasi intrapersonal yang terjadi didalam diri sendiri. Universitas Sumatera Utara “komunikasi apa nih? Jadi kan sebetulnya kan bawah sadar punya kemampuan untuk membentuk. Alam bawah sadar itu gak bisa ngomong sebetulnya, ia berkomunikasi dalam bentuk simbol bisa berupa somatic, bisa berupa kalo mimpi itu sebuah gambaran-gambaran visual dan sebagainya. Ya dia merupakan ekspresi dari kasus tersebut yah. Dalam hal ini dalam simbol fisik somatic dan boleh disebut komunikasi. Iya pasti.” Beliau mengatakan agaknya cukup sulit jika dilakukan chunk down pencarian detail dari potongan informasi untuk mencari tahu apa yang terjadi dalam proses pengolahan informasi intrapersonal, ketika fobia terbentuk dan ketika fobia diselesaikan. Untuk mempermudah pemahaman peneliti, beliau menjelasakan melalui kajian neuro linguistic programming NLP dengan analogi mengenai pikiran yang seperti komputer dan bagaimana fobia seperti sebuah film yang diberikan efek-efek tertentu sehingga manjadi sangat dramatis. Efek-efek yang berlebihan inilah yang dikatakan sebagai fobia, sehingga apabila efek-efek berlebihan tersebut dikurangi maka peristiwa fobia tersebut akan dimaknai sesuai dengan yang seharusnya. “kalo kita mau lakukan chunk down detail yah, sebetulnya agak sulit yah. NLP dengan hipnosis memang agak, apa namanya… NLP emang agak berbeda yah. Tapi bisa dipakai untuk menjelaskan. Jadi kalo di hipnosis kan berbicara bawah sadar, bawah sadarkan itu luas banget yah, ada value, belief, ada apa yah. Nah NLP memandang bahwa cara program masuknya adalah strukturnya gitu, seperti bahasa mesin di komputer. Kalo struktur itu di rubah maka cita rasanya menjadi berubah. Jadi kayak misalkan kita bikin film yah. Pertama kali bikin film ditambah sound suaranya, ada efek segala macem, itu filmnya dramtis jadinya. Gak, beda dengan aslinya yah jadi dramtis ya. Nah pada konsep perbaikan fobia dengan salah satu metode merubah submodality-nya, itu dihapus efeknya sehingga yang tersisah adalah betul-betul film aslinya. Nah efek inilah yang menjadi fobia tadi. Nah kalo disuruh pake NLP yang dirusak adalah efeknya atau submodality-nya. Jadi kalo ada istilah, sebuah peristiwa tadi maknanya seperti ini, sekarang maknanya berbeda, disebut bahwa strukturnya menjadi berbeda dalam ingatan bawah sadar. Konsepnya sama, strukturnya berbeda. Jadi kalo misalkan apa yang dirubah? Macem-macem yah, itu hanya pendekatan-pendekatan saja. Menyangkut pandangan masyarakat indonesia mengenai stigma buruk yang hipnotis, beliau menyampaikan secara umum pandangan tersebut dari dulu sampai Universitas Sumatera Utara saat ini masih sama. Walaupun saat ini sudah ada pandangan yang berubah. Perubahan itu sendiri masih dikatakan belum baik. Kalau dulu pandangan yang melekat pada hipnosis adalah mengenai adanya kuasa gelap atau hal-hal mistik, maka saat ini pandangan hipnosis malah bergeser kepada adanya kekuatan untuk mengendalikan pikiran orang dan juga membongkar rahasia-rahasia seseorang untuk keperluan penyidikan forensik. Pandangan saat ini dapat terjadi karena adanya edukasi dari media massa seperti televisi yang menayangkan stage hypnosis. Padahal stage hypnosis itu sendiri hanya salah satu dari berbagai cabang hipnosis yaitu hipnosis untuk hiburan. Bahkan sampai saat ini masih ada juga daerah-daerah seperti sumatera bagian selatan yang tidak menerima hipnosis dengan memberikan fatwa haram pada praktik-praktik yang berkaitan dengan hipnosis. Berbeda dengan wilayah jakarta yang bisa dikatakan masalah edukasinya lebih baik. Pandangan hipnosis sendiri mulai membaik ketika banyak orang dari berbagai latar belakang professi seperti dokter, psikolog dan lainnya mulai mau belajar mengenai hipnoterapi. “secara umum masih sama yah. berubah, bukan berubah menjadi bagus yah karena kan diedukasi oleh televisi yah, stage hypnotism yah. Jadi mereka kalo dulu berbicara tentang mistik yah, sekarang mistiknya belum selesai sudah bergeser menjadi hopnosis itu… alat untuk mengupayakan orang dan sebagainya. Ya mengendalikan pikiran, kemudian bisa melakukan forensic atau seperti segampang itu, padahal kan gak seperti itu. Jadi eee malah bergeser ke arah yang berbeda lagi. Tapi dibanyak tempat yah masih ada unsur-unsur mistik itu dianggap tetap ada. Ya sudah lebih baik, walaupun masih salah juga. Kalo di daerah itu, ada yang lebih parah malah. Ada yang diberi fatwa haram oleh orang-orang di situ, pokoknya sekitar sumatera-sumatera bagian selatan itu. Jelas kalau secara apa… secara edukasi yah kota jakarta lebih bagus tentunya. Yah ketika ini, banyak professi yang mau mulai belajar hipnoterapi, mulai psikolog, dokter, gitukan mereka kan agent of change kan.” Klien fobia yang ditangani oleh Pak Yan sendiri rata-rata berumur 40 tahun ke atas. Klien yang datang ke klinik tranzcare dibagi-bagi dan ditangani sesuai spesialisasi masing-masing. Beliau sendiri spesialisasinya adalah di bidang stress management. Walaupun demikian terkadang ada juga klien yang memiliki masalah lain selain stress management yang minta ditangani oleh beliau. Tingkat pendidikan Universitas Sumatera Utara klien yang ditangani oleh Pak Yan bisa dikatakan sangat baik karena mereka minimal rata-rata seorang sarjana. Tingkat kesejahteraan hidup mereka pun adalah orang- orang yang berada di kalangan menengah ke atas. Klien fobia itu sendiri berasal dari berbagai daerah seperti surabaya, medan, banjarmasin, bandung, jakarta dan sebagainya. Mereka pada umumnya belum pernah menjalani pengobatan karena menurut beliau, fobia itu sendiri bukan masalah yang bisa diobati oleh pengobatan umum biasa layaknya penyakit stress, sakit fisik, atau psikosomatis. Sehingga begitu klien mengetahui bahwa hipnoterapi bisa menyembuhkan fobia mereka baru mencoba menyembuhkannya. “kalo ke saya itu rata-rata umur 40 ke atas, kalo saya, karena kan kita kan kita bagi-bagi kan. Sesuai sama spesialisasi juga. Di bidang stress management, bidang stress management. Secara spesifikasi ke arah strees management, walaupun ya terkadang ya ada nyasar klien-klien yang macem-macem. Di awal justru seluruhnya gitu, sekarang yah strees management. Sangat baik, mininal rata-rata sarjana semua. Klien saya minimal sarjana semua. Di menengah, menengah ke atas. Ada yang dari luar kota, gak banyak tapi yah. Yah yang pernah saya tangani dari Surabaya, Medan, kemudian dari Banjarmasin, Bandung, jakarta. Beberapa sudah pernah ke psikolog. Yang belum, karena untuk umumkan, menyembuhin fobia pake apaan kan gak negertikan. Kalo penyakit stress, sakit, masih kadang-kadang ke dokter. Fobia bukan psikosomatis kan. gak berupa sakit kan sehingga mereka menganggap yah itu seperti habit biasa aja gitu. Justru mereka begitu ngerti dihipnosis fobia bisa dihilangkan baru mereka mencoba. Sebelumnya mereka gak berpikiran buat menyembuhkan itu.” Mengenai alasan dan motivasi klien datang menjalani hipnoterapi adalah karena klien mulai mengalami kesulitan dengan fobia yang dimilikinya. Ia mulai terganggu sehingga membawanya untuk menjalani terapi. Menurut beliau klien yang datang ke klinik untuk menjalani terapi berdasarkan keinginannya sendiri adalah klien yang sudah pasti memiliki motivasi yang kuat untuk bisa sembuh. Motivasi kuat yang dimiliki klien ini merupakan hal yang dibutuhkan paling utama dalam proses hipnoterapi. Sebab menurut beliau hipnoterapi hanya membakar motivasi itu dengan berbagai macam teknik terapeutik. Beliau juga menyampaikan jika berhubungan dengan konteks fobia, klien yang datang harus memiliki motivasi sendiri untuk bisa Universitas Sumatera Utara sembuh, berbeda dengan konteks lain yang justru menjalani hipnoterapi karena bertujuan ingin mendapatkan dan meningkatkan motivasinya terhadap hal tertentu. “ya mulai kesulitan lah, mulai mengganggu. Kalo ngga mengganggu yah ngga. Menggangu kan. Kalo dia ke ruang terapi pasti dia sudah punya motivasi. Kalo dia datang ke klinik pasti dia punya motivasi. Loh iya, itu sudah menunjukkan, dia datang kemari saja sudah butuh effort. Pasti mengganggu pasti dia punya motivasi. O ya nomer satu itu justru, kan hipnoterapi hanya membakar motivasi itu dengan berbagai macam teknik terapeutik. Ini dalam konteks apa? Fobia? Iya. Kalo dalam konteks laen, konteks motivasi justru banyak yang engga.” Berkaitan tantang pemahaman klien yang datang untuk menjalani hipnoterapi, beliau menyampaikan bahwa hampir semua dari mereka tidak memahami secara benar dan tepat mengenai apa itu hipnosis sebenarnya. Sebab pemahaman yang meraka dapat biasanya didapat melalui acara televisi, walaupun mereka sudah tahu tidak ada hubunganya antara hipnosis dengan kejahatan hipnotis yang banyak diberitakan, tetap saja pemahaman mereka belum benar mengenai hipnosis itu sendiri. Contohnya saja mereka masih memiliki anggapan betapa mudahnya instantnya hipnosis dalam mengubah orang lain. Anggapan ini tidak tepat karena hipnosis sendiri tidak sesimpel itu. Walaupun mereka memiliki pemahaman yang kurang tepat menenai hipnosis, tatapi mereka memiliki pandangan yang cukup baik mengenai praktik hipnoterapi. Memperbaiki pemahaman klien adalah salah satu tugas hipnoterapis sebelum memulai sesi hipnoterapi. Memperbaiki pemahaman ini dilakukan dengan cara memberikan edukasi yang benar kepada klien pada saat konsultasi. “99,99 tidak benar pengetahuannya. Iya hampir semua. Pemahaman dari televisi. Engga, engga, ngga berhubungan dengan itu. Betapa instantnya hipnosis di apa… bisa merubah orang dan sebagainya dianggap sebagai sebuah tradisikan. Kalau pandangan mengenai hipnoterapi mereka baik ya, hanya saja pengetahuan mereka yang salah. Biasanya di edukasi, mereka diberikan pemahaman-pemahaman yang benar tentang hipnosis” Mengenai konsep diri, beliau mengatakan biasanya mereka tidak memiliki pemahaman tentang bagaimana mengatasi fobianya. Kebanyakan mereka tidak Universitas Sumatera Utara mengetahui apa yang harus dilakukan terhadap fobia yang dimilikinya. Mereka hanya sekedar tahu dan menganggap perilakunya tidak normal saja, seperti ada kelainan jika dibandingkan dengan orang lain di sekitar mereka. Mereka yang datang belum tentu percaya diri bisa sembuh dari fobianya, pada awalnya mereka cuma ingin coba-coba seperti kurang percaya diri bahwa melalui hipnoterapi fobianya bisa sembuh. Beliau menyampaikan harapan yang paling banyak ketika mereka bisa sembuh adalah mereka bisa menjalani aktivitas kesehariannya secara normal. “mereka tidak punya ide untuk menjelaskan bagaimana fobia terjadi. Ya tidak punya ide. Maksudnya mereka tidak tau apa yang harus dilakukan terhadap fobianya. Tidak normal aja, kelaianan gitu ya. Kan berbeda dengan orang-orang disekitar mereka. Ya itu, ya mereka kadang datang ke klinik cuma untuk coba-coba. Kurang percaya bisa sembuh yah. Harapan mereka macem-macem yah, kebanyakan ya supaya mereka bisa menjalani aktivitasnya secara normal kembali.” Orang lain pada tahap awal cenderung heran dan menilai lucu perilaku fobia klien. Mereka memandang lucu karena reaksi mereka terlalu berlebihan dalam menanggapi sesuatu fobianya. Namun setelah berkali-kali melihat orang yang memiliki perilaku fobia tersebut biasanya penilaian mereka mulai berubah, mereka menilai aneh orang yang memiliki fobia karena perilaku respon ketakutanya terlalu berlebihan. “pada tahap awal mungkin lucu yah. Heran kok liat itu aja sampai begitu yah. Tapi biasanya kalo tahap berikutnya ya mereka jadi memandang aneh. Melihatnya berlebihan banget.” Mereka yang datang ke klinik tranzcare untuk menghilangkan fobianya biasanya tergolong dalam tingkatan fobia yang parah karena fobianya dinilai sudah menggangu kehidupannya. “moderat sampai parah. Ya parah karena fobianya telah mengganggu kehidupannya. Aktivitas sehari-hari, pekerjaan.” Untuk mengatasi perilaku fobia klien banyak teknik hipnoterapi dan NLP yang dapat digunakan. Melalui NLP sendiri fobia bisa diatasi menggunakan editing Universitas Sumatera Utara submodality karena fobia merupakan sebuah anchor negatif yang secara tidak sengaja terpasang pada diri seseorang. “ada banyak, ya macem, macem. Ada desentisization, ada SST, editing submodality di NLP. Karena fobia itu kan anchor negatif yah. Jadi bisa pakai itu. Yah banyak teknik lainnya.” Informan IV Nama : Dodie Priambodo Dodie Magis Tanggal wawancara : 11 dan 13 maret 2013 Pukul : 13.30 dan 15.23 Tempat : Ruang terapi klinik Tranzcare dan food court plaza semanggi Wawancara dilakukan pada tanggal 11 maret 2013 di ruang terapi klinik Tranzcare pada pukul 15:50 setelah beliau selesai menerapi kliennya. Wawancara dengan Pak Dodie tidak langsung selesai karena beliau ada janji acara pada pukul 5 sore, sehingga wawancara dilanjutkan kembali hari rabu tanggal 13 maret 2013 pukul 15.23 di food court plaza Semanggi. Seperti biasa sebelum wawancara dimulai peneliti menjelaskan mengenai penelitian yang sedang peneliti lakukan di klinik Tranzcare. Peneliti menjelasakan mengenai judul, latar belakang, tujuan penelitian, teori, asumsi dan juga model teoritis peneliti kepada beliau agar beliau lebih mudah memahami tujuan wawancara yang akan peneliti lakukan dengannya. Peneliti memulai wawancara dengan meminta penjelasan kepada Pak Dodie mengenai pernyataan bahwa seluruh hipnosis adalah sebuah hipnosis. mengenai hal ini beliau menjelaskan bahwa benar seluruh hipnosis adalah self hipnosis, sebab seluruh hipnosis pada akhirnya harus di dukung oleh si klien itu sendiri. Dalam artian selama self talk klien tidak berubah maka tidak akan ada perubahan apa pun pada diri klien, sehingga dalam proses hipnosis klien memegang peranan penting. Beliau juga menambahi bahwa hipnoterapis berperan sebagai fasilitator yang membuat orang yakin memasuki kondisi rileks dan fokus. Jadi melalui konsep ini, dalam kondisi normal sesuatu hanya akan masuk ke pikiran bawah sadar melalui pikiran sadarnya Universitas Sumatera Utara yang telah melakukan proses penyaringan terlebih dahulu. Sedangkan ketika diri kita dalam kondisi rileks dan fokus. filter terbuka secara tidak sengaja sehingga segala sesuatu bisa langsung masuk dan terekam di pikiran bawah sadar seseorang tanpa disadari oleh pikiran sadar klien. Barulah setelah menerima nilai-nilai itu dan menjadi bagian bawah sadar, akhirnya mulai disadari oleh pikiran sadar dan di dukung oleh kata-katanya sendiri. Pernyataan Pak Dodie ini secara tidak langsung di dukung oleh Pak Yan dalam wawancara sebelumnya yang membedakan proses hipnosis yang terjadi ketika subjek secara sengaja membuka filternya dengan subjek yang secara tidak sengaja membuka filternya. “ya, karena pada akhirnya nanti didukung oleh si klien atau orang yang bersangkutan. Dalam arti selama self talk si klien tidak berubah, tidak akan ada perubahan apapun pada orang itu. Ooo sangat. sangat memegang peranan penting. Memfasilitasi supaya membuat orang yakin, membuat klien yakin dan memang kalo di dalam hipnoterapi itu kapanpun seseorang sangat rileks dan fokus. Nah sesuatu hanya bis… di dalam kondisi normal sesuatu hanya bisa masuk ke bawah sadar ketika seseorang dalam kondisi, sesuatu bisa masuk ke bawah sadar ketika si orang ini menyetujui. Jadi sesuatu hanya bisa masuk ke bawah sadar melalui pikiran sadarnya. Jadi segala sesuatu selalu akan disaring oleh pikiran sadar terlebih dahulu sebelum dia masuk ke bawah sadar, ini dalam kondisi normal. Nah dalam kondisi hipnosis atau kondisi dimana pikiran bawah sadar terbuka segala sesuatu bisa langsung masuk dan terekam di bawah sadar tanpa di sadari oleh orang yang bersangkutan. Jadi memang walaupun ini intrapersonal atau katakanlah di dalam diri kita, tapi tidak sepenuhnya aktivitas ini disadari dulu oleh pikiran sadar. Di sini yang dikatakan bahwa bentuk komunikasi di dalam diri itu tidak selalu disadari pada mulanya. Tapi akhirnya, itu setelah beberapa kali dia menerima nilai-nilai itu dan menjadi bagian dari bawah sadar. Akhirnya mulai disadari dan didukung oleh kata-katanya.” Ketika membahas menganai apakah tepat jika hipnosis dikatakan sebuah komunikasi intrapersonal. Beliau berpendapat bisa iya, bisa juga tidak. Menurutnya Hal tersebut tergantung dengan konteksnya. Karena dilihat dari satu sisi, konsep bawah sadar yang dapat merekam apa saja ketika berada dalam kondisi fokus dan rileks sehingga apa yang disampaikan oleh orang lain, bisa langsung masuk dan diterima oleh pikiran bawah sadar. Di sisi yang lain dalam hipnoterapi itu sendiri ada peran individu yang sangat tinggi dalam menentukan keberhasilan hipnoterapi, Universitas Sumatera Utara sehingga tanpa adanya izin dari individu perbaikan terhadap hal-hal yang terlanjur tertanam tidak akan bisa dilakukan. “bisa iya bisa ngga, karena konsepnya bahwa sadar ini merekam apapun yang didengar baik dari sendiri ataupun dari orang lain, konsepnya seperti itu. jadi kapan pun seseorang sangat rileks dan fokus, itu sudah masuk ke kondisi hipnosis. nah hipnosis yang dalam bentuk terapi. Itu kondisi hipnosis yang dikondisikan atau disengaja gitu loh. Kondisi itu sendiri natural gitu. Pokoknya kapan pun seseorang rileks dan fokus si bawah sadar ini siap merekam gitu. Jadi kalo di dalam kondisi itu ada suara-suara yang tidak bijaksana ataupun dirinya sendiri mengatakan sesuatu yang tidak bijaksana dalam kondisi misalnya mau tidur terus sambil menggerutu atau apa, itu tanpa sadar akan bisa terekam. Ya begitu, tapi tidak sepenuhnya seperti itu. Nah nanti di dalam memperbesar nilai yang sudah terlanjur tertanam, nah itu ada peran itu sangat tinggi. Ya individu yang mengatakan seperti yang anda katakan, dari orang itu sendiri.” Dalam hipnoterapi kita mengenal adanya komunikasi antara pikiran sadar dengan pikiran bawah sadar dalam mekanisme cara kerja pikiran. Karena komunikasi ini sendiri terjadi di dalam diri inidividu maka bisa dikatakan komunikasi ini sebagai komunikasi intrapersonal. Beliau menjelaskan bahwa pikiran sadar dan bawah sadar berkomunikasi dengan caranya masing-masing. Komunikasi sadar ke bawah sadar terjadi melalui simbol-simbol tertentu dengan maksud tertentu yang dapat mempengaruhi apa yang kita rasakan. Sedangkan bawah sadar menyampaikan pesan melalui gejalasimtom yang membuat pikiran sadar merasakan gejala-gejala fisik tertentu. Gejala fisik seperti pegal-pegal yang timbul saat kita bekerja terlalu larut malam sebenarnya adalah pesan yang disampaikan oleh bawah sadar ke pikiran sadar bawah bahwa kita kurang istirahat. “o itu beda lagi, itu adalah pesan yang disampaikan bawah sadar bahwa kita kurang istirahat. Komunikasi juga. Tapi komunikasinya justru dari bawah sadar ke pikiran sadar. Jadi justru bawah sadar yang mengingatkan kita dengan caranya bahwa kita perlu istirahat. Pesanlah, lebih ke pesan gitu yah. Kalo yang simbol tadi lebih diartikan bahwa kita melihat sesuatu dan mempengaruhi apa yang kita rasakan, kebalik gitu. Dari pikiran sadar ke bawah sadar kan. kita melihat sesuatu pesan lalu akhirnya di tangkap oleh bawah sadar sebagai maksud tertentu. Nah tapi Universitas Sumatera Utara kalo yang tadi pegal-pegal itu justru dari bawah sadar di kirimkan ke pikiran sadar, yang tadinya kita tidak menyadari bahwa diri kita kurang istirahat, disampaikan bahwa anda itu kurang istirahat.” Beliau menyampaikan jika kita melihat proses terjadinya fobia seseorang melalui proses pengolahan informasi, maka akan kita temukan sebenarnya fobia itu adalah sebuah kesimpulan yang keliru dari sebuah persepsi yang sudah melewati proses berpikir. Kesimpulan itu sendiri adalah sebuah hasil berpikir yang dimaknai secara berbeda dan berlebihan. Beliau juga mengatakan sebenarnya orang yang memiliki fobia belum tentu langsung terpengaruh begitu saja di bawah sadarnya. Tapi juga bisa melalui proses berpikir secara sadar yang biasanya terjadi karena adanya pengaruh dari luar dirinya. “kesimpulan intinya kesimpulan, sebenernya gini gak hanya fobia yah. Apapun menjadi masalah karena kesimpulan yang keliru yang disepakati oleh dirinya sendiri. Setelah persepsi donk, setelah persepsi. Jadi setelah ada sensasi, apa tadi? Sensasi, persepsi dan sebagainya akhirnya ada kesimpulan kan, dimaknai. Ya hasil dari berpikir, nah hasil dari berpikir ini kan belom tentu benar juga. Orang juga gak selalu dalam kondisi yang bijaksana. Nah bawah sadar ini intinya apa. Yang akan masuk kebawah sadar adalah yang sesuatu sudah benar-benar, kalo tadi, kalo misalnya secara, ini jika dalam proses berpikir yang normal yah. Kalo dalam proses hipnosis adalah ketika kita dalam kondisi rileks dan fokus entah kita itu menyadari ataupun tidak, itu akan mulai masuk menjadi nilai kita. Tapi dalam proses yang umum, kalo misalnya kita mau membahas dari sisi terpengaruh melalui secara sadar, karena kan kalo orang fobia apa- apakan belum tentu dia terpengaruh secara bawah sadar juga pada mulanya gitu. Mungkin karena cara berpikirnya sendiri atau apa. Nah intinya ada persepsi yang akhirnya menjadi suatu kesimpulan tertentu, hasil dari berpikir tapi tidak tepat misalnya seperti tadi, tapi biasanya ada pengaruh dari luar, misalnya ada rangsangan dari luar. Misalnya si ibu mengatakan ‘hati-hati kecoa’ Seolah-olah mengatakan hati-hati kecoanya seperti mengatakan hati-hati ada ular, gitu. Nah ini akan di artikan berbeda dipikiran orang yang bersangkutan.” Saat beliau ditanyakan mengenai komponen apa yang berubah di proses pengolahan informasi, ketika seseorang disembuhkan melalui metode hipnoterapi. beliau berpendapat bahwa sensasi itu sendiri tidak berubah, yang berubah adalah persepsi orang itu dalam memberikan makna atau nilai terhadap stimulus fobianya. Universitas Sumatera Utara Ketika seseorang sudah memiliki persepsinilai terhadap stimulus fobianya maka seseorang tidak lagi melakukan proses pengolahan informasi. Namun hasil dari proses pengolah informasi itu sendiri sudah tersimpan di dalam bawah sadar dan menjadi sebuah program yang memfasilitasi proses shortcut jalan pintas dalam merespon. Dengan demikian perilaku fobia seseorang yang muncul tidak lagi malalui proses Stimulus – Organisme – Respon S – O – R tetapi menjadi sebuah proses Stimulus – Respon S – R . “sensasi mungkin tidak berubah, tapi yang jelas persepsi dia mengenai itu. Nilai yang dia berikan terhadap binatang ataupun apapun yang membuat dia fobia. Ya sudah di shortcut, shortcut ini keliru gitu loh. Ya jadi data dia. Nah data tadi tidak tepat pada kecoa itu gitu loh. Sudah tidak ada berpikir lagi. iya jika dan maka. Dan ini adalah kesepakatan pada diri sendiri.” Pandangan masyarakat indonesia mengenai hipnosis, beliau sampaikan sudah cukup membaik dari sebelumnya. Menurutnya saat ini televisi sudah mulai mau memberikan edukasi yang benar dengan menjadikan orang yang ahli di bidang tersebut sebagai narasumbernya langsung. Namun memang tidak dipungkiri bahwa belum sepenuhnya masyarakat kita benar-benar mengerti dan paham mengenai apa itu hipnosis. “cukup baik. Beda gitu dengan dulu, hipnosis masih dipandang negatif oleh banyak orang. Nah Sekarang beda kan. Udah banyak juga tayangan televisi yang menjadikan hipnoterapis sebagai narasumbernya. Ya iya masih belum sepenuhnya mereka mengerti dan paham mengenai hipnosis.” Kllien fobia yang datang untuk di tangani oleh Pak Dodie sendiri rata-rata usianya di atas 30 tahun. Walaupun ada yang dibawah 30 tahun namun tidak begitu banyak. Klien yang datang rata-rata berpendidikan tinggi sarjana dan memiliki tingkan kesejahteraan hidup yang relatif bagus kalangan menengah ke atas. Karena biaya dari hipnoterapi itu sendiri yang bisa dikatakan tidak murah, beliau sendiri memasang tarif 4,5 juta Rupiah untuk 6 kali sesi hipnoterapi. Klien beliau berasal dari berbagai daerah, baik dari jakarta maupun dari luar jakarta seperti pulau Universitas Sumatera Utara sumatera maupun kalimantan dan biasanya mereka yang datang untuk menjalani hipnoterapi sudah lebih dahulu menjalani metode pengobatan di tempat lain seperti di psikolog ataupun di psikiater. “dewasa, diatas 30 lah. Ya yang sering walaupun 1-2 ada anak-anak, tapi yang sering justru diatas 30 bahkan diatas 40 ada. Tinggi, justru tinggi. Kuliah, ya sarjana. Relatif bagus lah karena kan untuk terapikan biayanya tidak ringan. Yah menengah keatas bisa dikatakan gitu. Ada dari jakarta, sumatera, kalimantan juga ada. Cuma yang dari luar jakarta gak banyak. Sudah, rata-rata sudah ke psikolog atau pskiater. Karena mereka gak mau Cuma konsultasi aja. Kalo di psikolog kan lebih banyak ke konsultasi, kalo psikater mereka gak mau tergantung dengan obat gitu loh” Menurut beliau, alasan klien menjalani hipnoterapi untuk mengubah perilaku fobianya adalah karena mereka sudah merasa tidak nyaman dengan fobia yang dimilikinya dan motivasi mereka menajalani hipnoterapi adalah agar bisa bebas beraktivitas secara normal. Bagi beliau sendiri motivasi klien itu penting karena menurutnya hipnoterapi adalah sebuah kerjasama, dengan adanya kerjasama dari klien maka klien dapat membantu proses hipnoterapi yang sedang berjalan. Menyangkut motivasi tersebut, klien yang ingin menjalani hipnoterapi harus datang atas kemauannya sendiri dan jika ada yang tidak atas kemauannya sendiri, maka hipnoterapis akan lebih dahulu memberikan edukasi kenapa klien butuh di terapi untuk kemudian diminta kembali kesediaannya menjalani hipnoterapi. “karena sudah merasa tidak nyaman. Ya iya merasa tidak nyaman dong memiliki fobia. Ingin bisa bebas, bisa normal seperti orang lain. Maksudnya begini, mereka yang memiliki fobia sering banget terganggu aktivitasnya dan pekerjaannya gitu. Nah ya karena sudah merasa tidak nyaman mereka akhirnya mau ikut hipnoterapi. karena hipnoterapi adalah kerjasama, sehingga klien dapat membantu proses hipnoterapi yang berjalan. Mereka kebanyakan datang atas kemauan sendiri, ada juga yang ngga. Ya di persuasi, di cari nilainya kenapa harus begini, baru mereka mau.” Kebanyakan klien yang datang untuk menjalani hipnoterapi belum memahami konsep hipnosis dengan benar. Mereka yang sudah paham hipnosis dengan benar adalah orang-orang yang sudah mencari tahu dari berbagai buku dan internet. Universitas Sumatera Utara Walaupun masih banyak klien yang memiliki pemahaman yang kurang tepat mengenai hipnosis, akan tetapi pandangan mereka mengenai praktek hipnosis bisa dikatakan cukup baik karena sudah bisa menerima hipnosis sebagai sesuatu yang tidak berhubungan dengan hal mistiksupranatural. “kebanyakan tidak, kalo untuk pemahaman yang benar belum yah. Tau- tau begitu aja. Ada juga beberapa yang paham. Yah kalo tau yang benar mereka tahu dari buku dan internetnya. Sudah baik, kalo ngga mereka gak mau dateng kan” Setelah itu peneliti bertanya mengenai konsep diri yang dimiliki klien yang pernah beliau tangani berkaitan dengan fobia yang dimilikinya. Beliau menyampaikan bahwa mereka yang memiliki fobia biasanya menyadari bahwa fobianya tidak wajar dan mereka menyadari mereka tidak seharusnya bermasalah dengan stimulus fobianya, mereka yakin bisa lepas dari fobiannya hanya saja ketika diperhadapkan dengan stimulus fobianya klien jadi tidak bisa mengontrol perilakunya. Kebanyakan harapan mereka ketika ditanya oleh hipnoterapis pada saat sesi konslutasi adalah ingin bisa lepas dari masalahnya sehingga bisa menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya. “ketakutannya tidak biasa dan tidak lumrah, yang seharusnya dalam pikirannya tidak masalah dan bisa lepas dari fobianya. Loh iya loh mereka tau tidak wajar, cuma mereka gak bisa mengontrolnya. Bisa bebas dari masalah, bisa jadi pribadi lebih baik, bisa merdeka.” Beliau menyampaikan bahwa penilaian orang berbeda-beda tergantung lingkungannya, ada yang menganggap tidak wajar, bersikap biasa saja, bahkan ada yang bersikap iseng kepada mereka. “biasa saja yah. Ya yah tidak wajar aja ada orang yang ketakutan sampe begitunya dengan sesuatu. Tergantung lingkuangannya, kalo ada orang yang isengan malah bisa digodain. Macem-macem sih” Biasanya klien yang datang menjalani hipnoterapi adalah klien yang memiliki tingkat fobia yang cukup parah hingga benar-benar menggangu kehidupannya. Universitas Sumatera Utara “ya parah, lumayan tinggi atau lupa diri atau ekstrim. Parah menuju ke ekstrimlah.” Ada berbagai teknik yang beliau gunakan dalam metode hipnoterapi, contohnya saja seperti submodality, EFT Emosional Freedom Technique, dan juga part therapy. “submodality dalam kondisi hipnosis atau fast fobia cure, EFT, part therapy, ada banyak” Kesimpulan Klien yang memiliki perilaku fobia tidak terbatas oleh jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan kesejahteraan hidup. Fobia bisa diderita oleh siapa saja baik pria maupun wanita, usia muda hingga orang tua. Fobia terjadi karena pemberian makna persepsi dengan intensitas emosi negatif yang salah atau berlebihan terhadap sebuah peristiwa atau objek. Fobia sendiri bisa terbentuk dari sebuah pembelajaran melalui proses pengolahan informasi yang sering kali berlangsung cepat dan terkadang tidak kita sadari. Ketika fobia itu sudah terbentuk maka itu menjadi sebuah program yang bekerja berdasarkan stimulus respon S – R yang kemudian akan tersimpan di dalam memori di pikiran bawah sadar untuk kemudian dijalankan oleh pikiran kita secara otomatis. Oleh sebab itu kita harus selalu sadar penuh serta berhati-hati menjaga pikiran kita untuk selalu berpikir positif dan mengevaluasi setiap pemahaman yang kita terima kedalam pikiran kita. Sebuah ketakutan adalah hal yang wajar, bahkan rasa takut dapat berguna bagi kita sebagai sinyal bahaya yang menjaga diri kita untuk selalu berhati-hati. Hanya saja ketakutan yang berlebihan itu lah yang menjadi sebuah masalah. Sebab Fobia itu sendiri sejatinya adalah sebuah rasa ketakutan yang berlebihan hingga mengganggu kehidupan individu sebagai penderitanya. Ketika fobia sudah begitu menggangu kehidupan kita baik aktivitas sehari-hari maupun pekerjaan, hal ini membuat kita jadi tidak dapat berkembang dan memberdayakan diri kita dengan baik dan maksimal. Hampir bagi seluruh orang masalah pemberdayaan diri merupakan hal yang sangat penting untuk meraih kesuksesan baik dalam kehidupannya maupun dalam Universitas Sumatera Utara pekerjaannya. Itu mengapa banyak dari klien yang rela untuk menghabiskan tidak sedikit uangnya untuk menjalani metode hipnoterapi agar terbebas dari fobianya yang mengganggu. Dengan hilangnya fobia klien, maka klien berharap akan bisa menjalani aktivitas sehari-harinya dengan normal dan bebas dari rasa ketakutan. Klien yang datang menjalani metode hipnoterapi untuk mengubah perilaku fobianya di klinik tranzcare sudah memiliki pandangan yang baik terhadap praktik hipnosis yang digunakan untuk terapi hipnoterapi. Hanya saja sangat sedikit dari mereka yang sudah memahami tentang hipnosis atau hipnoterapi secara benar. Maka sebagai hipnoterapis sudah menjadi sebuah kewajiban bagi mereka untuk mengedukasi kliennya pada saat konsultasi, sebelum memulai sesi hipnoterapi. Hal ini dilakukan agar klien tidak takut, lebih bisa merasa nyaman, dan menyadari bahwa klien lah yang memegang kendali penuh terhadap sesi hipnoterapi yang sedang berlangsung dan hipnoterapis hanyalah sebagai fasilitator untuk membantu klien menemukan sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuanhasil yang diharapkan. Memang ada berbagai macam teknik yang dapat digunakan untuk menyembuhkan perilaku fobia seseorang, namun mana yang sesuai dan yang cocok bukan disesuaikan kepada terapis yang menggunakannya melainkan kepada klien yang membutuhkannya client centered therapy. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, untuk mempermudah menganalisis data yang telah didapat, maka peneliti mengklasifikasikan jawaban- jawaban para informan berdasarkan tujuan penelitian yang telah peneliti buat sebagai berikut: Klasifikasi Tabel sesuai Tujuan Penelitian No. Informan Tujuan Penelitian Hasil 1. Sydney P. Agung 4. Untuk mengetahui karakteristik hipnoterapis di klinik  Karakteristik hipnoterpis di klinik Tranzcare adalah sebagai berikut: ‐ Berpendidikan S1 Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara Tranzcare. ‐ Memahami berbagai disiplin ilmu pemberdayaan diri seperti NLP, psycho cybernetics, psikologi, persuasi dan lainnya. ‐ Tingkat kesejahteraan hidup tergolong cukup mampu ‐ Memiliki minat tehadap komunikasi dan pemberdayaan diri ‐ Usia 37 tahun ‐ Agama kristen ‐ Suku jawa-sunda 5. Untuk mengetahui alasan informan menjadi hipnoterapis.  Karena senang membantu orang lain dan ingin memahami perilaku manusia . 6. Untuk mengetahui proses komunikasi intrapersonal hipnoterapi dalam mengubah perilaku fobia di Klinik Tranzcare Jakarta.  Mengubah sebuah program yang ada di bawah sadar dengan mengubah sesuatu di bagian proses pengolahan informasi, seperti sensasi dan persepsi yang berlebihan. 2. Juli Sugianto 1. Untuk mengetahui karakteristik hipnoterapis di klinik Tranzcare.  Karakteristik hipnoterpis di klinik Tranzcare adalah sebagai berikut: ‐ Berpendidikan S1 Ilmu Komputerisasi Akutansi ‐ Memahami berbagai disiplin ilmu pemberdayaan diri seperti NLP, psikologi, terapan dan lainnya. ‐ Tingkat kesejahteraan hidup tergolong Universitas Sumatera Utara menengah cukup mampu ‐ Memiliki minat tehadap pengemabangan diri dan persuasi ‐ Usia 30 tahun ‐ Agama buddha ‐ Suku tionghoa 2. Untuk mengetahui alasan informan menjadi hipnoterapis  Karena ingin menelusuri lebih dalam tentang kemampuan pikiran bawah sadar seseorang dan juga ingin memahami berbagai cara menyelesaikan masalah pikiran bawah sadar untuk dapat membantu orang lain. 3. Untuk mengetahui proses komunikasi intrapersonal hipnoterapi dalam mengubah perilaku fobia di Klinik Tranzcare Jakarta.  Mengubah dunia internal dengan mengatur persepsi yang menghasilkan sebuah program. Dengan Mengubah persepsi internal maka dunia internalnya ikut terubah. 3. Yan Nurindra 1. Untuk mengetahui karakteristik hipnoterapis di klinik Tranzcare.  Karakteristik hipnoterpis di klinik Tranzcare adalah sebagai berikut: ‐ Berpendidikan S1 Teknik Elektro ‐ Memahami berbagai disiplin ilmu pemberdayaan diri seperti mind brain technology, NLP, psychocybernetics, esoterism, spirituality dan lainnya. ‐ Tingkat kesejahteraan hidup tergolong menengah keatas. Universitas Sumatera Utara ‐ Memiliki minat tehadap potensi dasar manusia. ‐ Usia 50 tahun ‐ Agama Islam ‐ Suku campuran jawa, sunda dan sumatera 2. Untuk mengetahui alasan informan menjadi hipnoterapis.  Karena ingin membantu orang lain dan ingin membuat indonesia memiliki praktisi hipnosis dan hipnoterapi terbanyak. 3. Untuk mengetahui proses komunikasi intrapersonal hipnoterapi dalam mengubah perilaku fobia di Klinik Tranzcare Jakarta.  Mengubah struktur yang merupakan jalan masuk sebuah program. Dengan kata lain merubah sub modality sehingga sebuah peristiwa yang makna sebelumnya negatif menjadi berbeda. 4. Dodie Priambodo DodieMagis 1. Untuk mengetahui karakteristik hipnoterapis di klinik Tranzcare.  Karakteristik hipnoterpis di klinik Tranzcare adalah sebagai berikut: ‐ Berpendidikan S1 ‐ Memahami berbagai disiplin ilmu pemberdayaan diri seperti, NLP, EFT, Javanese magnetism, esoterism, dan lainnya. ‐ Tingkat kesejahteraan hidup tergolong cukup mampu ‐ Memiliki minat tehadap pemberdayaan diri dan energi manusia ‐ Usia 30 tahun ‐ Agama islam kejawen Universitas Sumatera Utara  Suku jawa 2. Untuk mengetahui alasan informan menjadi hipnoterapis. ‐ Karena senang membantu orang lain dan ingin memahami perilaku manusia 3. Untuk mengetahui proses komunikasi intrapersonal hipnoterapi dalam mengubah perilaku fobia di Klinik Tranzcare Jakarta.  Mengubah sebuah persepsi yang menjadi sebuah kesimpulan yang dimaknai secara salah sebagai hasil dari proses berpikir.

4.5 Pembahasan