Festinger menyatakan bahwa ketidaknyamanan yang disebabkan oleh disonansi akan mendorong terjadinya perubahan, pernyataan ini sangat penting
bagi para peniliti komunikasi. Dengan berdasar dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa disonansi kognitif dapat memotivasi perilaku komunikasi saat
orang melakukan persuasi kepada orang lainnya dan saat orang berjuang untuk mengurangi disonansi kognitifnya. Dengan kata lain, ketika seseorang menemui
orang lain dalam rangka mengurangi disonansi maka hal tersebut merupakan cara dan usahanya untuk mempengaruhi dirinya sendiri demi mengalami perubahan
dalam dirinya West, Turner, 2008. Sebagian besar pandangan teori kognitif percaya bahwa manusia
memperoleh informasi yang diterima melalui lima tahap berikut: 1.
Sensory input, yaitu tahap dimana terjadinya proses pengindraan terhadap stimulus yang ada di lingkungan
2. Central processing, yaitu tahap proses pemberian makna terhadap
informasi yang masuk 3.
Information storage, yaitu tahap dimana informasi dimasukkan dan dikumpulkan dalam memori manusia
4. Information retrieval, yakni tahap memori tersebut dipanggil kembali
5. Utilization pada tahap ini terjadi proses bagaimana cara kita memanggil
dan mentransformasikan informasi akan mempengaruhi perilaku non- verbal dan pembicaraan yang akan dilakukan Griffin,2003
Dalam upaya mengurangi disonansi, seseorang akan secara aktif menolak situasi-situasi dan informasi yang memungkinkan meningkatnya disonansi yang
dialaminya Severin dan Tankard, 2008. Tingkat disonansi akan menentukan tindakan yang akan di ambil seseorang dan kognisi yang mungkin ia gunakan
untuk mengurangi disonansi. Tindakan yang diambil oleh seseorang ini adalah upaya seseorang untuk mencapai perubahan yang mengembalikan konsistensi
2.2.5 Teori Penilaian Sosial
Teori penilaian sosial memberikan penjelasan bagaimana orang memberikan penilaian mengenai segala informasi atau pernyataan yang
didengarnya. Dengan kata lain teori ini juga dapat menjelaskan bagaimana
Universitas Sumatera Utara
seseorang beropini terhadap sesuatu hal. Tiga hal yang mempengaruhi seseorang dalam memberi penilaian yaitu:
1. Keterlibatan ego
Menurut Sherif keterlibatan ego mengacu pada seberapa penting suatu isu dalam kehidupan seseorang. Dengan kata lain, jika suatu isu
berdampak atau berakibat secara langsung pada seseorang maka orang tersebut akan menganggap isu itu sebagai sesuatu yang sangat penting.
Sebaliknya, jika suatu isu tidak berdampak secara langsung bagi seseorang maka isu tersebut tidaklah penting bagi dirinya.
2. Jangkar sikap
Sherif mengatakan orang cenderung menggunakan acuan atau jangkar sikap sebagai pembanding ketika menerima sejumlah pesan yang
berbeda-beda atau bahkan bertentangan. Dalam kehidupan sosial, acuan yang seseorang gunakan saat menduga sesuatu memberikan penilaian
tanpa alat ukur pasti adalah referensi serta pengalaman yang sudah ada sebelumnya. Dengan kata lain seseorang cenderung memberikan penilaian
dengan acuan internal yang dimilikinya. 3.
Efek kontras Dengan berdasar pada pemahaman yang Sherif kemukakan maka
dapat diketahui bahwa seseorang memberikan penilaian untuk menerima atau menolak pesan berdasarkan dua hal yaitu keterlibatan ego dan acuan
internal. Namun demikian, proses penilian ini tetap dapat menimbulkan distorsi penyimpangan. Distorsi ini terjadi jika seseorang menilai suatu
pesan menjadi lebih jauh atau bertentangan dengan pandangannya sendiri dari pada yang seharusnya, penilaian yang menjadi lebih jauh dari yang
seharusnya ini di sebut sebagai efek kontras. Sebaliknya, distorsi juga terjadi ketika seseorang memberi penilaian terhadap suatu pesan menjadi
lebih dekat dengan pandangannya sendiri dari pada yang seharusnya, penilaian ini disebut dengan efek asimilasi,
2.2.6 Emosi
Emosi adalah perasaan yang ditujukan kepada seseorang, atau reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Rasa sedih, senang, bahagia, marah, dan depresi
Universitas Sumatera Utara
merupakan rasa yang berbeda dan diungkapkan dengan cara yang berbeda pula. Emosi dan perasaan adalah dua konsep yang berbeda, tetapi perbedaan keduanya
tidak dapat dinyatakan secara tegas. Emosi dan perasaan merupakan gejala emosional yang secara kualitatif berkelanjutan tetapi tidak jelas batasannya.
Walgito 1997 dalam Khodijah memahami emosi dari beberapa teori emosi berikut:
1. Teori Emosi Sentral
Menurut teori Emosi sentral, jasmani merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu. Untuk memahami teori ini kita bisa
memperhatikan orang yang menangis. Pada orang yang menangis tentu akan merasakan adanya emosi, baik itu berupa rasa sakit ataupun
kesedihan yang mendalam, setelah itu muncul perubahan-perubahan yang pada akhirnya memunculkan tetesan air mata yang dikeluarkan. Jadi,
individu mengalami emosi terlebih dahulu, baru kemudian mengalami perubahan-perubahan.
2. Teori Emosi Peripheral
Teori emosi ini dikemukakan oleh William James 1842 – 1910. Teori emosi peripheral berbanding terbalik dengan teori emosi sentral.
Menurut teori peripheral, gejala pada kejasmanian bukanlah merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu. Menurut teori ini orang tidak
menangis karena susah, tetapi sebaliknya, ia susah karena menangis. 3.
Teori Emosi Kepribadian Teori emosi yang ketiga adalah teori emosi kepribadian. Menurut
teori ini, emosi merupakan suatu aktivitas pribadi. Antara pribadi dan jasmaniah tidak bisa dipisah-pisahkan. Oleh karena itu, emosi meliputi
pola perubahan-perubahan jasmaniah Khodijah, 2006
Fungsi Emosi
Martin dalam Khodijah menyatakan bahwa emosi bukan hanya berfungsi untuk mempertahankan hidup survival, untuk mengungkapkan ekspresi dan
mempertegas perasaan saja. Emosi juga berfungsi sebagai energi atau pembangkit energi yang bisa memberi semangat hidup dalam kehidupan manusia. Selain itu,
emosi juga bisa berperan sebagai pembawa pesan atau messenger. Artinya, emosi
Universitas Sumatera Utara
mampu memberi tahu diri kita mengenai kondisi atau keadaan seseorang yang berada di sekitar kita Khodijah, 2006.
Ada dua jenis emosi yaitu: 1.
Emosi Positif adalah emosi menyenangkan yang bisa menimbulkan perasaan positif pada orang yang mengalaminya, yaitu jatuh cinta, senang,
gembira, kagum dan sebagainya. 2.
Emosi Negatif adalah emosi tidak menyenangkan, yaitu emosi yang menimbulkan perasaan negatif, di antaranya sedih, marah, benci, takut,
dan sebagainya. Emosi positif atau negatif sebenarnya tidak memaksa kita untuk
bertingkah laku secara tertentu. Tetapi, karena kita memberi arti pada emosi itulah yang menyebabkan kita bertingkah laku tertentu. Itulah yang dinamakan motif.
Motif adalah sesuatu yang menggerakkan orang baik dalam keadaan sadar atau tidak untuk melakukan suatu tindakan. Demikianlah emosi yang diberikan arti
negatif dapat menimbulkan perasaan negatif yang dapat melukai diri sendiri dan juga merusak hubungan baik dengan orang lain. Sebaliknya, jika emosi diartikan
positif, emosi tersebut dapat dipakai untuk lebih mengenali diri sendiri dan orang lain. Perasaan yang timbul dari emosi positif juga bisa dijadikan motivasi untuk
melakukan yang terbaik bagi diri sendiri maupun orang lain. Seringkali kita menekan emosi yang tidak sesuai harapan ke dalam diri
kita. Sebenarnya apabila emosi ini ditekan, emosi tersebut bisa menyebabkan penyakit batin dan juga penyakit jasmani. Misalnya, Pusing sebagai pengganti
rasa marah, lelah mengganti rasa sedih dan sesak nafas sebagai pengganti rasa takut.
2.2.7 Fobia