S – O – R Konsep Diri

4. Berpikir Dalam berpikir kita melihat semua proses yang kita sebut di muka: sensasi, persepsi, dan memori. Berpikir menunjukkan berbagai kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang, sebagai pengganti objek dan peristiwa. Jadi berpikir adalah mengolah dan memanipulasikan informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respon Rakhmat, 1985.

2.2.2 S – O – R

Teori S – O – R atau Stimulus-Organism-Response memiliki Objek materialnya yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi. Teori S – O – R beranggapan bahwa organisme menghasilakan perilaku tertentu jika ada stimulus tertentu pula. Jadi efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi yang ditimbulkan oleh komunikan Effendi, 2003. Teori ini dikenal sebagai model Stimulus – Organisme – Respon dimana unsur-unsur dasar ini terdiri dari: 1. Pesan atau stimulus 2. Komunikan 3. Efek atau Respon Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah hanya jika stimulus yang menerpa melebihi semula. Prof.Dr.mar’at dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya”, mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu perhatian, pengertian dan penerimaan. Respon atau perubahan sikapperilaku bergantung pada proses terhadap individu. Stimulus yang merupakan pesan yang disampaikan kepada komunikan dapat diterima atau ditolak oleh komunikan, komunikasi dapat berjalan apabila komunikan memberikan perhatian khusus terhadap stimulus yang disampaikan kepadanya. Ketika komunikan tersebut memikirkannya maka timbul pengertian dan penerimaan atau sebaliknya. Dengan demikian Perubahan sikap dapat yaitu, perubahan kognitif, afektif atau behavioral. Universitas Sumatera Utara Stimulus atau pesan adalah rasangan atau dorongan berupa pesan, organisme adalah manusia atau seorang penerima proses yang terjadi di dalam diri seseorang, Respon adalah reaksi, efek, pengaruh atau tanggapan feed back. Menurut Effendy, unsur-unsur teori S – O – R dapat digambarkan sebagai berikut: Sumber: Effendy, 2003.

2.2.3 Konsep Diri

Menurut William D. Brooks bahwa konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Sedangkan Centi mengemukakan konsep diri self concept tidak lain tidak bukan adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita meninginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita harapkan. Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Menurut Rogers konsep diri merupakan konseptual yang terorganisasi dan konsisten yang terdiri dari persepsi- persepsi tentang sifat-sifat dari ’diri subjek’ atau ’diri objek’ dan persepsi-persepsi tentang hubungan-hubungan antar ’diri subjek’ diri objek’ dengan orang lain dan dengan berbagai aspek kehidupan beserta nilai-nilai yang melekat pada persepsi- perseepsi ini Mulya, 2009. Konsep diri memberikan motif penting untuk perilaku. pemikiran bahwa keyakinan, nilai, perasaan, penilaian-penilaian mengenai diri mempengaruhi perilaku adalah sebuah prinsip penting pada teori interaksionisme simbolik. Mead Stimulus Organisme:  Perhatian  Pengertian  Penerimaan Respon Perubahan Perilaku Universitas Sumatera Utara berpendapat bahwa kerena manusia memiliki diri, manusia memiliki mekanisme untuk berinteraksi dengan dirinya sendiri. Mekanisme ini digunakan untuk menuntun perilaku dan sikap. Mead juga melihat diri sebagai sebuah proses, bukan struktur West, Turner, 2008. Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan tingkah laku seseorang. Bagaimana seseorang memandang dirinya akan tercermin dari keseluruhan perilakunya. Artinya, perilaku individu akan selaras dengan cara individu memandang dirinya sendiri. Apabila individu memandang dirinya sebagai orang yang tidak mempunyai cukup kemampuan untuk melakukan suatu tugas, maka seluruh perilakunya akan menunjukkan ketidakmampuannya tersebut. Menurut Felker 1974, terdapat tiga peranan penting konsep diri dalam menentukan perilaku seseorang, yaitu: 1. Konsep diri memainkan peranan dalam mempertahankan keselarasan batin seseorang. Individu senantiasa berusaha untuk mempertahankan keselarasan batinnya. Bila individu memiliki ide, perasaan, persepsi atau pikiran yang tidak seimbang atau saling bertentangan, maka akan terjadi situasi psikologis yang tidak menyenangkan. Untuk menghilangkan ketidakselarasan tersebut, individu akan mengubah perilaku atau memilih suatu sistem untuk mempertahankan kesesuaian antara individu dengan lingkungannya. Cara menjaga kesesuaian tersebut dapat dilakukan dengan menolak gambaran yang diberikan oleh lingkungannya mengenai dirinya atau individu berusaha mengubah dirinya seperti apa yang diungkapkan lingkungan sebagai cara untuk menjelaskan kesesuaian dirinya dengan lingkungannya. 2. Konsep diri menentukan bagaimana individu memberikan penafsiran atas pengalamannya. Seluruh sikap dan pandangan individu terhadap dirinya sangat memengaruhi individu tersebut dalam menafsirkan pengalamannya. Sebuah kejadian akan ditafsirkan secara berbeda antara individu yang satu dengan individu lainnya, karena masing-masing individu mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda terhadap diri mereka. Tafsiran negatif terhadap pengalaman hidup disebabkan oleh pandangan dan sikap negatif Universitas Sumatera Utara terhadap dirinya sendiri. Sebaliknya, tafsiran positif terhadap pengalaman hidup disebabkan oleh pandangan dan sikap positif terhadap dirinya. 3. Konsep diri juga berperan sebagai penentu pengharapan individu. Pengharapan ini merupakan inti dari konsep diri. Bahkan McCandless sebagaimana dikutip Fellcer 1974 menyebutkan bahwa konsep diri seperangkat harapan-harapan dan evaluasi terhadap perilaku yang merujuk pada harapan-harapan tersebut. Siswa yang cemas dalam menghadapi ujian akhir dengan mengatakan saya sebenarnya anak bodoh, pasti saya tidak akan mendapat nilai yang baik, sesungguhnya sudah mencerminkan harapan apa yang akan terjadi dengan hasil ujiannya. Ungkapan tersebut menunjukkan keyakinannya bahwa ia tidak mempunyai kemampuan untuk memperoleh nilai yang baik. Keyakinannya tersebut mencerminkan sikap dan pandangan negatif terhadap dirinya sendiri. Pandangan negatif terhadap dirinya menyebabkan individu mengharapkan tingkah keberhasilan yang akan dicapai hanya pada taraf yang rendah. Patokan yang rendah tersebut menyebabkan individu bersangkutan tidak mempunyai motivasi untuk mencapai prestasi yang gemilang Pudjijogyanti, 1988. Komponen-komponen konsep diri menurut Hurlock 1976:22 antara lain : 1. The perceptual component Gambaran dan kesan seseorang tentang penampilan tubuhnya dan kesan yang dibuat pada orang lain atau sering disebut konsep diri fisik. Tercakup didalamnya gambaran yang dipunyai seseorang tentang daya tarik tubuhnya attractiveness dan keserasian jenis kelamin sex approriateness. Komponen ini sering disebut physical self concept. 2. The conseptual component Pandangan tentang karakteristik yang berbeda dengan orang lain baik tentang kemampuan dan kekurangannya serta disusun dari kualitas penyesuaian hidupnya tentang kepercayaan diri tergantung keberanian, kegagalan dan kelemahannya. Komponen ini sering disebut psychological self concept. Universitas Sumatera Utara 3. The attitudinal component Perasaan tentang kebanggaan dan rasa malunya. Yang termasuk dalam komponen ini adalah keyakinan nilai, aspirasi dan komitmen yang membentuk dirinya. Sedangkan menurut Pudjijogyanti 1988:3 komponen-komponen konsep diri ada dua yaitu : 1. Komponen kognitif Komponen kognitif merupakan pengetahuan individu tentang keadaan dirinya, misalnya “saya anak bodoh” atau “saya anak nakal”. Jadi komponen kognitif merupakan penjelasan dari “siapa saya” yang akan memberi gambaran tentang diri saya. Gambaran diri self-picture tersebut akan membentuk citra diri self- image. 2. Komponen afektif Komponen afektif merupakan penilaian individu terhadap diri. Penilaian tersebut akan membentuk penerimaan terhadap diri self acceptance, serta harga diri self-esteem individu. Fitts Agustiani 2006:139-142 membagi konsep diri dalam dua dimensi pokok, yaitu sebagai berikut: a. Dimensi Internal Dimensi internal atau kerangka acuan internal internal Frame of reference adalah penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia didalamnya. Dimensi ini terdiri atas tiga bentuk 1. Identitas diri identity self Merupakan bagian aspek paling mendasar untuk menggambarkan dirinya dan membangun identitasnya. mengacu pada pertanyaan, siapakah saya?. 2. Diri pelaku behavioral self Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya yang berisikan segala kesadaran mengenai apa yang dilakukan diri. 3. Diri penerimaanpenilai judging self Berfungsi sebagai penguat, penentu standar dan elevator. Kedudukannya sebagai perantara mediator antara diri dan identitas pelaku. Universitas Sumatera Utara b. Dimensi Eksternal Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain di luar dirinya. Dimensi eksternal terbagi atas lima bentuk, yaitu: 1. Diri Fisik physical self Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya secara fisik cantik, jelek, menarik, tinggi, pendek, gemuk, kurus, dsb. 2. Diri etik-moral moral-ethical self Bagian ini merupakan persepsi seorang terhadap dirinya dilihat dari pertimbangan nilai moral dan etika. Hal ini menyangkut keberadaan seseorang dengan kehidupan keluarganya, Agama dan Tuhan yang meliputi aspek batasan baik dan buruk. 3. Diri Pribadi personal self Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan orang lain tapi dipengaruhi oleh sejauhmana ia merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat. 4. Diri Keluarga family self Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian ini menunjukkan sejauhmana seseorang merasa dekat terhadap dirinya dari suatu keluarga. 5. Diri Sosial social self Diri sosial maupun bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun lingkungan sekitarnya. Seluruh bagian ini, baik eksternal maupun internal saling berkaitan dan berinteraksi dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Rahmat 1971:7-8.

2.2.4 Teori Disonansi Kognitif