b. Dimensi Eksternal
Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain di luar dirinya.
Dimensi eksternal terbagi atas lima bentuk, yaitu: 1.
Diri Fisik physical self Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya
secara fisik cantik, jelek, menarik, tinggi, pendek, gemuk, kurus, dsb. 2.
Diri etik-moral moral-ethical self Bagian ini merupakan persepsi seorang terhadap dirinya dilihat
dari pertimbangan nilai moral dan etika. Hal ini menyangkut keberadaan seseorang dengan kehidupan keluarganya, Agama dan Tuhan yang
meliputi aspek batasan baik dan buruk. 3.
Diri Pribadi personal self Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang
keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan orang lain tapi dipengaruhi oleh sejauhmana ia merasa
dirinya sebagai pribadi yang tepat. 4.
Diri Keluarga family self Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang
dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian ini menunjukkan sejauhmana seseorang merasa dekat terhadap dirinya dari suatu keluarga.
5. Diri Sosial social self
Diri sosial maupun bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun lingkungan
sekitarnya. Seluruh bagian ini, baik eksternal maupun internal saling berkaitan dan berinteraksi dan membentuk satu kesatuan yang utuh.
Rahmat 1971:7-8.
2.2.4 Teori Disonansi Kognitif
Teori konsistensi mengemukakan bahwa pikiran beroperasi seperti sebuah penengah antara rangsangan stimulus dan respons. Teori ini menyatakan jika
seseorang menerima rangsangan, maka pikiran akan memprosesnya menjadi sebuah pola dengan rangsangan lainnya yang sudah diterima atau sudah ada
Universitas Sumatera Utara
sebelumnya. Jikalau rangsangan baru tersebut tidak sesuai dengan pola yang ada atau tidak konsisten, maka orang tersebut akan mengalami ketidaknyamanan.
Ketidaknyamanan tersebut timbul ketika seseorang menemukan diri mereka sendiri melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang mereka ketahui,
atau menemui pendapat yang tidak sesuai dengan pendapat lain yang mereka pegang inkonsisten. Konsistensi merupakan prinsip penting dan teratur yang
ada dalam proses kognitif manusia, dan perubahan respon terjadi sebagai akibat adanya informasi yang menggangu keteraturan tersebut.
Menurut Festinger dalam Morissan 2013, manusia membawa berbagai unsur elemen dalam kognitifnya. Elemen tersebut adalah sikap, persepsi,
pengetahuan dan tingkah laku behavior. Elemen-elemen tersebut barada dalam suatu sistem yang tidak terpisah dan saling mempengaruhi. Ada tiga jenis
hubungan yang mungkin terjadi antar elemen-elemen tersebut. Pertama, hubungan yang tidak memberikan pengaruh apa-apa terhadap elemen-elemen yang ada,
disebut sebagai hubungan nihil atau tidak relevan irrelevant. Kedua, hubungan konsisten atau hubungan konsonan, yaitu hubungan antar elemen yang saling
menguatkan. Ketiga adalah hubungan yang menimbulkan ketidaksesuaian inkonsisten atau disonansi.
Terdapat dua ide penting yang menjadi dasar teori disonansi kognitif ini yaitu: pertama, adanya disonansi akan menimbulkan ketegangan dan stress yang
membuat seseorang tertekan dan mencari jalan untuk berubah. Kedua, kondisi disonansi membuat seseorang tidak hanya berupaya untuk menguranginya tetapi
juga menghindarinya. Festinger dalam Morissan 2013 membayangkan sejumlah merode yang
digunakan manusia untuk mengatasi ketidaksesuaian kognitif. 1.
Mengubah satu atau lebih elemen kognitif yang ada. Misal elemen tingkah laku tindakan dan atau elemen sikap
2. Menambahkan elemen baru dalam hubungan yang inkonsisten guna
menetralkan disonansi. 3.
Mempertimbangkan kembali disonansi yang terjadi. Melalui pertimbangan tersebut seseorang memahami disonansi yang terjadi
bukanlah hal terpenting jika dibandingkan dengan hal yang lain.
Universitas Sumatera Utara
Di ku
ra ng
i d eng
an
4. Mencari informasi yang dapat mendukung suatu tindakan agar
seseorang punya penguatan atas tindakannya yang dilakukannya. 5.
Menguarangi disonansi yang terjadi dengan mendistorsi atau menyalah artikan informasi yang ada sehingga terbentuk pemahaman yang dapat
diterima oleh kognisinya. Banyak teori dan riset mengenai teori disonanasi kognitif yang
mengemukakan berbagai situsasi atau keadaan yang memungkinkan disonansi dapat terjadi kondisi. Situasi atau keadaan yang dapat mendorong timbulnya
disonansi adalah sebagai berikut: saat membuat keputusan decision making, kepatuhan yang dipaksakan forced compliance, memasuki kelompok baru
initiation, dukungan sosial social support, dan usaha atau daya upaya effort Morissan, 2013.
Menurut Leon Festinger 1957 dalam West Turner perasaan ketidakseimbangan kognisi yang timbul atas ketidaksesuaian rangsangan dengan
pola rangsangan yang sudah ada sebelumnya disebut sebagai disonansi kognitif. Ia juga berpendapat inti dari teori disonansi kognitif adalah adanya sebuah perasaan
tidaknyaman yang memotivasi orang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut.
Dapat digambarkan proses disonansi kognitif sebagai berikut:
Sumber: Festinger, 1957.
Perubahan yang menghilangkan
inkonsistentsi
Rangsangan yang tidak menyenangkan
Mulainya disonansi Sikap, pemikiran dan
prilaku yang tidak konsisten
Berakibat pada Berakibat pada
Universitas Sumatera Utara
Festinger menyatakan bahwa ketidaknyamanan yang disebabkan oleh disonansi akan mendorong terjadinya perubahan, pernyataan ini sangat penting
bagi para peniliti komunikasi. Dengan berdasar dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa disonansi kognitif dapat memotivasi perilaku komunikasi saat
orang melakukan persuasi kepada orang lainnya dan saat orang berjuang untuk mengurangi disonansi kognitifnya. Dengan kata lain, ketika seseorang menemui
orang lain dalam rangka mengurangi disonansi maka hal tersebut merupakan cara dan usahanya untuk mempengaruhi dirinya sendiri demi mengalami perubahan
dalam dirinya West, Turner, 2008. Sebagian besar pandangan teori kognitif percaya bahwa manusia
memperoleh informasi yang diterima melalui lima tahap berikut: 1.
Sensory input, yaitu tahap dimana terjadinya proses pengindraan terhadap stimulus yang ada di lingkungan
2. Central processing, yaitu tahap proses pemberian makna terhadap
informasi yang masuk 3.
Information storage, yaitu tahap dimana informasi dimasukkan dan dikumpulkan dalam memori manusia
4. Information retrieval, yakni tahap memori tersebut dipanggil kembali
5. Utilization pada tahap ini terjadi proses bagaimana cara kita memanggil
dan mentransformasikan informasi akan mempengaruhi perilaku non- verbal dan pembicaraan yang akan dilakukan Griffin,2003
Dalam upaya mengurangi disonansi, seseorang akan secara aktif menolak situasi-situasi dan informasi yang memungkinkan meningkatnya disonansi yang
dialaminya Severin dan Tankard, 2008. Tingkat disonansi akan menentukan tindakan yang akan di ambil seseorang dan kognisi yang mungkin ia gunakan
untuk mengurangi disonansi. Tindakan yang diambil oleh seseorang ini adalah upaya seseorang untuk mencapai perubahan yang mengembalikan konsistensi
2.2.5 Teori Penilaian Sosial