Oleh: Oman Abdurahman Kehadiran kawasan kars yang umumnya tersusun oleh batuan karbonat, di Pulau

Oleh: Oman Abdurahman Kehadiran kawasan kars yang umumnya tersusun oleh batuan karbonat, di Pulau

Jawa menempati sekitar 3,5% - 7,3 % luas paparan batuan karbonat Indonesia. Hal tersebut sangat penting, karena kawasan yang sangat rentan ini masih tersisa di pulau yang paling padat penduduknya di Indonesia (60% penduduk tinggal di Jawa), bahkan di dunia. Salah satu kerentanan kawasan kars, berkaitan dengan keberadaan sumber daya air yang dikandungnya.

Selintas

tersebut, masih banyak SBT dengan debit di bawah 100 lt/

dtk (0,1 m 3 /dtk). Selain SBT, sumber air di kawasan kars juga terdapat

dalam bentuk air permukaan, yaitu telaga. Telaga kars juga merupakan ciri khas lingkungan kars. Kawasan kars Gunungkidul terkenal sebagai wilayah yang memiliki banyak telaga. Menurut satu laporan, terdapat sedikitnya 282 telaga, besar dan kecil, yang tersebar di 10 kecamatan di Gunungkidul, a.l. Telaga Suling (lembah Bengawan Solo Purba), Telaga Kemuning, dan Telaga Jonge. Sekitar 30% dari total telaga itu masih berair walaupun di musim kemarau.

Penilaian secara kuantitatif atas potensi sumber air yang dikandung kawasan kars Gunung Sewu di Gunungkidul telah dilakukan oleh Bahagiarti pada 2000 dalam rangka disertasi studi S3-nya di bidang hidrogeologi. Hasil riset yang menggunakan metode analisis fraktal itu membagi kawasan Gunung Sewu menjadi tiga subsistem hidrogeologi, yaitu: Subsistem Panggang di sebelah barat, Subsistem Wonosari-Baron di bagian tengah, dan Subsistem Sadeng di bagian timur. Ketiganya memiliki potensi air tanah yang besar, namun, yang terbesar di antaranya berada di Subsistem Wonosari-Baron.

Besarnya potensi air tanah di kawasan Gunung Sewu, tampak dari hasil analisis neraca air di Subsistem Wonosari – Baron yang disampaikan oleh peneliti tersebut. Menurutnya, selama April 1998 sampai dengan Maret 1999, jumlah air yang meresap (recharge) di daerah

Wonosari-Baron lebih-kurang 181.479.187 m 3 , sedangkan

jumlah air yang meluah (discharge) lebih-kurang

27.111.490 m 3 , sehingga dalam satu tahun terdapat selisih

simpanan air di bawah tanah sebesar 154.385.688 m 3 .

Kehadiran mata air SBT, dan telaga dari sistem kars Gunung Sewu tidak hanya terdapat di Gunungkidul,

melainkan menerus ke sebelah timurnya, hingga ke Pacitan. Dari laporan yang lain, diperoleh bahwa di wilayah Kars Giriwoyo (Kecamatan Giriwoyo, Wonogiri) tercatat tidak kurang dari 47 ponor, 62 mata air, 8 buah telaga, dan 15 buah sumur. Demikian pula di kawasan kars yang berada di wilayah Pacitan, dijumpai banyak SBT yang mengalir di gua-gua, seperti Gua Jaran, juga mata air dan beberapa telaga.

Sumber daya air yang besar juga terdapat di kawasan kars di bagian utara Jawa Timur. Hasil penelitian pada 1991-1992 yang penulis ikuti, di Merkawang-Meliwang,

pada daerah kars seluas 290 km 2 di sebelah barat Tuban, terdapat akifer utama dengan keterusan 5.000 m 2 /hari dan resapan sampai 40%. Terdapat pula banyak mata air. Debitnya ada yang mencapai 30 liter/detik.

Di kawasan kars Gombong Selatan, Kebumen, Jawa Tengah, yang lebih tinggi dibanding daerah sekitarnya, terdapat air tanah dalam jumlah besar. Demikian melimpahnya air di sini, sehingga kawasan ini disebut- sebut sebagai “tangki air alamiah”. Satu tim speleologi dan karstologi dari Prancis yang meneliti kawasan Gombong Selatan pada 1995-2000 menyatakan adanya sejenis “giant underground delta” di bawah kars ini.

Menurut sebuah laporan, di kawasan kars Gombong Selatan terdapat sekitar 45 gua yang memilik SBT yang merupakan penyedia sumber air bersih bagi masyarakat di sekitarnya. Salah satu gua itu, yaitu Gua Barat, memiliki aliran SBT yang sangat besar, 255 liter/detik. Di ujung gua ini terdapat sebuah telaga, Telaga Redisari. Gua-gua lainnya di kawasan ini, seperti Gua Surupan dan Gua Jatijajar juga memiliki sumber air yang melimpah.

Menyeberang ke wilayah Jawa Barat dan Banten, potensi sumber air yang terkandung di kawasan kars di sini juga tak kalah penting. Di bagian selatan Tasikmalaya,

Cijulang, Pangandaran, Jawa Barat. Foto: Deni Sugandi.