Jenis dan Mekanisme Kejadian Gerakan tanah terjadi dengan beberapa cara atau

Jenis dan Mekanisme Kejadian Gerakan tanah terjadi dengan beberapa cara atau

mekanisme. Longsoran yang berkembang menjadi aliran bahan rombakan di Jemblung dikontrol oleh interaksi batuan, tebing yang terjal, tataguna lahan, dan curah hujan. Pemicu utama di sini adalah curah hujan yang

turun dengan durasi lama sebelum kejadian. Akibatnya, kestabilan lereng berkurang karena penjenuhan, dan penambahan bobot massa tanah. Curah hujan yang tinggi dan lama serta peresapan air yang cepat, semakin mempercepat proses penjenuhan dan penambahan bobot massa tanah. Kemiringan lereng yang terjal menyebabkan tanah mudah bergerak.

Umumnya gerakan tanah diawali bergeraknya tanah pada bagian bawah lereng sehingga mengakibatkan berkurangnya gaya penahan. Kondisi ini mengakibatkan lereng bagian atas secara serentak dan bersamaan bergerak menuju lembah sungai, sawah, dan permukiman. Terjalnya lereng dan lahan sawah pada bagian lembah mengakibatkan gerakan sangat cepat dan bertenaga kuat sehingga mencapai pemukiman di utara sungai dan badan jalan. Jauhnya lontaran material juga diakibatkan oleh bercampurnya material bahan rombakan dengan air sungai.

Nendatan dan retakan di Dusun Gondang, Dusun Kebakalan, dan Dusun Witra, dikontrol oleh interaksi kondisi batuan, penjenuhan, pelunakan, dan penambahan bobot massa tanah akibat akumulasi air hujan yang meresap. Morfologi tebing yang terjal, serta curah hujan yang turun dengan durasi lama sebelum gerakan tanah terjadi adalah pemicu utama. Selain faktor curah hujan yang tinggi dan kemiringan lereng yang terjal dan vegetasi yang kurang, dengan mekanisme seperti telah diuraikan sebelumnya, menjadi penyebab berikutnya.

Di Dusun Gondang jalan pelunakan juga diakibatkan oleh adanya kolam pada tekuk lereng bagian bawah. Sedangkan di Dusun Gintung, Desa Binangun, longsoran dan nendatan diawali oleh berkurangya gaya penahan pada bagian bawah lereng akibat pelunakan dan erosi lateral oleh air sungai. Akibatnya, tanah pada bagian bawah bergerak dan lereng kehilangan gaya penahan. Ini berkembang ke arah atas membentuk nendatan yang lebih besar. ■

Penulis, Kristianto adalah Kepala Sub Bidang Mitigasi Gerakan Tanah. Yunara Dasa Triana dan Asep Nursalim adalah Penyelidik Bumi. Ketiganya berkerja di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi.

Dampak longsor Karangkobar. Foto: Igan S. Sutawidjaja.

Jenis Gerakan Tanah Gerakan tanah di Dusun Jemblung Desa Sampang, adalah

longsoran pada tebing setinggi 75 meter, lebar mahkota

75 meter, dan melebar ke bagian tubuh hingga mencapai 150 meter. Panjang longsoran mencapai 450 meter ke arah pesawahan dan pemukiman dengan arah N355ºE. Panjang daerah landaan mencapai 400 meter ke arah utara hingga menimbun badan jalan yang berada pada ketinggian lebih dari 5 meter dari muka sungai. Landaan juga berkembang ke arah timur sepanjang 200 meter, sehingga lebar landaan mencapai 500 meter.

Di lokasi Dusun Jemblung ini masih terdapat potensi longsor susulan berupa material bahan rombakan yang masih menggantung, terbentuknya genangan air pada sisi timur kaki longsoran, munculnya mata air pada tubuh longsoran yang dapat menjadi longsor susulan.

Di Dusun Gondang, gerakan tanah berupa retakan dan nendatan pada lahan kebun palawija. Mahkota gerakan tanah berarah N 325 ºE, terdapat pada mahkota longsoran lama yang aktif kembali. Pada waktu pemeriksaan, potensi longso masih besar karena retakan masih berkembang, banyak mata air muncul, dan bidang lemah berupa kontak antara tanah pelapukan dan batuan dasar berupa tuf. Nendatan pada badan jalan di dusun ini masih aktif bergerak dengan arah gerakan ke utara mengikuti lembah yang terdapat alur alir sungai serta terdapat empang di bagian bawah tubuh longsoran (pada tekuk lereng).

Di Dusun Gintung, gerakan tanah berupa longsoran bahan rombakan pada tebing di atas Kali Rawa dan materialnya menutup aliran sungai tersebut. Selain itu, di bagian atasnya terjadi nendatan pada kebun kopi. Nendatan ini memiliki lebar mahkota yang lebih besar dibandingkan di bawahnya dengan ketinggian mencapai

3 meter, berarah N 142 ºE dengan bidang gelincir pada tuf berwarna coklat terang dan kemiringan 73º.

Dampak Gerakan Tanah Seminggu setelah kejadian utama, gerakan tanah di

Dusun Jemblung mengakibatkan 88 korban meninggal

Longsor Karangkobar. Foto: Kristianto.

Longsor Karangkobar. Foto: Kristianto.

dunia dan 14 orang luka-luka. Semua korban telah berhasil dievakuasi. Selain itu, 1308 orang mengungsi, dan 40 rumah, sawah dan kebun milik penduduk tertimbun bahan rombakan. Dampak lainnya, terputusnya jalan raya yang melalui Karangkobar karena tertutup material bahan rombakan sepanjang 500 m. Sejumlah kendaraan bermotor roda dua dan empat rusak terlanda material longsoran.

Gerakan tanah di Dusun Gondang mengakibatkan 8 KK di Dusun Krakal terancam jika rayapan berkembang menjadi longsoran cepat. Hal yang sama mengancama sebanyak 360 KK di Sampang Krajan. Semua penduduk yang terancam itu segera diungsikan. Gerakan tanah juga menyebabkan terputusnya jalan antar desa yang menghubungkan Sampang dan Tlagalele.

Di Dusun Gintung, potensi gerakan tanah masih besar karena retakan masih berkembang, terdapat mata air, dan bidang lemah berupa kontak antara tanah pelapukan dan batuan dasar berupa tuf dengan kemiringan sangat terjal, serta terjadi erosi lateral oleh aliran air Kali Rawa. Potensi ini mengancam 27 rumah, jika gerakan tanah terus berkembang dan berubah menjadi tipe cepat

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) telah mempublikasikan rencana awal untuk mengelola ekstraksi nodul dari dasar laut. Studi teknis sebelumnya telah dilakukan oleh organisasi di bawah PBB yaitu Otoritas Dasar Laut Internasional (International Seabed Authority/ISA). Beberapa perusahaan telah diberikan lisensi eksplorasi di perairan lepas internasional. Saat ini, sebanyak tujuh belas permohonan lisensi telah diajukan, dan tujuh di antaranya telah dikabulkan, sedangkan yang lainnya mungkin menyusul. Daerah eksplorasi meliputi area luas di kawasan Samudera Pasifik, Atlantik, dan Hindia.