BAYANGKAN DIRIMU DALAM KUBUR

BAYANGKAN DIRIMU DALAM KUBUR

213 Ihya Ulum ad-Din (4/421-423)

Al- Ghazali berkata, ―Wahai manusia! Sesungguhnya kalian dan semua yang ada bersamamu di dunia ini adalah sejalan dengan orang-orang yang telah lalu. Yaitu orang-orang yang lebih panjang umurnya daripada kalian, orang-orang yang lebih keras deritanya daripada kalian, yang lebih pandai membangun tempat tinggal dan yang lebih jauh pengaruhnya. Namun kini suara mereka diam membisu setelah sekian lama melanglang di muka bumi. Jasad mereka kini telah usang, dan rumah-rumah mereka runtuh menjadi debu, serta pengaruh mereka tiada tersisa.

Saat ini, mereka tidak saling berhubungan layaknya bertentangga, padahal tempat tinggal mereka saling berdekatan. Rumah-rumah mereka berganti menjadi liang dalam tanah, terkubur bersama debu. Keberadan mereka saling berdekatan, akan tetapi penghuni-penghuninya sangatlah asing. Masing-masing sibuk dengan urusannya dalam kubur. Mereka tidak lagi menikmati mesranya bertetangga layaknya kita di kehidupan ini. Bagaimana antara mereka terjalin hubungan sedangkan siksaan terus menerus melingkari rumah- rumah mereka. Bongkahan batu serta tanah-tanah basah menjadi teman siang dan malam-malam mereka.

Mereka menjadi mayat setelah menjalani hidup yang sebentar ini. Mereka terpisah dari orang-orang terkasih. Tinggal di liang lahat, tiada tempat untuk bepergian. Waspadalah, waspadalah! “Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan di hadapan

mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” 214 Jadilah engkau seolah-olah sebagaimana keadaan mereka

yang tengah dirundung siksa dan derita. Jadilah kalian seolah mereka yang melewati kesunyian seorang diri.

214 Al-Mukminin: 100

Bayangkan bagaimana dirimu sekiranya mengalami semua itu. Disanalah setiap manusia memperoleh balasan atas perbuatan mereka. Allah swt berfirman, “Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang

lebih baik (syurga).” 215 Allah berfirman, “Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu

akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: "Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang

216 juapun" 217 /

MENJALANI HISAB DI HADAPAN ALLAH Bayangkan, seolah kamu tengah mendengar panggilan untuk maju ke depan. Cukuplah ketakjubanmu atas balasan untuk dosa-dosamu. Tatkala siksa itu ditimpakan kepadamu, kemudian dirimu seolah dikendalikan dengan perasaan yang tidak menentu. Pikiranmu melayang, seluruh urat tubuhmu serasa terkekang dan seluruh anggota tubuhmu tidak terkendali, auramu berubah, alam seolah menjadi gelap gulita akibat dahsyatnya kerusakan yangterjadi.

Bayangkan dirimu seolah tengah berada di hadapan para malaikat penjaga dalam kondisi seperti itu, hingga engkau

215 An-Najm: 31 216 Al-Kahfi: 49 217 Ihya Ulum ad-Din (3/213) 215 An-Najm: 31 216 Al-Kahfi: 49 217 Ihya Ulum ad-Din (3/213)

Nya, ―Wahai anak Adam! Mendekatlah kepada-Ku!‖ Lalu engkau mendekat kepada-Nya dengan perasaan takut dan jantung

berdebar tidak menentu. Hatimu terasa pilu dan langkahmu lunglai tidak berdaya. Kemudian seluruh catatan amalanmu semasa hidup disodorkan kepadamu, dosa terkecil maupun terbesar tiada yang terlewati. Betapa semua keburukan yang telah kau lupakan itu dapat kau ingat kembali. Betapa banyak perintah taat yang telah kau lalaikan, hingga terbuka semua yang pernah kau sembunyikan. Perasaan malu, sesal, bodoh dan lemah semua bercampur dan berkecamuk dalam benak. Lalu dengan kaki mana engkau hendak berdiri di hadapan Tuhan-Mu? Dan dengan lisan yang mana engkau menjawab semua pertanyaan-Nya? Dengan hati yang mana engkau dapat merangkai kata-kata sebagai jawaban? Pikirkanlah di tengah rasa sesalmu yang mendalam itu tatkala dikatakan kepadamu dosa-dosamu itu. Apa yang bisa kamu pikirkan

tatkala Dia berkata, ―Wahai hamba-Ku! Tidakkah engkau merasa malu terhadap-Ku hingga kau perlihatkan keburukan di

hadapn-Ku? Padahal aku merasa malu terhadap ciptaan-Ku hingga aku tamppakkan keindahan bagi mereka. Adakah Aku lebih menghinakanmu daripada hamba-hamba-Ku yang lain? Engkau meremehkan pengawasanku terhadap-Mu hingga engkau tidak merasa perlu menambah kewapadaan. Sebaliknya engkau mengagungkan pengawasan selain daripada-Ku. Apakah Aku tidak memberimu nikmat? Lalu apa yang memperdayakanmu hingga berpaling dari-Ku? Adakah engkau menyangkau bahwa Aku tidak memperhatikanmu dan bahwa engkau tidak akan bertemu dengan-Ku?

Rasulullah saw pernah bersabda, ―Tiada seorangpun dari kalian yang tidak akan ditanya oleh Allah Tuhan semesta Rasulullah saw pernah bersabda, ―Tiada seorangpun dari kalian yang tidak akan ditanya oleh Allah Tuhan semesta

Rasulullah pernah juga bersabda, ―Masing-masing dari kalian akan berdiri di hadapan Allah azza wa jalla tiada

penghalang antara dia dengan Allah, hingga Allah berkata kepadanya, ―Apakah Aku tidak memberimu nikmat? Apakah Aku

tidak memberimu harta? Lalu dia menjawab, ―Tidak.‖ Allah bertanya lagi, ―Apakah aku tidak mengutus Seorang Rasul kepadamu?‖ Dia menjawab, ―Tidak.‖ Kemudian ia menatap

sebelah kanan dan hanya melihat api neraka. Ia menatap sebelah kiri dan hanya meliat api neraka. Maka hendaklah masing-masing dari kalian takut akan neraka meski hanya sebiji kurma. Apabila kalian tidak memperolehnya cukuplah dengan kalimat yang baik. 218

Maka lihatlah keadaanmu pada saat seperti itu. Kalian berada di antara dua kemungkinan. Entah akan dikatakan kepada kalian, "Telah aku hapus beban-bebanmu selama di dunia, dan pada hari ini Aku berikan ampunan terhadapmu. Dalam kondisi semacam ini, engkau akan merasa bahagia lega, hingga orang-orang terdahulu menginginkan sepertimu. Atau akan dikatakan pada para malaikat, "Ambillah hamba-Ku yang buruk ini, (Allah berfirman): "Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah dia

ke dalam api neraka yang menyala- 219 nyala.” Dan pada kondisi semacam ini, sekiranya langit dan

bumi meratapi keadaanmu, niscaya itu merupakan tabiat alam karena besarnya musibah yang menimpamu, juga oleh karena penyesalanmu telah menyia-nyiakan kesempatan untuk berbuat taat kepada Allah, juga oleh karena engkau telah menjual

218 HR. al-Bukhari (6539) Muslim (1016) dari Ady bin Hatim 219 Al-Haaqah : 30-31 218 HR. al-Bukhari (6539) Muslim (1016) dari Ady bin Hatim 219 Al-Haaqah : 30-31

Jangan lupa untuk memikirkan timbangan (al-mizan) dan tentang catatan amalanmu yang tercerai berai ke kanan dan ke sebelah kirimu. Setelah pertanyaan itu, maka manusia terbagi menjadi tiga bagian; pertama, golongan yang tidak memiliki kebaikan sama sekali. Kedua, golongan yang tidak memiliki keburukan sama sekali. Kepada mereka diperbolehkan memasuki surga Allah swt. Yang pertama kali mendapat giliran adalah orang-orang yang selalu memuji Allah dlam keadaan apapun juga. Kemudian disusul oleh orang-orang yang gemar menjalankan shalat malam. Menyusul kemudian orang- orang yang tidak menyibukkan diri dengan urusan dunia hingga lalai untuk tetap berdzikir kepada Allah. Kepada mereka ini dilimpahkan kebahagiaan tanpa ada derita selamanya. Ketiga, golongan yang memiliki kebaikan sekaligus memiliki keburukan. Golongan ketiga ini merupakan kelompok yang berjumlah paling banyak. Mereka tidak dapat membedakan mana yang lebih unggul, antara kebaikan atau keburukan mereka. Akan tetapi semua itu tidak samar bagi Allah, dan Dia tidak akan lalai untuk memberitahukan kepada mereka. Yang demikian adalah agar mereka mengetahui kebesaran Allah tatkala Ia memberikan maaf-Nya, sebagaimana agar mereka mengetahui keadilan Allah saat Dia menimpakan azab-Nya. Catatan amalan mereka akan tercerai-berai, catatan yang

kebaikan serta keburukan. Pada saat timbangan telah dibentangkan, seluruh pandangan terpaku tajam mengarah pada catatan-catatan amal. Apakah catatan tersebut akan berada di sebelah kiri atau di sebelah kanan. Setelah itu pandangan mengarah ke pusat timbangan, apakah timbangan tersebut akan condong pada

didalamnya

terkandung terkandung

Hasan meriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah menyandarkan kepalanya di pangkuan Aisyah. Rasulullah saw mengantuk hingga tertidur, akan tetapi Aisyah teringat akan akhirat hingga ia menangis dan airmatanya menetes di pipi

Rasulullah saw. Rasulullah terbangun dan berkata, ―Apa yang membuatmu menangis, wahai Aisyah?‖ Aisyah menjawab, Aku

teringat akhirat, adakah engkau mengingatkan keluargamu akan hari kiamat?‖ Rasulullah saw menjawab, ―Demi Allah!

Dalam tiga hal sesungguhnya manusia tidak akan mengingat selain hanya kepada-Nya; pertama, tatkala timbangan telah diletakkan dan seluruh amalan ditimbang hingga semua manusia melihat adakah timbangannya ringan atau berat. Kedua, tatkala catatan diberikan, adakah mereka akan mengambilnya dengan tangan kanan atau tangan kiri. Ketiga pada saat berada di penyeberangan (as-shirath). 221