TANGISAN KARENA DOSA

TANGISAN KARENA DOSA

Dalam tangisannya itu, Aun bin Abdullah menyebut-nyebut dosanya seran ya berkata, ―Betapa diriku ini! Dengan apa lagi aku tidak durhaka kepada Tuhan? Celakalah aku telah berbuar maksiat dengan nikmat-nikmatnya yang ada padaku. Celakalah aku selalu mengikuti kemana kemaksiatan dan dosa menebarkan syahwatnya. Celakahlah aku yang melupakan maut sementara ia tidak akan pernah lupa terhadapku. Celakalah

208 Hilat al-Awliya (6/167) 209 Hilat al-Awliya (10/124-125)

aku jika pada hari kiamat nanti aku terhalang dari Tuhanku. Celakalah aku yang melupakan-Nya padahal Dia tidak pernah lupa terhadapku. Celakalah, bagaimana hidupku bisa terasa nikmat sementara hari-hari kelabu selalu menghantui. Bagaimana penyesalan ini tidak berkepanjangan sementara aku tiada mengerti apa yang akan diperbuat-Nya terhadapku? Atau bagaimana kesenanganku bisa menguat pada rumah yang bukan rumahku? Atau bagaimana aku bisa berkumpul di sana sementara ketetapanku berada di luar? Atau bagaimana harapanku di sana bertambah besar padahal sedikit saja sudah cukup bagiku? Atau bagaimana aku memperolehnya sementara ia semakin dekat dengan orang-orang yang menelusurinya sebelumku? Atau bagaimana tidak aku bersegera melakukan amalan sebelum tertutup pintu taubatku? Bagaimana tidak semakin banyak tangisanku sementara aku tiada mengetahui apa yang akan berlaku atas diriku? Atau bagaimana bisa terasa sejuk mata ini bersama ingatanku akan masa lalu? Atau bagaimana bisa diriku menjadi baik dengan mengingat apa yang ada di hadapanku? Celakalah! Adakah kelalaianku ini mendatangkan madharat orang selain diriku? Adakah orang lain berbuat untukku jika peruntukanku telah lenyap? Celakalah, seolah ajalku telah merenggut, lalu Tuhan mencipta dan memulakanku, lalu memberhentikanku dan menanyaiku, lalu aku menyaksikan urusan yang telah menyesatkanku, lalu aku lebih sibuk untuk diriku sendiri daripada orang lain, lalu gunung-gunung melintas dan tiada setara dengan dosa-dosaku, lalu matahari dan bulan dipertemukan dan atas keduanya itu tiada yang seperti hisab-ku (hitungan), bintang-bintang berjatuhan, namun tiada mencari sesuatupun dariku. Binatang-binatang buas menyalak, namun tiada satupun yang beramal sebagaimana amalanku. Dan seorang anak kecil yang lebih kecil dosanya aku jika pada hari kiamat nanti aku terhalang dari Tuhanku. Celakalah aku yang melupakan-Nya padahal Dia tidak pernah lupa terhadapku. Celakalah, bagaimana hidupku bisa terasa nikmat sementara hari-hari kelabu selalu menghantui. Bagaimana penyesalan ini tidak berkepanjangan sementara aku tiada mengerti apa yang akan diperbuat-Nya terhadapku? Atau bagaimana kesenanganku bisa menguat pada rumah yang bukan rumahku? Atau bagaimana aku bisa berkumpul di sana sementara ketetapanku berada di luar? Atau bagaimana harapanku di sana bertambah besar padahal sedikit saja sudah cukup bagiku? Atau bagaimana aku memperolehnya sementara ia semakin dekat dengan orang-orang yang menelusurinya sebelumku? Atau bagaimana tidak aku bersegera melakukan amalan sebelum tertutup pintu taubatku? Bagaimana tidak semakin banyak tangisanku sementara aku tiada mengetahui apa yang akan berlaku atas diriku? Atau bagaimana bisa terasa sejuk mata ini bersama ingatanku akan masa lalu? Atau bagaimana bisa diriku menjadi baik dengan mengingat apa yang ada di hadapanku? Celakalah! Adakah kelalaianku ini mendatangkan madharat orang selain diriku? Adakah orang lain berbuat untukku jika peruntukanku telah lenyap? Celakalah, seolah ajalku telah merenggut, lalu Tuhan mencipta dan memulakanku, lalu memberhentikanku dan menanyaiku, lalu aku menyaksikan urusan yang telah menyesatkanku, lalu aku lebih sibuk untuk diriku sendiri daripada orang lain, lalu gunung-gunung melintas dan tiada setara dengan dosa-dosaku, lalu matahari dan bulan dipertemukan dan atas keduanya itu tiada yang seperti hisab-ku (hitungan), bintang-bintang berjatuhan, namun tiada mencari sesuatupun dariku. Binatang-binatang buas menyalak, namun tiada satupun yang beramal sebagaimana amalanku. Dan seorang anak kecil yang lebih kecil dosanya

mentaati-Mu, janganlah berpaling dariku pada hari orang-orang berpaling pada-Mu, janganlah Engkau mencelaku aku dengan keburukan serta aibku, jangan pula Engkau hinakan aku karena banyaknya celaku, dengan mata yang mana aku dapat melihat-Mu sementara aku mengetahui semua keburukan dan kebusukanku, bagaimana aku memohon ampun kepada-Mu jika telah terkunci mulutku ini sementara seluruh anggota tubuhku mengatakan semua yang ada dariku, Tuhan, akulah orang yang jika disebut dosa-dosaku maka tiada rasa aman dan nyaman lagi kurasakan, aku bertaubat kepada-Mu, maka terimalah taubatku ini. janganlah Engkau jadikan aku sebagai bahan bakar api neraka setelah aku bertauhid dan beriman berkat rahmat- Mu. 210

JANGAN MERASA TENTERAM TELAH BERBUAT BANYAK Dari Asy‘ats bin Syu‘bah, ia berkata, ―Ibnu Aun berkata,

―Janganlah engkau merasa aman karena banyak beramal. Sekali-kali engkau tidak akan mengetahui apakah ia diterima

atau ditolak. Jangan pula engkau mengimani dosa-dosamu. Sekali-kali engkau tidak mengetahui apakah ia dihapus atau tidak. Sungguh amalan-amalan itu terlepas darimu, engkau tidak mengetahui apa yang Allah perbuatan terhadapnya, adakah Allah akan membuangnya ke penjara (neraka), atau ke

surga.‖ 211