KATAKAN PADA JIWAMU, WAHAI ORANG DURHAKA!

KATAKAN PADA JIWAMU, WAHAI ORANG DURHAKA!

210 Shafwat as-Shafwah (3/102-103) 211 Sya‘bul Iman (7312)

Katakan pada jiwamu: Tidak seharusnya engkau terpedaya oleh kehidupan dunia. Demi Allah sekali-kali jangan engkau terpedaya oleh tipudaya dunia ini. Perlihatkan pada jiwamu betapa keberadaan jiwa itu sangatlah berpengaruh terhadap unsur-unsur hidupmu. Jangan pernah engkau sia-siakan waktu dan kesempatan yang kau miliki, karena hembusan nafas amatlah terbatas. Ketahuilah bahwa sebagian hidup dan milikmu hilang tatkala satu hembusan nafas keluar dari dirimu. Maka pergunakanlah dengan optimal masa sehatmu sebelum tiba masa sakit. Pergunakanlah dengan optimal masa luangmu sebelum terhimpit kesibukan. Pergunakanlah dengan optimal

kemiskinan. Pergunakanlah dengan optimal masa mudamu sebelum menjadi tua. Dan pergunakanlah dengan optimal masa hidupmu sebelum ajal menjemput. Persiapkan segala keperluanmu di akhirat kelak sebanyak yang engkau butuhkan untuk bertahan di sana. Wahai jiwa manusia, adapun jika engkau hendak menyongsong musim dingin, akankah engkau siapkan stamina, selimut, dahan dan ranting kering untuk perapian serta semua yang kau anggap perlu? Dan tidaklah engkau hanya berserah diri kepada Allah tanpa melakukan usaha apapun hingga Dia menghindarkan rasa dingin darimu? Apakah kamu hanya akan mengharap keutamaan dan kemurahan-Nya tanpa mempersiapkan selimut, perapian dan bahan bakar? Meskipun Allah Maha Kuasa atas semua itu. Adakah engkau mengira bahwa kebekuan Jahannam lebih ringan dan lebih singkat daripada dinginnya musim dingin? Sekali-kali tidak seperti apa yang anda sangkakan, atau antara keduanya memiliki kesamaan tertentu terkait dengan rasa derita dan dingin yang ditimbulkannya. Adakah engkau mengira bahwa manusia dapat selamat darinya tanpa daya upaya? Sebagaimana rasa dingin di musim dingin hanya bisa dihindari dengan perapian, selimut dan segenap

masa

kayamu

sebelum

ditimpa

peralatan yang diperlukan, maka panasnya api neraka hanya bisa dihindari dengan perlindungan tauhid dan taat terhadap Allah. Sesungguhnya kemuliaan dan kemurahan Allah terletak pada bagaimana Allah mengajarimu cara-cara berlindung serta menunjukkan kepadamu segala perangkat yang diperlukan. Kemuliaan serta kemurahaan Allah tidak serta merta terlihat dalam bentuk menghindarkan rasa pedih dan derita dari siksa tanpa disertai perlindungan diri. Hal semacam ini dapat difahami bagaimana kemuliaan Allah menghindarkanmu dari rasa dingin di musim dingin dengan menciptakan api agar engkau

menghindar dari cengkeraman rasa dingin yang menusuk tulangmu. Allah menunjukkan kepadamu bagaimana menghasilkan percikan api dengan menyediakan bebatuan serta besi agar engkau dapat melakukan upaya penyelamatan. Sebagaimana membeli ranting, batang kering serta selimut merupakan sesuatu yang tidak perlu bagi Allah swt, melainkan engkau membelinya demi kepentinganmu sendiri, —jadi Allah menciptakan semua itu sebagai sarana engkau menemukan ketenangan —maka demikian pula ketaatan dan usahamu sesuatu yang diperlukan Allah swt, melainkan semua itu adalah jalan menuju keselamatan dirimu sendiri. Barangsiapa berbuat baik, maka kebaikan itu untuk dirinya. Barangsiapa berbuat buruk, maka keburukan itu menjadi tanggungannya. Dan Allah Maha Kaya (tidak membutuhkan apapun) dari seluruh alam.

Waspadalah wahai jiwa manusia! Beranjaklah engkau dari kebodohanmu. Hendaklah engkau menyeimbangkan akhiratmu dengan duniamu. Waspadalah, aku tidak melihatmu melainkan telah terkait erat dengan dunia, hingga engkau merasa berat untuk melepaskan diri darinya. Langkahmu selalu tertuju untuk mendekatinya, sementara jiwamu semakin meyakini keabadian dunia. Engkau lupa akan balasan dan pahala dari

Allah, engkau lalai akan datangnya hari kiamat beserta amukannya. Sekali-kali engkau tidak benar-benar percaya pada kematian yang memisahkan dirimu dengan segala yang kamu sukai itu.

Waspadalah wahai jiwa manusia! Tahukah engkau bahwa orang yang berpaling kepada kelezatan dunia dan bergelut dengannya sedangkan maut selalu menanti, sesungguhnya dia hanya menumpuk penyesalan di hari kematian. Orang yang demikian ibarat membekali diri dengan racun yang membinasakan sementara ia sendiri tidak mengetahuinya.

Wahai jiwa manusia! Tidakkah engkau memperhatikan orang- orang yang telah lalu, bagaimana mereka meniti hidup hingga mereka menjadi orang-orang yang angkuh lagi sombong, lalu mereka lenyap tak berdaya? Tidakkah engkau perhatikan bagaimana Allah mewariskan tanah serta tempat tinggal mereka

mereka? Tidakkah engkau perhatikan bagaimana mereka menumpuk sesuatu yang tidak mereka makan, bagaimana mereka membangun tempat tinggal yang tidak akan mereka huni, bagaimana mereka berandai- andai akan sesuatu yang tidak sanggup mereka gapai? Bagaimana setiap orang membangun gedung-gedung bertingkat yang menjulang ke langit, padahal tempat berakhirnya hanyalah liang kubur yang tergali dalam tanah? Adakah di dunia ini kebodohan dan kekonyolan lebih dari perilaku semacam ini? Setiap orang berlomba membangun dan mengejar dunianya,

kepada

musuh-musuh

akan pergi meninggalkannya. Di sisi lain mereka menelantarkan akhiratnya, padahal sudah pasti mereka akan kembali menuju ke sana. Tidakkah engkau merasa malu membantu orang-orang dungu seperti mereka hanya untuk bermegah-megahan dalam kedunguan itu? Perhatikan dengan seksama, dan waspadalah jika jiwamu bukan tergolong jiwa yang memiliki kecermatan

padahal sudah

pasti mereka pasti mereka

Hendaknya pula setiap orang yang berdosa berani berkata pada jiwanya: Wahai jiwa manusia! Tidakkah engkau melihat pada para penghuni kubur, bagaimana mereka? Dahulu kala mereka adalah orang-orang yang selalu mengumpulkan segala kemewahan dunia, mereka adalah orang-orang yang gemar membangun istana-istana menjulang, mereka adalah orang- orang selalu beranda-andai terlampau jauh, kini apa yang mereka kumpulkan menjadi rusak, bangunan-bangunan mereka berubah menjadi kuburan, dan angan-angan mereka adalah tipu daya semata. Waspadalah wahai jiwa manusia! Adakah engkau mendapat pelajaran dari semua itu? Ataukah engkau mengira mereka dipulangkan ke akhirat sementara engkau akan kekal selamanya? Andaikata demikian, betapa buruk persangkaanmu. Tidaklah engkau melainkan sebutir ciptaan Tuhan yang menanti akhir usia sejak dilahirkan dari rahim ibumu. Karena itu bangunlah di atas bumi ini istanamu, karena sedikit saja dari perut bumi ini akan menjadi kuburmu. Tidakkah engkau merasa takut tatkala jiwamu melayang dari tubuhmu, lalu para malaikat tampak memperingatkanmu akan warnamu yang gelap, wajahmu yang musam, dan mereka memberitahukan kepadamu akan siksa yang pedih? Adakah penyesalanmu bermanfaat pada saat itu? Ataukah ketakutanmu bisa diterima? Dan apakah tangismu akan didengar?

Teramat menakjubkan apabila engkau masih saja mengejar kebanggaan serta kemuliaan semu, sementara gambaran itu adalah pasti. Setiap hari engkau masih saja gemar memperbanyak harta tanpa sedikitpun peduli bahwa umurmu

212 Ihya Ulum ad-Din (4/420) 212 Ihya Ulum ad-Din (4/420)

Berhati-hatilah wahai jiwa manusia yang sangat miskin, waspadalah pada hari tatkala Allah memenuhi janjinya, bahwa Dia tidak akan meninggalkan seorangpun tanpa menanyakan amalannya selama di dunia. Maka perhatikanlah! Dengan apa engkau akan berdiri di hadapan Tuhanmu, dan dengan lidah yang mana engkau akan menjawab pertanyaan dari-Nya? Karena itu siapkanlah untuk setiap pertanyaan sebuah jawaban, pastikanlah

adalah benar. Pergunakanlah sisa harimu yang sedikit ini untuk masa yang sangat panjang kelak. Persiapkanlah dirimu dengan amalan di tempat yang akan sirna ini untuk menyongsong rumah abadi kelak. Pergunakanlah semua karunia Tuhanmu di alam derita ini demi meraih surga yang kekal abadi. Lakukanlah segera, sebelum engkau menjadi objek perlakuan kelak. Hengkanglah dari cengkeraman dunia ini dan bebaskan dirimu, sebelum engkau dipaksa hengkang darinya. Jangan pernah berbangga dengan semua tipu daya dunia, bisa jadi kebanggaan itu adalah petaka, dan bisa jadi petaka itu tidak terasa. Maka celakalah

sementara ia tidak menyadarinya. Celakalah dia yang masih saja tertawa dan berbangga, yang masih saja berhura-hura dan berpesta, yang

orang

yang

celaka celaka

Hendaklah perhatianmu ke dunia ini adalah sebagai pelajaran, hendaklah apa yang kamu kejar darinya tidak lebih sebagai desakan sebatas keperluan, dan hendaklah penolakanmu terhadapnya adalah berdasarkan pilihan sadarmu. Adapun pencarianmu untuk kepentingan diakhirat hendaklah saling berebut. Janganlah engkau menjadi orang yang lemah untuk dapat mensyukuri apa yang diberi dan menuntut lebih dari apa yang ada. Jangan pula engkau termasuk dalam kategori orang yang suka menghalang-halangi (mengakhiri) kepentingan orang lain sementara kepentinganmu tidak engkau akhiri. Ketahulilah bahwa agama tidak dapat diwakilkan, iman tidak dapat digantikan, dan jasad tidak dapat dimundurkan. Maka barangsiapa yang menjadikan malam serta siang sebagai tunggangannya, nscaya ia akan dijalankan, meskipun ia sendiri tidak berjalan.

Hendaklah engkau mengambil nasehat yang baik ini, wahai jiwa manusia yang miskin. Hendaklah pula engkau menerima sepenuh hati semua petuah bijak ini. Karena siapa yang berpaling dari nasehat baik ini berarti ia rela di neraka. Sementara aku melihatmu tidak sebagai jiwa yang rela menerima api neraka sebagai tempat kembali. Tidak pula aku melihat nasehat baik ini sebagai omong kosong. Karenanya, apabila kebekuan hatimu menjadi penghalang untuk menerima nasehat baik ini, hendaklah engkau senantiasa berusaha dengan tahajjud dan shalat malam untuk meluluhkan hati. Apabila masih saja hati itu mengeras, hendaklah engkau biasakan diri berpuasa. Jika tidak juga berubah, hendaklah engkau mengurangi bicara serta berkumpul di keramaian orang-orang. Jika masih saja membatu, hendaklah melakukan Hendaklah engkau mengambil nasehat yang baik ini, wahai jiwa manusia yang miskin. Hendaklah pula engkau menerima sepenuh hati semua petuah bijak ini. Karena siapa yang berpaling dari nasehat baik ini berarti ia rela di neraka. Sementara aku melihatmu tidak sebagai jiwa yang rela menerima api neraka sebagai tempat kembali. Tidak pula aku melihat nasehat baik ini sebagai omong kosong. Karenanya, apabila kebekuan hatimu menjadi penghalang untuk menerima nasehat baik ini, hendaklah engkau senantiasa berusaha dengan tahajjud dan shalat malam untuk meluluhkan hati. Apabila masih saja hati itu mengeras, hendaklah engkau biasakan diri berpuasa. Jika tidak juga berubah, hendaklah engkau mengurangi bicara serta berkumpul di keramaian orang-orang. Jika masih saja membatu, hendaklah melakukan

Andaikata tiada tempat lagi di jiwamu untuk mendengar dan menerima nasehat-nasehat baik, lenyaplah harapan dari dirimu. Padahal berputus harapan adalah dosa yang sangat besar di sisi Allah swt. Jadi tiada jalan lagi bagimu untuk menggapai harapan tatkala jalan kebaikan tertutup darimu. Mulai sekarang, tataplah dirimu. Adakah perasaan takut dan khawatir dalam dirimu atas musibah ini? Dan adakah engkau mempersilahkan airmata menetes sebagai rasa iba yang muncul dari dirimu atas kondisi jiwamu itu? Jika engkau mempersilahkan air mata itu menetes, pertanda rasa iba yang muncul dari samudera jiwamu, maka kesempatan untuk menggapai harapan masih terbuka. Mulailah engkau biasakan diri untuk menangis dan meratap, mohonkan pertolongan dari Allah Yang Maha Pengasih. Mengadulah kepada-Nya akan semua penyesalanmu. Jangan pernah merasa bosan untuk selalu mengadu di hadapan-Nya. Semoga Allah mengasihi kelemahanmu itu dan melimpahkan rahmat-Nya.

Sesungguhnya musibah (dosa) yang menimpamu teramat banyak, keterpurukanmu teramat panjang, sementara jalanmu nyaris terputus, penopangmu nyaris lenyap. Tiada tempat dan tujuan di hadapanmu, dan tiada lagi pelarian selain hanya kepada Tuhan Yang Maha Agung dan luas karunia-Nya.

Segeralah merapat kepada- Nya dengan ibadah yang khusu‘. Lakukanlah semua pendekatan yang tulus dan patuh sebanding kebodohanmu dan sebanyak dosa-dosamu. Karena Allah mengasihi ibadah orang-orang yang terhina lagi fakir. Allah mengabulkan permintaan orang yang terundung derita dan menjawab doa orang-orang yang tidak lagi punya pilihan selain kepada-Nya.

Hari ini, engkau tidak bisa lagi menghindarkan dirimu untuk tidak merujuk kepada-Nya. Tiada lagi tempatmu memperoleh rahmat selain daripada-Nya, karena jalanmu telah terhimpit dan ruangmu telah menjadi sempit, harapanmu telah rontok, berbagai nasehat tidak membawa hasil apapun dalam dirimu, caci maki dan hinaan tiada lagi dapat merubahmu. Karena itu satu-satunya harapan adalah datang dari Yang Maha Mulia, Yang Maha Bijaksana, yang karunianya Maha Luas, dan yang ampunan-Nya amat menyeluruh.

Katakanlah: ya arhamarrahimin, ya rahman ya rahim, ya halim ya azhim! Aku adalah hamba yang bergelimang dosa, aku adalah durja yang tak terkira, aku adalah hamba yang tidak pernah merasa malu melakukan kemaksiatan. Di sini, inilah tempat seorang pemohon yang rendah lagi hina, tempat bagi orang yang kehabisan asa, yang fakir lagi tercela, tempat orang yang binasa tenggelam dalam lumpur dosa. Kabulkanlah harapanku, berikanlah celah untukku, perlihatkanlah bekas- bekas rahmat-Mu terhadapku, suapilah hamba-Mu dengan jawaban maaf-Mu, dan karuniakanlah kepadaku kekuatan dari kebesaran-Mu, wahai Tuhan Yang Maha Pengasih. 213