mati karena mereka tidak dapat energi dan karbon untuk memproduksi bahan kayu serta lignin untuk mendukung ukuran mereka agar menjadi pohon dewasa.
4.2 Kekayaan Jenis Kecambah yang Tumbuh Pada Setiap Ketinggian
Indeks nilai penting menyatakan kepentingan suatu jenis tumbuhan serta memperlihatkan peranannya dalam komunitas, dimana nilai penting itu didapat
dari hasil penjumlahan Kerapatan Relatif KR dan Frekuensi Relatif FR. Dari hasil penelitian didapatkan nilai KR, FR dan INP seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Jenis Kecambah Dengan Nilai Kepadatan Relatif KR, Frekuensi Relatif FR dan Indeks Nilai Penting INP Pada Setiap ketinggian
NO Ketinggian 1700 – 1800 mdpl
Jenis Famili
Jumlah KR
FR INP
1 Ageratum sp
Asteraceae 21 11,602
7,937 19,539 2
Amaranthus sp Amaranthaceae
34 18,785 9,524 28,308
3 Aralia sp
Araliaceae 4
2,210 3,175
5,385 4
Asystasia intrusa Achantaceae
7 3,867
6,349 10,217 5
Axonophus sp Poaceae
6 3,315
3,175 6,490
6 Boehmeria sp
Urticaceae 3
1,657 1,587
3,245 7
Clerodendrum sp Verbenaceae
5 2,762
3,175 5,937
8 Cassia sp
Caesalpiniaceae 1
0,552 1,587
2,140 9
Perottetia alpestris Celastraceae
4 2,210
1,587 3,797
10 Homalanthus sp
Euphorbiaceae 2
1,105 3,175
4,280 11
Macaranga tanaria Euphorbiaceae
6 3,315
6,349 9,664
12 Melastoma malabathricum
Melastomaceae 15
8,287 12,698 20,986 13
Mikania micrantha Asteraceae
5 2,762
6,349 9,112
14 Scindapsus sp
Araceae 1
0,552 1,587
2,140 15
Stachytarpheta mutabilis Verbenaceae
1 0,552
1,587 2,140
16 Strobilanthes paniculata
Achantaceae 17
9,392 3,175 12,567
17 Urtica Urens
Urticaceae 1
0,552 1,587
2,140 18
Vaccinium ovatum Ericaceae
1 0,552
1,587 2,140
19 Vaccinium sp
Ericaeeae 6
3,315 6,349
9,664 20
Vitex coriacea Verbenaceae
38 20,994 15,873 36,867 21
Wedelia sp Asteraceae
3 1,657
1,587 3,245
TOTAL 181
100 100
200 Ketinggian 1800 – 1900 mdpl
1 Ageratum sp
Asteraceae 5
4,348 4,348
8,696 2
Amaranthus sp Amaranthaceae
3 2,609
6,522 9,130
3 Aralia sp
Araliaceae 1
0,870 2,174
3,043 4
Asystasia intrusa Achantaceae
22 19,130 23,913 43,043 5
Cocculus hirsutus Menispermaceae
3 2,609
6,522 9,130
6 Cyperus sp
Cyperaceae 2
1,739 4,348
6,087 7
Macaranga tanaria Euphorbiaceae
1 0,870
2,174 3,043
8 Mediniela sp
Melastomataceae 1
0,870 2,174
3,043 9
Melastoma malabathricum Melastomaceae
63 54,783 28,261 83,043 10
Mikania micrantha Asteraceae
7 6,087 10,870 16,957
11 Vaccinium ovatum
Ericaceae 1
0,870 2,174
3,043 12
Vaccinium sp Ericaceae
3 2,609
4,348 6,957
13 Vitex coriacea
Verbenaceae 3
2,609 2,174
4,783 TOTAL
115 100
100 200
Ketinggian 1900 – 2000 mdpl
1 Asystasia intrusa
Asteraceae 18 10,056 24,324 34,380
2 Cyperus sp
Cyperaceae 4
2,235 5,405
7,640 3
Mediniela sp Melastomataceae
2 1,117
5,405 6,523
4 Melastoma malabathricum
Melastomaceae 130 52,626 32,432 85,058
5 Mikania micrantha
Asteraceae 4
2,235 8,108 10,343
6 Scheflera sp
Araliaceae 1
0,559 2,703
3,261 7
Vaccinium sp Ericaceae
19 10,615 18,919 29,533 8
Vitex coriacea Verbenaceae
1 0,559
2,703 3,261
TOTAL 179
100 100
200 Ketinggian 2000 – 2100 mdpl
1 Asystasia intrusa
Achantaceae 13
7,065 21,622 28,687 2
Cyperus sp Cyperaceae
7 3,804 10,811 14,615
3 Macaranga tanaria
Euphorbiaceae 1
0,543 2,703
3,246 4
Melastoma malabathricum Melastomaceae
148 60,435 37,838 98,273 5
Mikania micrantha Asteraceae
7 3,804 16,216 20,021
6 Peperomia sp
Piperaceae 2
1,087 2,703
3,790 7
Vaccinium sp Ericaceae
6 3,261
8,108 11,369 TOTAL
184 100
100 200
Ketinggian 2100 – 2200 mdpl
1 Asystasia intrusa
Achantaceae 18 10,056 37,931 47,987
2 Cyperus sp
Cyperaceae 5
2,793 3,448
6,242 3
Melastoma malabathricum Melastomaceae
152 44,916 48,276 93,192 4
Mikania micrantha Asteraceae
4 2,235 10,345 12,579
TOTAL 179
100 100
200 Ketinggian 2200 – 2300 mdpl
1 Asystasia intrusa
Achantaceae 16
7,921 25,641 33,562 2
Cyperus sp Cyperaceae
12 5,941
5,128 11,069 3
Melastoma malabathricum Melastomaceae
133 55,842 35,897 91,739 4
Mikania micrantha Asteraceae
37 18,317 25,641 43,958 5
Scheflera sp Araliaceae
2 0,990
2,564 3,554
6 Strobilanthes panniculata
Amaranthaceae 1
0,495 2,564
3,059 7
Vitex coriacea Verbenaceae
1 0,495
2,564 3,059
TOTAL 202
100 100
200 Ketinggian 2300 – 2400 mdpl
1 Asystasia intrusa
Achantaceae 13 24,074 33,333 57,407
2 Cyperus sp
Cyperaceae 1
1,852 4,762
6,614 3
Melastoma malabathricum Melastomaceae
37 58,519 47,619 96,138 4
Vaccinium sp Ericaceae
2 3,704
9,524 13,228 5
Vitex coriacea Verbenaceae
1 1,852
4,762 6,614
TOTAL 54
100 100
200 Ketinggian 2400 – 2450 mdpl
1 Asystasia intrusa
Achantaceae 8 12,121 35,294 47,415
2 Melastoma malabathricum
Melastomaceae 57 46,364 48,824 95,187
3 Vaccinium sp
Ericaceae 1
1,515 5,882
7,398 TOTAL
66 100
100 200
Keterangan: Pohon Tumbuhan Bawah
Nilai INP tertinggi pada ketinggian 1700-1800 mdpl terdapat pada jenis Vitex coriacea dengan nilai 20,994 dan untuk jenis terendah terdapat pada jenis
Cassia sp, Scindapsus sp, Stachytarpheta mutabilis, Urtica Urens dan Vaccinium
ovatum dengan nilai INP masing-masing 0,552 . Dari Tabel 3 Vitex coriacea memiliki jumlah terbanyak pada ketinggian 1700-1800 mdpl dengan jumlah 38
individu dan menyebar secara merata pada setiap ketinggian. Berdasarkan jenis- jenis tumbuhan yang berada di atasnya Lampiran 5, jenis Vitex coriacea tidak
ditemukan pada seluruh ketinggian, bahkan biji pada jenis Vitex coriacea juga tidak ditemukan di permukaan tanah pada lokasi penelitian. Akan tetapi, dalam
penelitian Ihsan 2010 jenis Vitex coriacea ini ditemukan pada hutan Gunung Sinabung jalur Lau Kawar, hal ini mungkin terjadi karena biji dari jenis Vitex
coriacea yang ditemukan berasal dari daerah lain yang dipancarkan oleh hewan atau angin kemudian menyebar secara merata pada setiap ketinggian di Gunung
Sinabung untuk jalur Sigarang-garang.
Biji Vitex coriacea merupakan tanaman hutan yang berbuah sepanjang tahun dengan jumlah biji 10.500 bijikg dan memiliki berat biji yang sangat ringan
0,2-0,3 gram Benih Tanaman Hutan Indonesia, 2010. Menurut Willson Anna 2000 biji yang ditemukan jauh dari pohon asalnya adalah biji yang disebarkan
oleh angin dan hewan seperti burung dan kalelawar. Sebuah studi yang dilakukan Whittaker dan Jones 1994 menunjukkan 30 flora di Gunung Krakatau
memiliki penyebaran yang sangat luas bahkan meliputi seluruh area pegunungan yang disebabkan oleh angin. Selanjutnya Elliott et al., 2006 menambahkan
sebagian besar anak pohon yang tumbuh pada daerah yang awalnya tidak berhutan, dapat dipastikan bahwa jenis tersebut berkecambah dari biji yang tertiup
angin ke lokasi tersebut atau dibawa oleh burung, kelelawar atau jenis hewan lainnya.
Selanjutnya Willson Anna 2000 menambahkan ada beberapa perbedaan penyebaran biji oleh hewan yang mempengaruhi laju perkecambahan
yaitu berdasarkan ukuran dan jenis biji. Penyebaran biji berdaging akan sangat berbeda dengan penyebaran biji yang tidak berdaging dan relatif lebih ringan.
Penyebaran buah berdaging akan sangat disukai oleh jenis burung, sehingga penyebarannya relatif lebih jauh. Untuk biji yang berukuran sangat ringan akan
mudah dibawa oleh angin yang menyebar jauh dari sumber biji. Akan tetapi pola penyebaran ini berbeda dengan biji-biji yang dibawa oleh tikus, tupai dan hewan
pengerat lainnya yang pola penyebarannya tidak akan jauh dari sumber biji.
Faktor lain yang menyebabkan tingginya jumlah jenis Vitex coriacea ini adalah faktor lingkungan seperti Jumlah sinar matahari, jumlah air, keadaan tanah
dan keadaan jenis tanah sangat mempengaruhi suatu jenis tanaman untuk mampu bertahan pada suatu habitat. Hal ini sesuai dengan Resosoedarmo et al., 1989
karakteristik dari hutan hujan tropis adalah mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi dan hanya jenis-jenis tertentu saja yang dapat toleran dan mampu
hidup pada habitat yang sangat ekstrim tempat terbuka, cahaya matahari penuh, temperatur tinggi, dampak air hujan tinggi, tekstur tanah padat dan keras, dan hara
makanan masih terikat pada batu-batuan. Bagi vegetasi yang memang membutuhkan kondisi lingkungan yang demikian untuk pertumbuhannya akan
tumbuh dengan baik dan bagi jenis yang tidak toleran tidak akan ditemui.
Pada ketinggian 1800-1900 mdpl sampai dengan ketinggian 2400-2450 mdpl INP tertinggi ditemukan pada jenis Melastoma malabathricum dengan rata-
rata nilai INP berkisar antara 83,043-98,273. Jenis Melastoma malabathricum memiliki jumlah individu yang besar pada setiap ketinggian. Hal ini juga
didukung oleh Lampiran 4, jenis Melastoma malabathricum merupakan jenis yang memiliki jumlah terbanyak dan tumbuh pada setiap ketinggian. Biji
Melastoma malabathricum berukuran sangat kecil dan keras berwarna coklat muda dan berkembang biak dengan biji serta dapat tumbuh hingga ketinggian
2500 mdpl di tempat terbuka Nasution, 1986. Hal inilah yang menyebabkan penyebaran biji Melastoma malabathricum sangat mudah di hutan Gunung
Sinabung. Di hutan Gunung Sinabung jalur Sigarang-garang merupakan jalur erupsi letusan pada tahun 2010 yang mengakibatkan hilangnya sebagian vegetasi
tumbuhan khususnya pohon yang mengakibatkan hilangnya tutupan tajuk hutan tersebut, terbukanya hutan Gunung Sinabung jalur Sigarang-garang
memungkinkan jenis Melastoma malabathricum tumbuh baik dan menyebar
secara merata. Melastoma malabathricum merupakan tumbuhan bawah yang banyak tumbuh pada hutan terbuka yang memiliki struktur tanah keras dan
berbatu. Menurut Rifai 1993 untuk tempat-tempat yang tidak ternaungi biasanya akan banyak tumbuh jenis-jenis Melastomaceae dan Poaceae.
Melastoma malabathricum mempunyai sifat khusus yaitu dapat tumbuh baik pada kisaran pH yang rendah dan cekaman Al. Gunung Sinabung jalur
Sigarang-garang memiliki pH berkisar 4,2 – 5,4 dan kadar Al sebesar 22,5 – 45,0 m.e100 Tabel 11. Faktor inilah yang menyebabkan jenis Melastoma
malabathricum dapat tumbuh baik di daerah tersebut. Berdasarkan analisis tanah di laboratorium, kandungan alumunium pada tanah di ketinggian 2400-2450 mdpl
sangat tinggi yaitu sebesar 40,00 m.e100. Faktor inilah yang menyebabkan tumbuhan Melastoma malabathricum dapat tumbuh karena jenis Melastoma
malabathricum dapat tumbuh baik pada pH rendah dan cekaman Al. Menurut Muhaemin 2008 Melastoma malabathricum dapat tumbuh pada pH yang
rendah, bahkan Tanaman ini tahan terhadap cekaman Al dan mampu mengakumulasi Al mencapai 14.4 g.kg-1 berat kering daunnya tanpa
mengakibatkan kematian. Kemampuan tumbuh pada pH rendah dan aluminium yang tinggi, memungkinkan Melastoma dapat dijadikan indikator lahan kritis,
khususnya yang mempunyai pH rendah. Kemampuan Melastoma menyerap alumunium dapat dijadikan landasan pemanfaatan tumbuhan ini sebagai alat
fitoremediasi.
Pada Gambar 1 terlihat sebaran famili berdasarkan ketinggian tempat di Gunung Sinabung Jalur Sigarang-garang. Semakin naiknya ketinggian, maka
semakin menurun jumlah famili yang ditemukan, hanya jenis-jenis dari famili tertentu saja yang ada pada setiap ketinggian yaitu famili dari Melastomaceae.
Jenis Melastomaceae adalah famili yang memiliki jenis yang dapat tumbuh di hutan terbuka dan dapat bertahan pada pH rendah serta tahan terhadap cekaman
Al. Hutan Gunung Sinabung jalur Sigarang-garang merupakan jenis hutan terbuka
yang diakibatkan oleh letusan gunung tersebut pada tahun 2010. Letusan tersebut juga mengakibatkan naiknya pH dan kadar Al yang dibawa oleh abu vulkanik.
Gambar 1. Sebaran Famili Untuk Setiap Kecambah Pada Setiap Ketinggian
Pada hasil uji ANOVA RAL Faktorial antara jumlah jenis dan ketinggian tempat menunjukan bahwa jumlah jenis kecambah tidak dipengaruhi oleh
kedalaman tanah, melainkan dipengaruhi oleh ketinggian tempat Tabel 4
Tabel 4. Hasil Uji ANOVA RAL Faktorial Untuk Jumlah Jenis
Source Type III Sum
of Squares df
Mean Square
F Sig.
Corrected Model 114,367
23
a
4,972 4,931
,000 Intercept
700,833 1
700,833 695,041 ,000
Faktor_A 95,833
7 13,690
13,577 ,000
Faktor_B 2,067
2 1,033
1,025 ,363
Achantaceae Amaranthaceae Araceae Araliaceae Asteraceae Caesalpiniaceae
Euphorbiaceae Ericaeeae Achantaceae Araliaceae Asteraceae
Amaranthaceae Cyperaceae Euphorbiaceae Ericaceae
M l
1700-1800 mdpl
Asteraceae Araliaceae Cyperaceae Ericaceae Melastomaceae Melastomataceae Verbenaceae
1800-1900 mdpl
Achantaceae Asteraceae Cyperaceae Euphorbiaceae
i l
i
2000-2100 mdpl
2100-2200
Achantaceae Asteraceae Cyperaceae
2200-2300 mdpl
Achantaceae Amaranthaceae Araliaceae Asteraceae Cyperaceae Melastomaceae
Verbenaceae
2300-2400 mdpl
Achantaceae Cyperaceae Ericaceae Melastomaceae Verbenaceae
2400-2450 mdpl
Achantaceae Ericaceae
Puncak
Faktor_A Faktor_B 16,467
14 1,176
1,166 ,313
Error 96,800
96 1,008
Total 912,000
120 Corrected Total
211,167 119
Keterangan: R Squared = ,542 Adjusted R Squared = ,432
A = Ketinggian Tempat B = Kedalaman Tanah
Tabel 4 menunjukkan signifikansi ketinggian tempat terhadap jumlah jenis menunjukkan angka 0,000 pada taraf 5 yang berarti berbeda nyata Sig 0,05
. Sedangkan pada kedalaman tanah angka signifikansi menunjukan 0,363 pada taraf 5 yang berarti tidak berbeda nyata Sig 0,05. Angka tersebut
menunujukan bahwa jumlah jenis kecambah sangat dipengaruhi oleh ketinggian tempat, karena masing-masing jenis tanaman memiliki karakteristik tempat
tumbuh yang berbeda. Distribusi jenis-jenis tumbuhan sangat dipengaruhi oleh ketinggian tempat dan perubahan jenis tanah. Perubahan penting pada tanah
diakibatkan karena dengan meningkatnya ketinggian maka akan terjadi penurunan pH, peningkatan karbon organik dan penurunan kedalaman perakaran.
Dalam hubunganya dengan faktor fisik kimia lingkungan, pH semakin menurun dengan naiknya ketinggian tempat. Pada hutan Gunung sinabung jalur
Sigarang-garang pH di ketinggian 1700-1800 mdpl tercatat 5,4 sedangkan pH di ketinggian 2400-2450 mdpl terjadi penurunan sebesar 4,2. Selain itu, kandungan
C-organik menunjukan jumlah yang besar yaitu 1`3,07 dengan N-total 0,45 . Kandungan C-organik dan N-total pada ketinggian 2400-2450 mdpl merupakan
jumlah terbesar dibandingkan dengan di ketinggian lainya Tabel 11. Menurut Yasin et al., 2010 bahwa faktor yang mempengaruhi tersedianya P yang
terpenting adalah pH tanah, dimana P paling mudah diserap oleh tanaman pada pH netral pH 6-7. Dalam tanah masam banyak unsur P yang telah berada dalam
tanah yang terikat oleh Fe dan Al sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Disamping itu tingginya kandungan P pada topografi puncak juga disebabkan oleh
sumbangan asam-asam organik yang dihasilkan selama proses dekomposisi bahan organik. Asam-asam organik tersebut akan mengikat Al dengan membentuk
senyawa komplek dengan Al sehingga P yang terikat oleh Al akan terlepas dan
menjadi tersedia. Semakin besar kandungan bahan organik di dalam tanah maka akan semakin besar pula kandungan P- tersedia di dalam tanah.
4.3 Jenis Biji yang Ditemukan Pada Lokasi Penelitian