Latar Belakang KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gunung Sinabung meletus pada tanggal 29 Agustus 2010 setelah 400 tahun tidak aktif. Pada tanggal 3 September 2010 kembali meletus, dan 7 September 2010 terjadi letusan terbesar sejak gunung tersebut menjadi aktif. Suara letusan ini terdengar sampai jarak 8 km, debu vulkanik tersebut tersembur hingga 5.000 meter di udara mulai dari berukuran besar sampai berukuran yang lebih halus. Letusan Gunung Sinabung berdampak hebat bagi vegetasi dan lingkungan hutan gunung Sinabung. Rusaknya vegetasi akan sangat berdampak terhadap habitat berbagai organisme sehingga biodiversitas akan menurun dan keseimbangan ekologis menjadi terganggu. Namun seiring dengan perubahan waktu, hutan dengan segala kemampuannya akan membentuk kembali suatu ekosistem yang baru yang memiliki variasi tipe komposisi jenis pohon yang ada. Hal tersebut dapat terjadi karena jenis-jenis dominan pada lapisan utama hutan klimaks tidak selalu dominan pada lapisan di bawahnya. Menurut Utomo 2006a jenis hutan klimaks memiliki benih yang beradaptasi untuk perkecambahan di lantai hutan yang lembab. Umumnya jenis ini sangat sensitif terhadap suhu lingkungan. Sebagian besar jenis-jenis benih di hutan klimaks memiliki produksi benih yang tidak menentu. Benih dapat berkecambah karena berbagai mekanisme yang dipengaruhi faktor-faktor di dalam benih seperti ukuran biji, jenis biji dan penghambat perkecambahan serta faktor-faktor lingkungan di luar benih seperti suhu, intensitas cahaya, tutupan kanopi dan ketinggian tempat. Penelitian mengenai bank biji sudah banyak dilakukan, antara lain pada penelitian Sawaliyah tahun 2011 ditemukan 20 jenis biji yang tumbuh pada bak- bak penelitian di rumah kasa dan dari jenis tersebut didapatkan 9 jenis pohon dan 11 jenis tumbuhan bawah. Selain itu, pada penelitian Zuhri tahun 2011 ditemukan 37 jenis biji yang dapat berkecambah untuk jumlah individu terbanyak terdapat pada jenis paku-pakuan. Studi mengenai potensi cadangan biji di dalam tanah soil seed bank dapat menjadi salah satu upaya untuk mengetahui ketersediaan biji di dalam tanah dalam rangka regenerasi vegetasi di atasnya Zobel et al., 2007. Informasi tentang cadangan biji di dalam tanah penting dalam studi ekologi komunitas karena dapat menggambarkan vegetasi yang ada di atasnya dan juga untuk mengetahui potensi jenis tanaman lain yang akan tumbuh di habitat tersebut Wang et al., 2009; Zobel et al., 2007.

1.2 Permasalahan