yang ada di kota Medan. Namun gedung-gedung tinggi nantinya yang akan dibangun tetap dapat menciptakan ruang terbuka hijau dengan cara menanam bibit
pohon diatas gedung dengan menggunakan vas bunga. Terkait mengenai fungsi ruang terbuka hijau yang dimana banyak disalah
fungsikan oleh masyakarat yaitu banyaknya masyarakat kota Medan yang berkunjung ke taman-taman yang seharusanya dijaga kebersihannya dan
fungsinya namun masyarakat tidak memperhatikan tindakan yang telah dilakukannya dapat merusak taman contohnya banyak masyarakat yang
berkunjung ke taman dengan memakirkan sepeda motornya ke dalam taman sehingga merusak keindahan rumput-rumput yang ada di taman. Selain itu ada
juga para pedagang kaki lima yang berdagang di dalam taman sehingga merusak keindahan taman karena masyarakat yang berkunjung ke taman membuang
sampah makanan baik sampah organik maupun anorganik sembarangan sehingga udara di taman tidak sehat yang disebabkan sampah-sampah tersebut.
C. Kendala Yang Dihadapi Dalam Membangun Ruang Terbuka Hijau
Hambatan yang dialami Pemerintah Kota Medan dalam membangun ruang terbuka adalah kurangnya penyediaan dana, banyaknya bangunan-bangunan yang
begitu marak hingga memakan banyak lahan kosong yang seharusnya dapat dijadikan ruang terbuka hijau mengingat proporsi ruang terbuka hijau yang masih
minim di kota Medan. Dan tidak adanya dukungan dari masyarakat yang seharusnya ikut berpartisipasi dalam membangun ruang terbuka hijau.
Kendala yang dihadapi Dinas Pertamanan maupun Pemerintah Kota Medan salah satunya adalah mengenai penyediaan dana yang tidak memadai.
Universitas Sumatera Utara
Kurangnya dana untuk melestarikan dan menjalankan program-program yang telah ada pada badan ataupun dinas terkait untuk membangun ruang terbuka hijau
di kota Medan menyebabkan minimnya ruang terbuka hijau di kota Medan. Karena semua kegiatan pelestarian dan pembangunan ruang terbuka hijau
terhambat. Sampai saat ini dikatakan bahwa Pemerintah Kota Medan akan mealokasikan dana APBD guna menambah lahan setiap tahunnya sebesar 300-400
meter ternyata tidak benar adanya, Pemerintah Kota Medan hanya saja mencanangkan dana sekitar 20-30 milyar untuk menjalankan program-program
kegiatan pelestarian ruang terbuka hijau agar kota Medan menjadi kota hijau tetap sumber dana tersebut dari pengalokasian dari dana APBD dan masing-masing
kegiatan untuk mewujudkan kota Medan sebagai kota hijau memiliki anggaran masing-masing dari setiap kegiatan yang dilakukan oleh penanggung jawab.
Namun kebijakan yang dilakukan Pemerintah Kota Medan tersebut sampai saat ini belum diketahui oleh pihak Dinas Pertamanan sebagai pengelola taman-taman
kota maupun ruang terbuka hijau lainnya yang ada di kota Medan. Kebijakan yang dibuat Pemerintah Kota Medan mengenai penyediaan dana tersebut juga tetap
tergantung oleh nilai jual objek pajak. Kebijakan yang diambil mengalami banyak kendala dikarenakan juga oleh
faktor semakin mahalnya lahan di arela perkotaan dan banyaknya bangunan- bangunan yang memakan banyak lahan kosong yang seharusnya dijadikan ruang
terbuka hijau. Lahan kosong tersebut lebih banyak dimanfaatkan nilai ekonomisnya dengan setinggi-tingginya bagi para pemilik lahan yang mampu
membeli lahan dengan mahal ataupun perusahaan-perusahaan bisnis yang mampu membeli lahan walaupun lahan tersebut dijual dengan harga tinggi demi
Universitas Sumatera Utara
memperoleh pendapatan perusahaannya. Dinas Pertamanan sangat sulit menyesuaikan kebutuhan layanan publik seperti banyaknya taman yang harus
dibangun oleh Dinas Pertamanan, apakah taman tersebut sesuai dengan kebutuhan publik Kota Medan. Ditambah lagi karena adanya masalah masih banyaknya
bangunan-bangunan dan gedung-gedung tinggi yang tidak menyediakan ruang terbuka hijau, padahal Pemerintah Kota Medan telah membuat peraturan bagi
setiap yang mendirikan bangunan maupun gedung-gedung tinggi diwajibkan menyediakan ruang terbuka hijau di sekitar bangunannya dan itu telah dituangkan
dalam bentuk Peraturan Daerah Nomor 13 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota dan juga adanya masalah mengenai lahan-lahan yang akan
dibangun ruang terbuka hijau telah dibangun pemukiman penduduk ataupun bangunan-bangunan sebagai pusat kegiatan ekonomi yang bersifat bisnis. Semua
ini dikarenakan Dinas Pertaman tidak mempunyai dana untuk membeli lahan milik warga tersebut dan tidak sesuai dengan kemampuan keuangan Dinas
Pertamanan yang telah dianggarkan dari APBD oleh Pemerintah Kota Medan sehingga lahan dijual kepada pihak yang memiliki dana besar lain seperti
Developer. Sementara itu dari lain pihak sarana dan prasaran penunjang operasional
dalam mengelola Ruang Terbuka Hijau masih sangat minim, belum terpenuhi dan belum mampu dimiliki oleh Dinas Pertamanan sendiri karena alasan berbagai
faktor lain minimnya dana dari anggaran APBD yang diterima oleh Dinas Pertamanan. Dari pihak luar dalam hal ini masih kurangnya kesadaran masyarakat
untuk menjaga dan melindungi fasilitas yang telah dibangun maksudnya adalah masyarakat kurang peduli terhadap keindahan kota yang ada saat ini seperti
Universitas Sumatera Utara
merusak keindahan taman dengan berjualan ditaman-taman dengan membangun lapak atau tenda sehingga membuat tanaman sulit untuk tumbuh karena
kekurangan oksigen, berkunjung ke taman dengan memakirkan kendaraannya ke dalam taman sehingga merusak tanaman yang ada ditaman, menginjak tanaman-
tanaman di berm dan pulau jalan dan sebagainya. Dalam hal pertisipasi dan peran
serta masyarakat dalam mendukung pemerintah kota masih rendah.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Fungsi ruang terbuka hijau bagi masyarakat dan pengembang kota sebagai
area rekreasi, sosial budaya, estetika, ekologis, fisik kota dan nilai ekonomis cukup tinggi.
2. Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan RTHKP adalah salah satu
unsur utama kota yang harus dipenuhi, karena secara garis besar berfungsi sebagai “paru-paru” kota, dan bila standar minimal keberadaannya tidak
terpenuhi, maka akan berakibat buruk kepada prikehidupan manusia itu sendiri.
3. Hambatan yang dialami Pemerintah Kota Medan dalam membangun ruang
terbuka hijau di Kota Medan lebih cenderung pada masalah keterbatasan lahan kota dan dana, disamping itu pembangunan secara ekonomi sering
kali didahlukan dan kurang ramah lingkungan. Lahan-lahan ruang terbuka hijau pun secara bertahap berubah fungsi menjadi peruntukan lain dan
sangat rentan menjadi daerah permukiman liar. Walaupun aturan hukum mengenai ruang terbuka hijau di kota Medan dalam bentuk Perda telah di
sah kan, namun tetap tidak mengubah terjadinya pengalihan fungsi. Selain itu permasalahan lainnya yaitu lemahnya peran pihak swasta dan
masyarakat sebagai salah satu stake holder dalam pengembangan ruang terbuka hijau privatpublik.
Universitas Sumatera Utara