Letak Geografis dan Demografi Kota Medan

tertier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan regionalnasional.

1. Letak Geografis dan Demografi Kota Medan

Kota Madya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini merupakan wilayah yang subuh di wilayah dataran yang rendah timur dari provinsi Sumatera Utara dengan ketinggian berada di 22,5 meter dibawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka. Secara geologis, Kota Medan terletak pada 3,30º - 3,43º LU dan 98,35º - 98,44º BT dengan topografi cenderung miring ke utara. Sebelah barat dan timur Kota Medan berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang. Di sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka. Letak yang strategis ini menyebabkan Kota Medan berkembang menjadi pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa baik itu domestic maupun internasional. Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata 2000 – 2500 mm pertahun. Suhu udara di Kota Medan berada pada maksimum 32,4º C dan minimum 24º C. Kota Medan sebagai salah satu pusat perekonomian regional terpenting di pulau Sumatera dan salah satu dari tiga kota metropolitan baru di Indonesia, memiliki kedudukan, fungsi dan peran strategis sebagai pintu gerbang utama bagi kegiatan jasa perdagangan dan keuangan secara regionalinternasional di kawasan barat Indonesia. Kota Medan secara administratif pemerintahan saat ini terdiri dari 21 Kecamatan dengan 151 Kelurahan, yang terbagi atas 2.001 lingkungan. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan batas wilayah administratif, Kota Medan relative kecil dibanding kota lainnya, tetapi posisi secara ekonomi regional Kota Medan sangat penting karena berada dalam wilayah hinterland dengan basis ekonomi sumber daya alam yang relative besar dan beragam, serta dukungan ke pelabuhan. Di banding kota besar lainnya, Kota Medan memiliki keterbatasan ruang sebagai akibat bentuk wilayah administratif yang ramping ditengah. Dengan keterbatasan ruang tersebut, daya dukung lingkungan perkotaan menjadi kurang optimal terutama hambatan alamiah dalam pengembangan wilayah utara Kota Medan, khususnya dalam penyediaan prasarana dan sarana perkotaan. Kondisi tersebut juga menyebabkan cenderung kurang seimbangnya dan kurang terpadunya penataan ruang kota di bagian utara dan bagian selatan.

B. Struktur Organisasi