Ruang Terbuka Hijau Gambaran Umum Undang-Undang Penataan Ruang

Untuk menghindari keraguan-keraguan pada bab-bab selanjutnya maka terlebih dahulu pengertian judul diatas secara umum.

1. Gambaran Umum Undang-Undang Penataan Ruang

Keberadaan ruang yang terbatas dan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya penataan ruang telah berkembang. Perlu ditingkatkan upaya pengelolahan penataan ruang secara bijaksana, berdaya guna dan berhasil guna dengan berpedoman pada kaidah penataan ruang yang baik, sehingga kualitas ruang wilayah nasional dapat terjaga keberlanjutannya demi terwujudnya kesejahteraan umum. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang dinilai sudah tidak sesuai dengan kebutuhan pengaturan penataan ruang, sehingga perlu diganti dengan undang-undang penataan ruang yang baru yaitu Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang dinilai lebih transparan, efektif dan partisipatif agar terwujud ruang yang aman, nyaman, produktif, berbasis mitigasi bencana, dan berkelanjutan.

a. Ruang Terbuka Hijau

Pengertian Ruang Terbuka Hijau RTH Ruang terbuka open spaces merupakan ruang yang direncanakan karena kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama di udara terbuka. Ruang terbuka open spaces, Ruang Terbuka Hijau RTH, Ruang publik public spaces mempunyai Universitas Sumatera Utara pengertian yang hampir sama. Secara teoritis pengertian dari ruang terbuka hijau menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 6 1. Ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a terdiri dari ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat. : 2. Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedkit 30 tiga puluh persen dari luas wilayah kota. 3. Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 dua puluh persen dari luas wilayah kota. Selain itu secara teoritis pengertian ruang terbuka hijau menurut Inmendagri Nomor 14 Tahun 1988 Tentang Penataan Ruang Terbuka yaitu ruang- ruang di dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk areakawasan maupun dalam bentuk area memanjangjalur yang dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan yang berfungsi sebagai kawasan pertamanan kota, hutan kota, rekreasi kota, kegiatan Olah Raga, pemakaman, pertanian, jalur hijau dan kawasan hijau pekarangan 7 Dampak positif dari pertumbuhan pembangunan antara lain meningkatkan pendapatan asli daerah, munculnya sentra-sentra ekonomi, kesejahteraan . Kawasan perkotaan memang identik dengan masalah polusi udara yang disebabkan oleh banyaknya kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil. Asap yang dihasilkan dari sisa pembakaran mesin kendaraan semakin hari semakin meningkat seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk. Korelasi dari pertumbuhan tersebut ada yang berdampak positif dan negatif. 6 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 29 7 Inmendagri Nomor 14 Tahun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Universitas Sumatera Utara masyarakat meningkat, indeks kualitas pendidikan meningkat. Pada sisi yang lain dari pertumbuhan pembangunan juga berdampak negatif diantaranya beban kota makin berat seiring dengan pertumbuhan penduduk yang mengalami peningkatan, kualitas lingkungan perkotaan makin rendah, ruang terbuka hijau RTH semakin berkurang akibat pesatnya perkembangan kawasan perumahan dan kawasan industri yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas ekosistem Kota. Secara definitif, Ruang Terbuka Hijau Green Open Spaces adalah kawasan atau areal permukaan tanah yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu, dan atau sarana lingkungankota, dan atau pengamanan jaringan prasarana, dan atau budidaya pertanian. Selain untuk meningkatkan kualitas atmosfer, menunjang kelestarian air dan tanah, Ruang Terbuka Hijau Green Open Spaces di tengah-tengah ekosistem perkotaan juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas lansekap kota. Ruang terbuka hijau yang ideal adalah 30 dari luas wilayah sesuai dengan Pasal 29 Butir 2 Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menentukan bahwa proporsi RTH kota minimal 30 dari luas wilayah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi antagonisme peraturan pada level pemerintah daerah. Namun terjadi kecenderungan pelaksanaan kebijakan yang berlawanan, yaitu terjadinya penurunan luas penyediaan RTH di kota-kota besar di Indonesia. Hampir disemua kota besar di Indonesia, Ruang terbuka hijau saat ini baru mencapai 10 dari luas kota. Padahal ruang terbuka hijau diperlukan untuk kesehatan, arena bermain, olah raga dan komunikasi publik. Pembinaan ruang terbuka hijau harus mengikuti struktur nasional atau daerah dengan standar-standar yang ada serta meningkatkan kenyamanan, Universitas Sumatera Utara memperindah lingkungan kota baik dari skala mikro halaman rumah, lingkungan permukiman maupun makro lansekap kota secara keseluruhan; menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota; pembentuk faktor keindahan arsitektural; menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak terbangun.

b. Fungsi Ruang Terbuka Hijau