Penjelasan Langacker, Crowley, Gudschinsky, dan Keraf di atas saling melengkapi sehingga rekonstruksi proto dan pengelompokan bbB dapat
dilakukan dengan lebih akurat.
2.1.1.4 Rekonstruksi Proto-bahasa
Menurut Kridalaksana 1983:144, rekonstruksi adalah metode untuk memperoleh moyang bersama dari suatu kelompok bahasa yang berkerabat
dengan membandingkan ciri-ciri bersama atau dengan menentukan perubahan- perubahan yang dialami sebuah bahasa sepanjang sejarahnya. Kridalaksana juga
menyebutkan, proto-bahasa adalah awalan yang bermakna ‘purba’ dan dipakai dalam istilah, seperti proto-Indo-Eropa, proto-Germania, dan sebagainya. Karena
proto adalah awalan, dalam penelitian ini, akan digunakan istilah proto-bahasa proto-bbB alih-alih bahasa proto.
Menurut Crowley 1992:104 rekonstruksi adalah perkiraan tentang kemungkinan bentuk proto-bahasa dengan menelesuri perubahan-perubahan yang
terjadi di antara proto-bahasa dengan bahasa-bahasa berkerabat yang diturunkannnya sister languages.
Meskipun Crowley tidak mendefinisikan secara eksplisit istilah proto, tetapi kedua definisi tersebut sama-sama menyatakan bahwa rekonstruksi proto-
bahasa adalah penelusuran perubahan-perubahan bentuk yang terjadi dalam sejarah perkembangan proto-bahasa dan bahasa atau bahasa-bahasa berkerabat
yang diturunkannya. Untuk menyatakan maksud yang sama, Mbete 2009:31 mengatakan, rekonstruksi adalah peracikan atau perancangbangunan kembali
sistem bahasa purba berdasarkan data dan fakta kebahasaan yang berpijak pada bahasa-bahasa kerabat.
Universitas Sumatera Utara
Walaupun Kridalaksana dan Mbete menggunakan istilah moyang dan purba, dalam penelitian ini, kedua istilah itu tidak digunakan dan
menggantikannya dengan istilah proto. Ada beberapa alasan peneliti menggunakan istilah proto. Pertama, istilah proto sudah merupakan istilah
bahasa Indonesia dan digunakan dalam kamus umum dan kamus linguistik, termasuk Kamus Linguistik karya Kridalaksana 1983. Kedua, istilah-istilah
ilmu pengetahuan, termasuk linguistik perlu diarahkan ke keseragaman untuk memudahkan pemahaman masyarakat internasional misalnya, kata kerja
dipadankan dengan verba, kata benda dipadankan dengan nomina, dan kata sifat dipadankan dengan ajektiva. Ketiga, istilah proto-bahasa telah digunakan secara
luas oleh peneliti-peneliti linguistik historis komparatif di Indonesia. Crowley 1992:91 mengatakan bahwa bentuk-bentuk proto-bahasa dapat
direkonstruksi dari refleksi-refleksi yang terdapat dalam bahasa-bahasa yang berkerabat dengan menggunakan metode komparatif untuk mengetahui
perubahan-perubahan yang telah terjadi di antara proto-bahasa dengan bahasa- bahasa yang diturunkannya. Untuk mengetahui perubahan-perubahan tersebut,
dilakukan perbandingan atas refleksi-refleksi bentuk pada bahasa-bahasa berkerabat yang diperkirakan berasal dari atau dipantulkan oleh satu proto-bahasa.
Crowley 1992:96 selanjutnya menjelaskan, untuk melakukan rekonstruksi bentuk-bentuk proto-bahasa, dilakukan beberapa langkah sebagai
berikut: Langkah pertama adalah memisahkan kata atau kata-kata yang berkerabat
dari kata-kata yang tidak berkerabat. Misalnya, tafuafi ‘membuat api’ harus
dikeluarkan dari data:
Universitas Sumatera Utara
b.Tonga b. Samoa
b. Rarotong b. Hawai
Glos tafuafi
si a
ika hi
a membuat api
Langkah kedua adalah menentukan korespondensi bunyi pada bahasa- bahasa yang berkerabat seperti pada glos dilarang pada data berikut:
b.Tonga t
a p
u b.Samoa
t a
p u
b.Rarotong t
a p
u b.Hawai
k a
p u
Perangkat korespondensi dalam data tersebut adalah t-t-t-k, a-a-a-
a , p-p-p-p, dan u-u-u-u.
Langkah ketiga adalah memeriksa perangkat bunyi berkorespondensi yang mempunyai perbedaan untuk menentukan proto-fonemnya seperti pada data
berikut. b.Tonga
b.Samoa b.Rarotong
b.Hawai t
t t
k
n Perbedaan perangkat bunyi pada data pertama adalah
t-k dan pada data kedua adalah
-n. Ada kemungkinan, t atau k adalah proto dari t dan k serta atau n adalah proto dari atau n. Namun
karena t dan mempunyai distribusi paling luas atau rekurensi paling luas
pada data yang ada, maka t dan adalah fonem-fonem proto dalam keempat
bahasa tersebut. Langkah ketiga tersebut sering tidak dapat diaplikasikan jika tidak ada
fonem yang mempunyai distribusi paling luas dalam suatu perangkat korespondensi seperti dalam contoh berikut:
b.Tonga b.Samoa
b.Rarotong b.Hawai
k
k
Universitas Sumatera Utara
Pada data itu k dan mempunyai distribusi yang sama. Untuk
mengatasi masalah tersebut, perlu diingat bahwa perubahan bunyi harus berlangsung secara alamiah atau wajar. Proto-fonem k dan
yang lebih alamiah atau wajar adalah k, alih-alih
karena perubahan k menjadi k → merupakan perubahan yang sangat umum terjadi melalui
proses pelemahan atau lenisi. Perubahan menjadi k →k sangat
jarang terjadi.meskipun mungkin melalui proses penguatan fortisi. Bahwa k merupakan proto-fonem k dan
dapat dikuatkan dengan proto-fonem Polinesia berikut:
Bilabial Alveolar
Velar Hambat
p t
Nasal m
n
Karena sistem fonologis bahasa selalu seimbang, kekosongan velar hambat k, alih-alih
untuk mengimbangi velar nasal harus diisi. Itulah sebabnya mengapa k ditetapkan sebagai proto-fonem, sehingga bagan di atas
menjadi sebagai berikut: Bilabial
Alveolar Velar
Hambat p
t k
Nasal m
n
Untuk melakukan rekonstruksi, perlu diingat ketentuan-ketentuan berikut: Setiap rekonstruksi harus mengandung perubahan bunyi yang umum
terjadi atau logis lihat jenis-jenis perubahan bunyi pada bagian berikut kajian teori ini.
Universitas Sumatera Utara
Setiap rekonstruksi harus mengandung sesedikit mungkin perubahan bunyi dari proto-bahasa ke bahasa-bahasa berkerabat yang diturunkannya.
Setiap rekonstruksi harus menutup kekosongan sistem fonologis berimbang, alih-alih menciptakan sistem fonologi yang tidak berimbang atau
logis. Contoh sistem fonologis berimbang, jika sebuah bahasa mempunyai dua vokal bulat belakang misalnya, u dan o, diprediksi bahwa bahasa itu
mempunyai dua vokal tidak bulat depan misalnya, i dan e. Depan
Belakang Tinggi
i u
Sedang e
o Rendah
a Contoh sistem fonologis yang tidak berimbang, sebuah bahasa
mempunyai vokal depan tinggi i dan vokal depan sedang e tetapi tidak mempunyai vokal tinggi belakang.
Depan Belakang
Tinggi i
- Sedang
e o
Rendah a
Sebuah proto-fonem tidak perlu direkonstruksi jika data yang cukup tidak tersedia dalam bahasa-bahasa berkerabat yang diturunkannya.
Untuk menyimpulkan penjelasan di atas, Crowley 1992:110 memberikan petunjuk tentang metode rekonstruksi sebagai berikut:
1. memilah bentuk-bentuk yang nampak berkerabat dan mengabaikan
bentuk-bentuk yang tidak berkerabat; 2.
melakukan inventarisasi lengkap perangkat korespondensi dalam bahasa- bahasa yang dibandingkan termasuk bunyi-bunyi yang identik; perlu
Universitas Sumatera Utara
diperhatikan korespondensi di mana suatu bunyi berkorespondensi dengan ;
3. mengelompokkan perangkat-perangkat korespondensi yang mempunyai
pantulan-pantulan yang mirip secara fonetis; 4.
menemukan bukti adanya distribusi komplementer atau kontrastif antara bunyi-bunyi yang dicurigai sebagai perangkat korespondensi;
5. menganggap sebagai fonem lain setiap perangkat korespondensi yang
tidak mempunyai distribusi komplementer dengan perangkat korespondensi lain;
6. melakukan perkiraan atas bentuk proto-fonem dengan menggunakan
kriteria berikut: a.
Fonem proto yang dipilih harus logis. Artinya, perubahan-perubahan bunyi tersebut menjadi bunyi-bunyi dalam bahasa-bahasa yang
diturunkannya harus dapat dijelaskan dalam konteks perubahan- perubahan bunyi bahasa yang secara umum terjadi dalam bahasa-
bahasa yang ada di dunia. b.
Bunyi yang mempunyai distribusi paling luas dalam bahasa-bahasa berkerabat paling mungkin sebagai proto-fonem.
c. Sebuah bunyi yang berkorespondensi dengan kekosongan bunyi
pada daftar fonem rekonstruksi juga mungkin merupakan proto-fonem
salah satu dari perangkat-perangkat korespondensi. d.
Sebuah bunyi yang tidak ada dalam bahasa-bahasa berkerabat tidak perlu direkonstruksi jika tidak ada alasan yang cuku p untuk
melakukannya.
Universitas Sumatera Utara
7. Menganggap setiap perangkat korespondensi yang mempunyai distribusi
komplementer mempunyai satu proto-fonem dengan menggunakan kriteria nomor 6 untuk merekonstruksi bentuknya.
Mengenai rekonstruksi proto-fonem, Langacker 1972:334 menjelaskan bahwa apabila proto-fonem ditunjukkan oleh refleks yang sama
dalam semua bahasa berkerabat, maka proto-segmen yang mewakili perangkat korespondensi dalam bahasa-bahasa tersebut adalah sama.
Dia juga mengatakan bahwa jika sebuah proto-segmen berkembang secara berlainan dalam satu bahasa berkerabat atau lebih sesuai dengan
lingkungan, proto-segmen direpresentasikan dalam dua perangkat korespondensi atau lebih seperti terlihat pada contoh berikut:
Glos Comanche
Hopi Yaqui
kaki tama
tama katek
duduk kari
kati katek
Pada posisi awal kata, t dipantulkan dalam ketiga bahasa untuk
glos kaki. Namun, t pada posisi di antara dua vokal intervocalic
berkembang dengan cara yang berbeda yakni t dalam bahasa Hopi dan
Yaqui dan r dalam bahasa Comanche untuk glos duduk. Atas dasar itu,
t adalah proto-fonem perangkat korespondensi t-t-t pada posisi awal kata dan
r-t-t pada posisi di antara dua vokal. Untuk menentukan proto-fonem dalam perangkat korespondensi yang di
dalamnya terdapat bunyi yang berdistribusi terluas diterapkan prinsip distribusi terluas majority wins seperti dijelaskan pada The Comparative Method and
Linguistic Reconstruction, http:en.wikipedia.orgwikiComparative_method.
Universitas Sumatera Utara
Mengenai hal yang sama, Keraf 1991:61 menjelaskan bahwa sebuah fonem yang distribusinya paling banyak dalam sejumlah bahasa berkerabat dapat
dianggap merupakan pantulan linear dari proto-fonem. Apabila prinsip distribusi terluas tidak dapat diterapkan, Crowley
1992:99 mengatakan bahwa data perangkat korespondensi dapat diperluas dengan menggunakan data bahasa yang paling dekat atau data proto-bahasa yang
menurunkannya, Menurut Dempwolf 1938, rekonstruksi dapat dilakukan dengan dua cara
yakni rekonstruksi internal internal reconstruction dan rekonstruksi komparatif comparative reconstruction. Rekonstruksi internal adalah rekonstruksi dengan
membandingkan satu bahasa dalam dua atau lebih kurun waktu. Misalnya, bahasa Inggris Kuno dibandingkan dengan bahasa Inggris Pertengahan, danatau bahasa
Inggris Moderen. Rekonstruksi komparatif adalah rekonstruksi yang membandingkan dua atau lebih bahasa kontemporer yang berkerabat.
Rekonstruksi internal sama dengan yang dikatakan Mbete 2009:15 yakni dari bawah ke atas bottom-up dan rekonstruksi dari atas ke bawah top down
dengan menggunakan sistem etimon dan bunyi proto-bahasa hasil rekonstruksi yang ada seperti proto-Austronesia PAN.
2.1.1.5 Kosakata Dasar