Kosakata Dasar Pengertian IstilahPenjelasan dan Kerangka Teori .1 Pengertian IstilahPenjelasan

Mengenai hal yang sama, Keraf 1991:61 menjelaskan bahwa sebuah fonem yang distribusinya paling banyak dalam sejumlah bahasa berkerabat dapat dianggap merupakan pantulan linear dari proto-fonem. Apabila prinsip distribusi terluas tidak dapat diterapkan, Crowley 1992:99 mengatakan bahwa data perangkat korespondensi dapat diperluas dengan menggunakan data bahasa yang paling dekat atau data proto-bahasa yang menurunkannya, Menurut Dempwolf 1938, rekonstruksi dapat dilakukan dengan dua cara yakni rekonstruksi internal internal reconstruction dan rekonstruksi komparatif comparative reconstruction. Rekonstruksi internal adalah rekonstruksi dengan membandingkan satu bahasa dalam dua atau lebih kurun waktu. Misalnya, bahasa Inggris Kuno dibandingkan dengan bahasa Inggris Pertengahan, danatau bahasa Inggris Moderen. Rekonstruksi komparatif adalah rekonstruksi yang membandingkan dua atau lebih bahasa kontemporer yang berkerabat. Rekonstruksi internal sama dengan yang dikatakan Mbete 2009:15 yakni dari bawah ke atas bottom-up dan rekonstruksi dari atas ke bawah top down dengan menggunakan sistem etimon dan bunyi proto-bahasa hasil rekonstruksi yang ada seperti proto-Austronesia PAN.

2.1.1.5 Kosakata Dasar

Menurut Hartmann dkk, 1973: 250 kosakata dasar basic core vocabulary adalah kata-kata yang menunjuk konsep dan situasi yang bersifat umum dan mendasar dalam semua kegiatan manusia. Karena bersifat umum dan mendasar, kosakata dasar pasti dimiliki semua bahasa mulai dari masa pra-sejarahnya hingga menjadi bahasa atau bahasa-bahasa Universitas Sumatera Utara kontemporer. Bentuk-bentuk kosakata dasarlah yang berkembang dari proto- bahasa ke bentuk-bentuk bahasa atau bahasa-bahasa berkerabat. Analisis diakronis analisis perkembangan bahasa dari waktu ke waktu menggunakan kata-kata yang dipantulkan dari proto-bahasa ke bahasa atau bahasa-bahasa yang diturunkannya, sebagai data. Atas dasar itu, telaah leksikostatistik dan rekonstruksi proto-bahasa menggunakan kosakata dasar sebagai data. Swadesh 1952:109 mengatakan bahwa kosakata dasar mencakup kata- kata yang menunjuk kata-kata ganti, kata-kata bilangan, anggota-anggota tubuh dan sifat atau aktivitasnya, alam dan sekitarnya, alat-alat perlengkapan sehari- hari. Pada mulanya, Swadesh membuat daftar kosakata dasar yang terdiri atas 200 kata sebagai dasar perbandingan. Akan tetapi, atas pertimbangan akurasi data dan pengalaman-pengalaman di lapangan, Swadesh 1955 memodifi- kasi daftar tersebut dan merumuskan daftar kosakata dasar yang terdiri atas 100 kata, lihat Towards Greater Accuracy in Lexicostatistics Dating 1955. Mengenai jumlah kosakata dasar, para linguis mempunyai jumlah kata yang berbeda. Ogden 1930:72, misalnya, mempunyai 850 kata dalam daftar kosakatanya dan Stokhof 1980:78-99 mempunyai 1.645 kata. Daftar kosakata Swadesh mengandung kelemahan-kelemahan yang bersumber dari penetapan 200 atau 100 kata yang termasuk dalam kosakata dasar yang dikatakan Swadesh dapat diterapkan kepada semua bahasa. Penerapan prinsip-prinsip mengenai kosakata dasar tidak mutlak sama dalam semua bahasa karena setiap bahasa mempunyai keunikan di samping keuniversalan. Setidaknya, dapat dicatat di bawah ini berbagai kelemahan penerapan daftar kosakata tersebut: Universitas Sumatera Utara 1. Dengan asumsi bahwa kosakata dasar dapat diperoleh dari kata-kata yang menunjuk alam dan sekitarnya, Swadesh telah memasukkan kata- kata snow salju, ice es, dan freeze beku dalam daftar 200 kosakata dasarnya. Akan tetapi sesungguhnya, ketiga kata itu bukanlah kosakata dasar di daerah-daerah tropis karena sifat-sifat atau gejala-gejala alam seperti itu tidak ada. Pengenalan kelompok-kelompok masyarakat terhadap alam berbeda-beda sesuai dengan perbedaan sifat-sifat dan gejala-gejala alam itu sendiri. Boleh jadi ketiga kata itu telah dikenal luas di daerah-daerah tropis berkat kemudahan mobilitas dan meluasnya pemakaian alat pendingin freezer belakangan ini. Namun, kata-kata ini bukan merupakan kosakata dasar di daerah beriklim tropis, termasuk daerah-daerah Austronesia, umumnya, dan daerah- daerah Batak, khususnya. Menyadari hal ini, Dyen 1962:53 mengeluarkan ketiga kata tersebut dalam penelitiannya terhadap bahasa-bahasa Melayu Polinesia. Bahkan Gudschinsky 1962, meskipun mempertahankan daftar 200 kosakata dasar versi Swadesh, memasukkan sejumlah kata yang berbeda dari kata-kata Swadesh dalam daftar kosakata dasarnya Hal ini mengakibatkan daftar 200 kosakata dasar Swadesh berbeda dengan daftar 200 kosakata Gudschinsky clothing, cook, dance, terdapat dalam daftar Swadesh tetapi tidak terdapat dalam daftar Gudschinsky; dust, fly terdapat dalam daftar Gudschinsky tetapi tidak terdapat dalam daftar Swadesh. Rea dalam Lehman 1962 memakai daftar 100 kosakata yang sebagian berbeda dari daftar kosakata Swadesh. Lain lagi. Travis 1986, dalam penelitiannya terhadap bahasa-bahasa di Ambon, ia memakai kata- Universitas Sumatera Utara kata yang berjumlah 210 yang diperolehnya dari hasil survei Summer Institute of Linguistics SIL di Maluku. Perbedaan kosakata dasar dan perbedaan jumlah kata yang diterapkan para . 2. Dalam bahasa tertentu, daftar Swadesh kurang memperhatikan urutan prioritas kosakata. Meskipun, misalnya, kosakata dasar Swadesh merupakan kosakata dasar dalam bahasa-bahasa tertentu, tetapi kosakata lain mungkin lebih penting lagi dari kosakata tertentu yang ada dalam daftar Swadesh. Misalnya, kata-kata hamil, pagi, biru, coklat, ayah, ibu, dan sebagainya lebih penting daripada besi. Berdasarkan hal demikianlah, barangkali, Keraf 1991 mengganti sejumlah kata dalam daftar Swadesh dan melengkapinya dengan daftar 100 kosakata dasar. Memakai kata-kata yang kurang mesra dengan para pemakai bahasa yang diteliti berarti membuka kemungkinan munculnya kata- kata kosong. Pada hal, dalam studi komparatif, semakin sedikit data akan semakin kabur hasil penelitian leksikostatistik. linguis menunjukkan bahwa daftar Swadesh tidak dapat diterapkan dalam semua bahasa. Berdasarkan fakta ini, peneliti akan menggabungkan kata-kata yang ada dalam daftar-daftar kosakata tersebut, kemudian memilih kata-kata yang sesuai dengan daerah-daerah dan budaya-budaya Batak. Peneliti menge- luarkan kata-kata yang kurang dekat dengan masyarakat Batak seperti rusa, telur kutu, dan lontar serta memasukkan kata-kata yang lebih sesuai seperti biru, coklat, pagi, hamil, ibu, ayah. 3. Dalam daftar Swadesh terdapat kata lie yang mempunyai makna ganda ambigious meaning. Kata lie bisa berarti berbohong dan terletak. Jika alat penjaring data bermakna ganda, data yang Universitas Sumatera Utara diperoleh kurang sahih dan hasil penelitian sudah barang tentu akan diragukan. 4. Sejumlah kata dalam daftar Swadesh kurang sesuai dengan bahasa-bahasa yang mengenal perbedaan pemakaian kosakata dasar pada siatuasi yang berbeda. Artinya, satu kata dalam daftar Swadesh boleh jadi mempunyai padanan lebih dari satu kata dalam bahasa yang mengenal perbedaan seperti itu. Jika masalah ini terjadi, akan timbul keraguan peneliti untuk menentukan kata mana dari kata-kata alternatif yang diberikan informan yang akan dibandingkan dengan kata dalam bahasa lain. Contoh, bahasa Toba mengenal kata mate, monding, marujung, mintop untuk kata dead mati yang pemakaiannya masing-masing disesuaikan dengan situasi. Tidaklah mudah bagi peneliti yang bukan orang Toba untuk memilih satu dari sejumlah kata alternatif di atas. Memakai kata dead dalam bahasa ini, seorang peneliti harus mengetahui kapan kata tersebut digunakan. Swadesh tidak memberikan solusi atas masalah seperti ini. Peneliti yang dihadapkan pada kasus seperti ini harus meminta informan untuk memakai kata itu dalam konteks. Lalu, dia harus memilih mana yang paling umum di antara kata-kata yang diberikan. Jika ternyata semua kata itu sama-sama umum, peneliti harus memilih kata pertama yang diucapkan informan atas dasar bahwa pengucapannya lebih spontan lihat Travis, 1986. 5. Swadesh mengatakan bahwa kata-kata kerabat cognates adalah kata-kata yang mempunyai bentuk dan makna yang mirip atau sama. Tetapi kenyataan menunjukkan, ada beberapa kata dalam bahasa-bahasa nonkerabat yang mempunyai bentuk dan arti yang mirip atau sama yang tidak merupakan kata-kata kerabat. Misalnya, kata mata bahasa Indonesia Universitas Sumatera Utara mempunyai kemiripan fonetis dan kesamaan makna dengan kata mati bahasa Junani. Contoh lain, kata badh bahasa Sudan mempunyai kemiripan fonetis dan kesamaan makna dengan kata bad bahasa Inggris. Kesamaan atau kemiripan tersebut tidaklah disebabkan oleh fakta bahwa kata mata dan mati serta badh dan bad merupakan kata-kata kerabat, melainkan disebabkan oleh faktor kebetulan. Bahasa Indonesia dan bahasa Junani serta bahasa Sudan dan bahasa Inggris tidak mempunyai kontak budaya yang erat. Selain dari faktor kebetulan, kemiripan atau kesamaan bentuk dan arti dapat disebabkan oleh faktor peminjaman, seperti kata aljabar dalam bahasa Indonesia dan aljabar dalam bahasa Arab. Kata aljabar dalam bahasa Indonesia sudah barang tentu merupakan pinjaman dari bahasa Arab karena Indonesia dan Arab, pencetus istilah aljabar, mempunyai hubungan budaya yang sangat erat. 6. Swadesh tidak memberikan alasan mengapa ia tidak memakai kata morning pagi untuk mendampingi kata afternoon siang dan night malam. Aneh kedengarannya jika ada kelompok masyarakat yang mengenal kata siang dan malam tidak mengenal kata pagi. Ia juga tidak menjelaskan mengapa dia tidak memakai kata-kata blue biru dan brown coklat untuk mendampingi kata-kata white putih, black hitam’, dan yellow kuning. Memang ada kemungkinan bahwa tidak semua warna dasar dikenal kelompok masyarakat tertentu, tetapi Swadesh tidak memberitahukan mengapa blue dan brown tidak dipakai. 7. Swadesh 1952:13 mengatakan bahwa jika ada dua kata atau lebih dalam satu bahasa sebagai padanan alternatif bagi satu kata dalam bahasa lain, peneliti harus memilih satu dari kata-kata tersebut secara acak. la Universitas Sumatera Utara memberikan alasan bahwa pemilihan secara acak terhadap kata-kata tertentu dalam satu bahasa akan mengimbangi pemilihan dengan teknik yang sama terhadap kata-kata dalam bahasa lain, sehingga perhitungan statistik tidak akan terpengaruh oleh pemilihan tersebut. Tetapi cara seperti itu dapat merugikan apabila teknik random kebetulan memilih kata-kata yang salah secara berulang dalam satu bahasa dan memilih kata-kata yang benar secara berulang dalam bahasa lain. Untuk menghidarkan kekeliruan seperti itu, kata-kata alternatif tersebut harus diuji dalam konteks yang berbeda. Cara demikian akan memungkinkan peneliti dapat menentukan kata mana yang paling sesuai dengan kata yang ada dalam alat penjaring data. Yang menjadi kesulitan adalah hal bahwa peneliti dan informan mungkin tidak saling mengerti apabila harus membicarakan konteks pemakaian kata-kata tersebut. 8. Revisi Swadesh terhadap dattar kosakata dasar yang memuat 200 kata menjadi 100 untuk tujuan akurasi hasil penelitian boleh jadi justru mengaburkan, karena semakin sedikit jumlah data hasil perhitungan statistik akan semakin kabur. Swadesh boleh saja melakukan penyesuaian- penyesuaian dengan mengeluarkan kata-kata yang dianggap tumpang tindih. Tetapi setidaknya, dia masih dapat mempertahankan jumlah 200 kata, bahkan menambahkan kata-kata lain kepada daftar 200 kata itu. Tidak tertutup kemungkinan daftar 1.000 kata dasar dapat disusun. Kroeber 1955:97 mengatakan bahwa daftar 1.000 kata lebih baik daripada daftar 100 atau 200 kata. Pemakaian daftar 1.000 kata dasar jelas sangat menguntungkan karena kesalahan penentuan kata-kata kerabat dalam jumlah Universitas Sumatera Utara yang kecil, misalkan 5 atau 10 pasang, tidak begitu mempengaruhi hasil statistik. Sebaliknya, jika terjadi kesalahan dalam jumlah yang sama dengan memakai daftar 100 kata, misalnya, kesalahan tersebut pasti akan sangat merugikan lihat Gudschinsky, 1956:182. Atas argumentasi itulah, peneliti tidak memakai daftar 100 atau 200 kata. Gudschinsky 1956 memodifikasi daftar kosakata dasar Swadesh dengan mengurangi, dan sekaligus menambah kosakata dasar Swadesh. Di antara kata- kata yang dikurangi itu adalah snow, ‘salju’, cook memasak, dan dance menari’, dan di antara kata-kata yang dimasukkannya itu adalah dust debu, fly terbang, dan sebagainya. Di samping itu, Gudschinsky mengatakan bahwa suatu daftar kosakata dapat direvisi dengan menambah atau mengurangi sejumlah kata dari daftar tersebut sehingga kata-kata yang dipakai untuk menjaring data benar-benar sesuai dengan keadaan geografis dan budaya masyarakat pemakai bahasa yang diteliti. Ini berarti, kosakata dasar dalam setiap bahasa tidak mutlak sama, tetapi prinsip-prinsip mengenai keuniversalan kosakata dasar harus dijadikan sebagai landasan dalam menentukan suatu daftar kosakata dasar. Gudschinsky menambahkan bahwa jika jumlah kosakata kerabat sangat kecil, satu kesalahan dalam penentuan pasangan kata kerabat akan berakibat fatal terhadap penghitungan tingkat kekerabatan. Hockett 1955:89 menekankan, The mathematical methods which are to be applied to the data are of statistical nature: the smaller the sample, the more vague the results. Universitas Sumatera Utara Khusus mengenai rekonstruksi proto-bahasa, data yang tidak akurat dan terbatas akan melahirkan analisis yang tidak jelas dan membatasi jumlah perangkat korespondensi. Seperti Swadesh, Gudschinsky dalam daftar kosakata dasarnya yang meru- pakan modifikasi atas daftar Swadesh, memakai kata yang bermakna ganda yaitu fly. Kata tersebut, jika tidak diikuti oleh keterangan, dapat membingungkan karena mengandung dua makna yang frekuensi pemakainya sama-sama tinggi yaitu terbang dan lalat. Di samping kelemahan itu, Gudschinsky juga memakai daftar kosakata yang jumlahnya tergolong kecil 200 kata. Daftar pendek seperti ini kurang ampuh mengatasi kekaburan studi komparatif jika peneliti membuat kesalahan dalam menentukan kata-kata kerabat. Keraf 1990:91 mengatakan, ada 100 kata yang merupakan pengkhususan bagi wilayah Austronesia. Penjelasan tersebut melengkapi daftar kosakata dasar Swadesh, Gudschinsky, Rea, dan Travis. Alasan Keraf untuk merumuskan daftar 100 kosakata itu adalah sebagian besar dari kata-kata tersebut sudah digunakan Kern dalam menentukan negeri asal bahasa-bahasa Austronesia. Dari daftar tersebut, dipilih kata-kata yang dianggap mesra dengan masyarakat Batak. Beberapa kata dikeluarkan dan sebagai penggantinya dimasukkan sejumlah kata yang merupakan pengkhususan bagi wilayah dan budaya Batak. Dalam daftar kosakatanya, Keraf kelihatannya menerjemahkan secara langsung kosakata yang terdapat dalam daftar 200 kosakata Swadesh, tanpa mempertimbangkan masalah konteks. Hal demikian menyebabkan banyak kata terjemahan Keraf itu tidak merupakan isi content kosakata dasar sumbernya. Dia mungkin lupa bahwa apa yang dimaksud Swadesh 1951 dan Universitas Sumatera Utara Gudschinsky 1956:175-210 dengan terjemahan bukanlah terjemahan yang terlepas dari konteks. Akibatnya, dia memuat kata-kata ekor dan hati yang masing-masing bermakna ambigu, jika tidak dilengkapi dengan keterangan. Kata ekor dapat ditafsirkan sebagai bagian dari organ tubuh hewan dan satuan untuk mengatakan jumlah hewan. Sama halnya, kata hati bisa ditafsirkan sebagai bagian organ tubuh manusia atau hewan dan perasaan manusia terhadap sesuatu. Pada hal, yang dimaksud Swadesh dengan ekor adalah tail organ tubuh hewan dan hati adalah lever organ tubuh manusia. Selain daripada kekeliruan-keliruan itu, Keraf membuat kesalahan-kesalahan lain yang dapat menyesatkan seorang peneliti. Kesalahan- kesalahan tersebut adalah sebagai berikut: Keraf Swadesh Terjemahan yang seharusnya busuk rotten log lapuk kayu gosok scratch itch garuk gatal jatuh fall drop ter jatuh kulit skin person kulit manusia panas warm weather panas cuaca tongkat stick wood tongkat kayu tahu know tahu verba Seharusnya Keraf lebih hati-hati dalam menerjemahkan kata-kata tersebut. Andai kata seorang peneliti memakai daftar terjemahan ini, dan kebetulan membuat kesalahan-kesalahan dalam menentukan pasangan-pasangan kata kerabat, sudah dapat dibayangkan betapa kaburnya hasil penelitian yang dilakukan peneliti tersebut. Keraf tidak konsisten dengan apa yang dikatakannya pada Keraf 1991:134, bahwa seorang peneliti harus cermat dalam menentukan kosakata dasar dan pasangan-pasangan kata kerabat. Travis 1986:23, dalam penelitiannya memakai daftar kosakata yang terdiri atas 210 kata. Daftar ini dapat dijadikan sebagai bahan bandingan Universitas Sumatera Utara dalam penentuan kosakata dasar bbB. Travis juga mencatat cara memilih satu kata dari beberapa kata yang mungkin akan diberikan para informan sebagai padanan bagi satu kata dalam daftar kosakata, penjaring data. Travis memilih satu dari beberapa kata yang diberikan informan sebagai padanan dari satu kata setelah melakukan pengecekan konteks pemakaian kata- kata. tersebut. Jika informannya tidak dapat menunjukkan kata mana yang lebih diinginkan, dia memilih kata yang pertama atas dasar bahwa pengucapan kata tersebut lebih spontan dari pengucapan kata-kata lain. Menurut observasi yang dilakukan peneliti terhadap bahasa-bahasa Batak, adanya beberapa kata sebagai padanan satu kata dalam daftar penjaring data tidak dapat dielakkan. Tarigan 1991:35 melengkapi teori Swadesh mengenai penentuan kata- kata apa saja yang termasuk dalam kosakata dasar. Menurut Tarigan, kosakata dasar mencakup istilah kekerabatan, seperti: ayah, ibu, anak, adik; nama-nama bagian tubuh, seperti kepala, rambut, mata, kata ganti diri, penunjuk, seperti: saya, dia, kami, mereka, ini, itu; kata bilangan pokok, seperti satu, dua, tiga, sepuluh, seribu, sejuta; kata kerja pokok, seperti: makan, minum, tidur, bangun; kata keadaan pokok, seperti: suka, duka, senang, sehat, bersih; serta benda-benda universal, seperti: langit, bulan, bintang, matahari. Berdasarkan kekuatan dan kelemahan berbagai daftar kosakata dasar di atas, peneliti membuat daftar 300 kata yang merupakan kombinasi dari daftar kosakata Swadesh 1952;1955, Gudschinsky 1956, Rea dalam Lehman 1962, Travis 1986, Keraf 1991, dan Tarigan 1991 yang disesuaikan dengan budaya dan keadaan daerah-daerah Batak. Universitas Sumatera Utara

2.1.1.6 Pengelompokan Bahasa