Landasan Teori

3. Puskesmas sebagai Implikasi Otonomi Daerah di Bidang Kesehatan

3. 1. Puskesmas

Definisi puskesmas menurut Depkes (1991) adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (http://wikimedya.blogspot.com). Konsep puskesmas mulai diperkenalkan pada akhir tahun 1960an. Pertimbangan-pertimbangan strategis pemerintah dalam membangun puskesmas (dalam A.A. Muninjaya, 2004: 36) antara lain:

1. Untuk mencegah kecenderungan dokter-dokter bekerja di daerah perkotaan, sedangkan masyarakat Indonesia sebagian besar tinggal di wilayah pedesaan.

2. Untuk memeratakan pelayanan kesehatan dengan mendekatkan sarana pelayanan kesehatan kepada kelompok-kelompok penduduk yang membutuhkannya di pedesaan. Sampai akhir tahun 60-an, sebagian besatr pelayanan kesehatan dilakukan melalui rumah sakit yang lebih banyak

commit to user

berlokasi di perkotaan dan bersifat konsumtif sehingga menyulitkan masyarakat, terutama yang tinggal di desa untuk menjangkaunya.

3. Untuk lebih menekan biaya pelayanan kesehatan. Biaya pelayanan di rumah sakit dan dokter praktik swasta jauh lebih mahal. Fungsi pokok dari puskesmas adalah:

1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan Pembangunan berwawasan kesehatan memiliki makna, bahwa puskesmas harus berperan sebagai motor dan motivator terselenggaranya pembangunan yang mengacu, berorientasi serta dilandasi oleh kesehatan sebagai faktor pertimbangan utama. Pembangunan yang dilakukan di kecamatan seharusnya berdampak positif terhadap lingkungan sehat dan perilaku sehat, yang muaranya peningkatan kesehatan masyarakat.

2. Pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengindentifikasi masalah, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada, baik dari instansi lintas sektoral maupun LSM dan tokoh masyarakat.

3. Pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan yang bersifat mutlak, yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai

commit to user

strategis untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat. Upaya pelayanan kesehatan tingkat pertama yang diselenggarakan puskesmas bersifat holistik, komprehensif, terpadu, dan berkesinambungan. Misi ini berkaitan erat dengan program yang dilaksanakan puskesmas.

Sedangkan tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal diwilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Jenis pelayanan kesehatan disesuaikan dengan kemampuan puskesmas, namun terdapat upaya kesehatan wajib yang harus dilaksanakan oleh puskesmas ditambah dengan upaya kesehatan pengembangan yang disesuaikan dengan permasalahan yang ada serta kemampuan puskesmas. Upaya-upaya kesehatan wajib tersebut adalah (Basic Six):

a. Upaya promosi kesehatan

b. Upaya kesehatan lingkungan

c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana

d. Upaya perbaikan gizi masyarakat

e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

f. Upaya pengobatan (http://wikimedya.blogspot.com)

commit to user

Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama di Indonesia, pengelolaan program kerja puskesmas berpedoman pada empat asas pokok (dalam Azrul Azwar, 1996: 120-121) yakni:

1. Asas pertanggung-jawaban wilayah, artinya puskesmas harus bertanggung jawab atas semua masalah kesehatan yang terjadi di wilayah kerjanya.

2. Asas peran serta masyarakat, artinya berupaya melibatkan masyarakat dalam menyelenggarakan program kerjanya.

3. Asas keterpaduan, artinya berupaya memadukan kegiatan puskesmas bukan saja dengan program dari sektor lain (lintas sektoral).

4. Asas rujukan, artinya jika tidak mampu menangani suatu masalah kesehatan harus merujuknya ke sarana kesehatan yang lebih mampu.

3. 2. Puskesmas sebagai Implikasi Otonomi Daerah di Bidang Kesehatan

Penanganan di bidang kesehatan merupakan urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah. Penerapan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah merupakan perwujudan pemberian otonomi dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah untuk melakukan pembangunan daerahnya sendiri sesuai dengan kondisi daerah. Oleh karena itu setiap daerah harus mempunyai kemampuan mengatasi masalah yang terjadi di daerahnya termasuk masalah kesehatan. Dalam menangani masalah kesehatan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan daerah masing-masing. Masalah kesehatan merupakan urusan

commit to user

pemerintah daerah yang harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Hal ini merupakan salah satu ukuran dalam menilai kinerja pemerintah daerah.

Pelaksanaan puskesmas sendiri merupakan bentuk desentralisasi kesehatan pemerintah daerah di tingkat II. Pengertian desentralisasi dalam Waluyo (2007: 142) adalah suatu proses penyerahan wewenang dari pemerintah yang lebih tinggi (yang mempunyai kekuasaan) kepada pemerintah yang lebih rendah derajatnya, menyangkut bidang legislatif, yudikatif atau administratif. Sedangkan perwujudan desentralisasi di tingkat daerah adalah otonomi daerah. Menurut Waluyo (2007: 141) bahwa:

“Otonomi daerah diartikan sebagai hak daerah dan masyarakat untuk memperoleh keleluasaan bergerak dan kesempatan untuk menggunakan prakarsa sendiri, atas segala macam nilai dan potensi yang dikuasai untuk mengurus kepentingan publik, baik yang menyangkut pemberian pelayanan kepada masyarakat melalui pemberian fasilitas dan bimbingan terhadap masyarakat, maupun untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pelaksanaan

pembangunan.”

Tujuan dari pemberian otonomi kepada daerah (dalam Sujamto, 1993:42) adalah untuk memungkinkan daerah yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Untuk dapat melaksanakan tujuan tersebut maka kepada daerah perlu diberikan wewenang-wewenang untuk melaksanakan berbagai urusan pemerintahan sebagai urusan rumah tangganya.

commit to user

Dalam desentralisasi kesehatan, pemerintah daerah bertanggung jawab memperbaiki kesehatan masyarakat, dengan tugas-tugas (dalam Mardiasmo, 2004:

78) sebagai berikut:

1. Menyediakan pelayanan kesehatan yang dapat didistribusikan kepada masyarakat.

2. Mengatur, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan pelayanan kesehatan.

3. Mengembangkan partisipasi masyarakat dalam menyelenggarakan dan membiayai usaha-usaha kesehatan tanpa melupakan fungsi sosial.

4. Pengaturan aset-aset pemerintah yang berhubungan dengan tugas-tugas rutin administrasi pemerintah dan usaha-usaha pembangunan di sektor kesehatan.

5. Pengawasan pelaksanaan tugas-tugas rutin administrasi pemerintah dan usaha-usaha pembangunan di sektor kesehatan yang berada di bawah kebijakan umum yang digariskan presiden dan peraturan yang berlaku.

Menurut Mardiasmo (2004: 82) beberapa faktor yang menentukan efisiensi dan kualitas pelayanan kesehatan sebagai akibat desentralisasi kesehatan antara lain adalah:

a. Sumber daya keuangan sektor publik

b. Pola alokasi sumber daya secara keseluruhan (nasional)

c. Distribusi sumber daya manusia

d. Pemanfaatan pelayanan

e. Jangkauan dan ketersediaan pelayanan

commit to user

f. Perubahan dalam sistem-sistem pendukung

g. Ketersediaan obat-obatan dasar Puskesmas merupakan perwujudan desentralisasi kesehatan karena puskesmas adalah salah satu pelaksana urusan-urusan kesehatan di pemerintah daerah. Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya puskesmas bertanggung jawab kepada dinas daerah yaitu dinas kesehatan. Pengertian dinas daerah dalam Sujanto (1993: 68) adalah pelaksana urusan-urusan pemerintahan yang telah diserahkan kepada daerah menjadi urusan rumah tangganya. Hubungan antara dinas kesehatan dengan kepala daerah yang dalam hal ini yaitu bupati, sudah cukup jelas, bahwa kepala dinas kesehatan bertanggung jawab kepada kepala daerah/bupati.

Dalam hal pelaksanaan tugas oleh Puskesmas Pandak I masih berpedoman pada kebijakan yang dibuat oleh pemerintah pusat. Kebijakan nasional yang dibuat oleh Menteri Kesehatan berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Surat Keputusan (SK) Menteri dan sebagainya. Kemudian masuk pemerintah daerah tingkat I atau provinsi yang ditangani oleh Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, kebijakan dari pusat tersebut terkadang akan ditambah beberapa petunjuk teknis yang disesuaikan dengan kondisi provinsi masing-masing. Di pemerintah daerah kabupaten/kota yang diwakili oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul akan dibuat kebijakan operasional yang berhubungan dengan unit-unit kesehatan yang dimilikinya termasuk puskesmas Pandak I ini.

commit to user