Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Penempatan Dokter Spesialis Ikatan Dinas

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Penempatan Dokter Spesialis Ikatan Dinas

Tulisan : SR. Mustikowati, Laksono Trisnantoro, Andreasta Meliala Dimuat di JMPK Vol. 09 / No. 02 /Juni 2006

Setelah membaca tulisan Saudara SR. penelitian. 3 Untuk tesis (derajat S2/ magister) Mustikowati yang berjudul Faktor-Faktor yang idealnya dilakukan uji coba kuesioner berikut uji Mempengaruhi Penerimaan Penempatan Dokter validitas dan reliabilitasnya. Walaupun uji validitas Spesialis Ikatan Dinas dan dimuat di Jurnal dan reliabilitas sudah tersedia dalam software Manajemen Pelayanan Kesehatan Vol. 09 / No. 02/ statistik seperti SPSS tetapi tetap diperlukan Juni 2005, maka perkenankanlah saya memberikan kemampuan konseptual si peneliti dalam menelaah tanggapan.

hasilnya karena software hanyalah alat bantu. Secara umum tulisan ini sudah menggambarkan

Saya perkirakan penelitian ini bersifat deskriptif latar belakang dan perumusan masalah, tujuan analitik walaupun tidak disebutkan hipotesis dan penelitian, konsep dan variabel penelitian, hasil ujinya. Dari judul penelitian (”Faktor-Faktor yang penelitian, pembahasan serta kesimpulan dan Mempengaruhi ......”), pembagian variabel menjadi sarannya. Permasalahan yang diangkat masih variabel bebas dan terikat, serta penarikan menarik dan up to date karena merupakan isu lama kesimpulan (”faktor enabling yang paling dominan yang belum tuntas pemecahannya.

adalah .....”) menyiratkan hal itu. Pengaruh, Penelitian ini menggabungkan pendekatan hubungan atau perbedaan merupakan tiga kata yang kuantitatif (kuesioner) serta kualitatif (wawancara lazim dipergunakan dalam penelitian kuantitatif tetapi mendalam dan data sekunder). Walaupun ideal tetapi memberikan konsekuensi yang berbeda pada

tidak mudah menggabungkan dua pendekatan analisis datanya. 4 Pengelompokkan variabel menjadi tersebut. Pemakaian metode kuantitatif dulu tinggi, sedang dan rendah dengan mean dan standar kemudian diperdalam dengan metode kualitatif atau deviasi sebenarnya harus diuji normalitas dengan sebaliknya menjawab tujuan penelitian yang uji Kolmogorov Smirnov. Statistik nonparametri dapat

berbeda. 1 dipakai karena jumlah sampel hanya 24 orang. Pemilihan variabel yang dikembangkan dari teori

Penelitian terapan seperti kebijakan kesehatan LW. Green (faktor predisposing, enabling dan rein- tidak cukup hanya membuktikan hipotesis dengan forcing) memberikan pemahaman yang menerapkan metode penelitian sebaik mungkin, komprehensif. Kesulitan akan muncul bila variabel tetapi juga harus memberikan masukan untuk yang diambil adalah variabel kualitatif dan komposit. memperbaiki kinerja kebijakan itu sendiri. Untuk itu Variabel yang bersifat kualitatif harus diukur diperlukan penulisan deskripsi univariat (distribusi (dikuantifikasi) dengan suatu teknik pengukuran frekuensi pertanyaan dan pengelompokkan

yang lazim dikembangkan di dalam Ilmu Sosial. 2 variabelnya) dan deskripsi bivariat dalam bentuk tabel Selain itu, perlu pemahaman tentang indeks dan silang. Kesimpulan dan saran kebijakan yang terinci skala (skala Likert, Bogardus, Guttman, perbedaan dan operasional dapat dikembangkan dari deskripsi semantik, bipolar dan sebagainya). 2,3 Tulisan tersebut. Bisa dimaklumi bila hal tersebut tidak menyebutkan ada 8 variabel (motivasi, komitmen, dituliskan secara lengkap dalam jurnal karena sosial budaya, penerimaan daerah, sarana daerah, keterbatasan format. reward, karir dan punishment) dan kuesioner

Masalah penempatan dokter spesialis ikatan dijabarkan dalam 20 item. Apakah 20 item ini adalah dinas juga ditemukan pada penelitian Ilyas. 5 Di tahun item pertanyaan? Apabila ya, rasanya sangat kurang 2002 hanya 26,6% provinsi (Sumbar, DKI Jakarta, memadai 8 variabel yang bersifat komposit DIY, Bali, Sulut, Sulteng, Sulsel, Kaltim) dan 11,6% diterjemahkan hanya dalam 20 item pertanyaan.

(33 kota/kabupaten) yang mencukupi (6 orang Kuesioner penelitian diharapkan sudah dokter spesialis per 100.000 jiwa). Determinan diujicobakan serta diuji validitas dan reliabilitasnya. distribusi dokter spesialis adalah: PDRB per kapita Uji coba kuesioner dilakukan untuk meyakinkan tinggi, IMR rendah, kepadatan penduduk tinggi dan peneliti akan validitas dan reliabilitas instrumen ciri perkotaan. Model distribusi dokter spesialis

164 l Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 09, No. 3 September 2006

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

diharapkan menjamin adanya equity distribusi di KEPUSTAKAAN

setiap RSUD, rujukan keahlian dapat terlaksana dan 1. Utarini, A. Modul Perkuliahan Metode Penelitian berjenjang, kemungkinan pengembangan karier,

Kualitatif, Magister Promosi Kesehatan jaminan peningkatan pendapatan, rasa aman

Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. terhadap pekerjaan, rasa keadilan dalam 2. Nazir. M. Metode Penelitian, Cetakan ketiga,

penempatan, adanya insentif, fasilitas dan sanksi Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988: 383 – 404. serta dorongan untuk memilih status swasta 3. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi (editor),

daripada PNS. Biaya pendidikan dokter spesialis Metode Penelitian Survei, Edisi Revisi, LP3ES, sangat tinggi yaitu Rp 300 juta – Rp 400 juta dengan

Jakarta, 1991:95 – 121, 122-146. uang ”ketok pintu” sebesar Rp 50 juta - Rp125 juta. 4. Junadi, Purnawan. Pengantar Analisis Data,

Tetapi biaya tersebut cepat kembali dengan Cetakan pertama, Rineka Cipta, Jakarta, 1995: pendapatan perbulan dokter spesialis PNS ditambah

62-80. praktek pribadi yang sangat menggiurkan: Spesialis 5. Ilyas. Yaslis dkk, Studi Pengembangan Model

Anak Rp20 juta – Rp 40 juta, Bedah Rp15 juta –Rp Penempatan Dokter Spesilais di RSUD di

30 juta, Obsgyn Rp 30 juta – Rp 50 juta, dan Indonesia, Makalah pada Seminar Nasional Penyakit Dalam Rp 30 juta – Rp 35 juta. Tidak

Tahun Keempat Desentralisasi Kesehatan, disangkal lagi bahwa ”harga dan posisi tawar ” dokter

Makasar tanggal 6 – 8 Juni 2005. 2005. spesialis sangat tinggi karena kelangkaan supply sementara demand sangat tinggi. Pembenahan seharusnya dilakukan pada dua sisi tersebut.

Chriswardani Suryawati,

Rendahnya produksi dokter spesialis di Fakultas

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Kedokteran juga perlu dikaji. Bukan tidak mungkin

& Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat nantinya permasalahan kelangkaan dokter spesialis Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah

terpaksa dijawab dengan import dokter spesialis

E-mail: chriswardani_surya@yahoo.com

dari luar negeri. Hal tersebut akan menjadi kenyataan karena globalisasi dan perdagangan bebas (AFTA/ NAFTA) sudah menyerbu kita.

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 09, No. 3 September 2006 l 165