Dokter Spesialis
Dokter Spesialis
* Sumber: Profil Daerah Kabupaten & Kota Jilid 1-4, Kompas, 2004 1,6,7,8
1. t-test
Pada analisis bivariat tampak pada p<0,05, Selanjutnya, Gambar 1 memperlihatkan nama sejumlah variabel bebas yaitu: faktor Human
kota-kota dengan rasio dokter spesialis dengan Developmen Index, % melek huruf, % penduduk jumlah penduduk yang sudah cukup (=6 dokter miskin, jumlah kematian balita, kepadatan spesialis/100.000). Dari 33 sampel penelitian dengan penduduk, % angka beban, life expectancy dan dokter spesialis cukup diketahui berstatus jumlah kematian ibu bersalin berhubungan dengan kotamadia atau kota besar. Temuan ini memberikan
Gambar 1. Nama Kota Dengan Rasio Dokter Spesialis ³ ³ ³ ³ ³
6 per 100.000 Penduduk
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 09, No. 3 September 2006 l 149
Yaslis Ilyas: Determinan Distribusi Dokter Spesialis di Kota/Kabupaten Indonesia
Tabel 5. Uji T-Test Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Distribusi DSP, Analisis Tingkat Kabupaten/Kota, Tahun 2002 (Variabel Kontinyu)
DSP cukup
DSP kurang
Variabel independen
6 per 100.000) (<6 per 100.000)
N=33 N=258 Human Development Index
71,3 65,3 0,000 * % melek huruf
% penduduk miskin
Jumlah kematian balita
Kepadatan penduduk
% angka beban
Life expectancy 68,5 66,3 0,000 * Jumlah kematian ibu bersalin
PDRB per kapita
Jumlah kematian bayi
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Ket: * p<0,05 ; ** p<0,1
distribusi dokter spesialis (Tabel 5). Pada p<0,1, Tabel 6. Distribusi Rerata Dokter Spesialis per 100.000
faktor yang berhubungan dengan distribusi jumlah
Penduduk di Kabupaten dan Kota
dokter spesialis bertambah banyak dengan PDRB
Jenis wilayah
Rerata rasio DSP
per kapita. Dari analisis ini, ditemukan bahwa kota/
Kabupaten 0,8 0,000
kabupaten dengan distribusi dokter spesialis cukup
Kota
mempunyai nilai rerata variabel bebas yang lebih baik dari pada kabupaten/kota dengan distribusi dokter
spesialis yang kurang. COGME Teenth Report 10 maldistribusi dokter spesialis di Indonesia, menyebutkan ciri-ciri daerah yang mempunyai tampaknya sesuai dengan yang dialami oleh negara kekurangan tenaga kesehatan. Ras kulit non white lain baik negara sedang berkembang maupun negara umumnya tinggal di daerah yang kekurangan tenaga maju. 4,5,9 kesehatan. Ciri lainnya adalah daerah miskin. Daerah
yang kekurangan tenaga juga mempunyai status 3. Model Regresi Logistik Distribusi Dokter
kesehatan yang jelek, bahkan amat jelek. Daerah
Spesialis
ini mempunyai prevalen bayi berat badan lahir rendah Sebelum dilakukan analisis model regresi yang tinggi dan angka kesakitan penyakit kronis logistik, dilakukan uji koleniaritas memeriksa yang tinggi.
kemungkinan adanya multikolinieritas antara variabel bebas. Dari hasil uji (lihat lampiran 2), terlihat ada
2. Faktor Karakteristik Wilayah
multikolinearitas antara variabel HDI dengan life ex- Kalau dianalisis distribusi dokter spesialis pectancy (r=0,7). Kemudian dilakukan analisis lebih
berdasarkan variabel independen kota dan lanjut menunjukkan bahwa variabel HDI lebih kabupaten, maka didapatkan distribusi dokter bermakna dibanding life expectancy. spesialis masih menumpuk di perkotaan (Tabel 6).
Tabel 6 memperlihatkan hasil analisis bivariat Tampak, rerata dokter spesialis per 100.000 Odds Ratio (OR) antara sejumlah variabel bebas
penduduk pada daerah perkotaan 8,4, sedangkan dengan distribusi dokter spesialis. Tampaknya, pada daerah kabupaten sebesar 0,8. Artinya, jumlah karaktersitik daerah yang lebih maju (perkotaan) rerata dokter spesialis per 100.000 penduduk di mempunyai dokter spesialis yang jauh lebih besar daerah kotamadia lebih besar 10 kali lipat dari jumlah dari daerah yang kurang maju dalam dalam hal ini rerata dokter spesialis di daerah kabupaten. Kondisi kabupaten.
150 l Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 09, No. 3 September 2006
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan
Tabel 7. Odds Rasio Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Distribusi DSP,
Analisis Tingkat Kabupaten/Kota, Tahun 2002
Variabel P OR
1) Human Development Index
Tinggi (>68,65) 0,000 * 32,06 284 Rendah (<68,65)
Rujukan
2) Persentase angka beban
3) Persentase melek huruf
4) Persentase penduduk miskin
Banyak (>24.12%) Rujukan
5) Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Rendah (<9.674.672 ribu rupiah)
Tinggi ( > 9.674.672 ribu rupiah)
Rujukan
6) PDRB per kapita
Tinggi (> 3.228.044 rupiah)
Rendah (<3.228.044 rupiah)
Rujukan
7) Kepadatan penduduk
Tinggi (>993,9 jiwa/km2)
Rendah (<993,9 jiwa/km2)
Rujukan
8) Jumlah kematian bayi
Rendah (<9 orang)
Tinggi (°9 orang)
Rujukan
9) Jumlah kematian balita
Rendah (< 11 orang)
Tinggi (> 11 orang)
Rujukan
10) Life expectancy
Tinggi (> 68,9 tahun)
Rendah (< 68,9 tahun)
Rujukan
11) Jumlah kematian ibu bersalin
Rendah (<7 orang)
Tinggi (°7 orang)
Rujukan
Keterangan: * p< 0,05
Selanjutnya, dilakukan analisis logistik regresi, dengan kepadatan peduduk lebih besar mempunyai dengan menggunakan metode forward selection rasio dokter spesialis 21,09 kali lebih tinggi daripada didapatkan model akhir seperti terlihat pada Tabel daerah dengan kepadatan peduduk lebih besar.
7. Hasil analisis ini memberikan informasi bahwa Terakhir, daerah dengan jumlah kematian bayi lebih determinan distribusi dokter spesialis yang cukup kecil mempunyai rasio dokter spesialis 3,10 kali lebih di kota/kabupaten dan signifikan adalah: 1) PDRB tinggi daripada daerah dengan jumlah kematian bayi per kapita tinggi; 2) jumlah kematian bayi rendah, lebih besar. dan 3) kepadatan penduduk tinggi.
Dari hasil analisis ini dapat diketahui secara
Faktor yang berpengaruh sangat besar terhadap jelas bahwa determinan distribusi dokter spesialis distribusi dokter spesialis adalah kepadatan adalah karakteristik daerah perkotaan. Dengan ciri- penduduk karena OR-nya lebih besar, sedangkan ciri sosial maupun ekonomi sebagai berikut: PDRB faktor yang paling kecil pengaruhnya terhadap per kapita tinggi, kepadatan penduduk tinggi dan distribusi dokter spesialis adalah angka kematian jumlah kematian bayi yang rendah. Dokter spesialis bayi. Dari Tabel 7 juga dapat diartikan bahwa daerah cenderung memilih bekerja di daerah perkotaan dengan PDRB per kapita lebih besar mempunyai dengan prospek pendapatan yang lebih baik dan rasio dokter spesialis 10,62 kali lebih tinggi daripada fasilitas sosial yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan
daerah dengan PDRB per kapita lebih kecil. Daerah pendapat Egger, dkk 11 : faktor penentu distribusi