nomor surat keputusan; b. nomor induk perusahaan; sifat perjalanan;

1 Untuk melakukan kegiatan angkutan dalam trayek tetap dan teratur wajib memiliki izin trayek. 2 Izin trayek sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, diberikan oleh : a. Direktur Jenderal, untuk trayek antar kota antar propinsi dan trayek yang melewati lintas batas negara serta trayek perkotaan yang melalui perbatasan daerah propinsi; b. Gubernur Kepala Daerah Propinsi, untuk trayek angkutan antar kota dalam propinsi dan trayek perkotaan yang melalui perbatasan administratif daerah kota kabupaten dalam satu propinsi; c. Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta, untuk trayek dalam Daerah Khusus Ibukota Jakarta; d. Gubernur Kepala Daerah Propinsi Riau, untuk trayek dalam daerah kota Batam; e. Bupati Kepala Daerah Kabupaten, untuk trayek pedesaan; f. Walikota Kepala Daerah Kota, untuk trayek dalam daerah kota. 3 Permohonan izin trayek diajukan kepada pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat 2. 4 Jenis-jenis permohonan izin trayek untuk angkutan orang dalam trayek tetap dan teratur terdiri dari : a. permohonan izin trayek baru; b. permohonan perubahan dan atau perpanjangan masa berlakunya; c. permohonan perubahan izin trayek. 5 Izin trayek sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, memuat :

a. nomor surat keputusan; b. nomor induk perusahaan;

c. kode trayek; d. jumlah perjalanan; 28

e. sifat perjalanan;

f. jenis pelayanan. 6 Ketentuan lebih lanjut mengenai izin trayek sebagaimana dimaksud dalam ayat 5, diatur oleh Direktur Jenderal. 7 Perubahan izin trayek sebagaimana dimaksud dalam ayat 4 huruf b dan huruf c, dilakukan dalam hal : a. pembaruan masa berlaku izin; b. penambahan jumlah kendaraan bermotor; c. pengalihan pemilikan perusahaan danatau pengalihan sebagian izin trayek; d. penambahan frekuensi; e. perubahan trayek, meliputi penerusan trayek, perpendekan trayek, dan pengalihan trayek; f. penggantian kendaraan, meliputi peremajaan kendaraan, perubahan nomor kendaraan, dan tukar posisi kendaraan. Pasal 46 1 Untuk trayek perkotaan yang melalui perbatasan daerah propinsi, Direktur Jenderal dapat mendelegasikan wewenang pemberian izin trayek kepada Gubernur Kepala Daerah Propinsi sesuai kondisi lapangan dan domisili perusahaan angkutan. 2 Penetapan jumlah kendaraan yang akan beroperasi pada trayek perkotaan yang melalui perbatasan daerah propinsi, dilakukan oleh Direktur Jenderal. 3 Penetapan jumlah kendaraan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2, dilaksanakan berdasarkan hasil survei lapangan dan masukan dari Kantor Wilayah Departemen Perhubungan serta Dinas LLAJ Daerah Propinsi dan Daerah Kotamadya Kabupaten terkait. Pasal 47 1 Permohonan izin trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat 3, harus dilengkapi pertimbangan dari : 29 a. Gubernur Kepala Daerah Propinsi dalam hal ini Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Daerah Propinsi masing-masing menurut asal dan tujuan trayek yang diminta, bagi trayek antar kota antar propinsi dan trayek perkotaan yang melalui perbatasan daerah propinsi; b. Bupati Walikota dalam hal ini Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Daerah KotamadyaKabupaten masing-masing menurut asal dan tujuan trayek yang diminta, bagi trayek antar kota dalam propinsi dan trayek perkotaan yang melalui perbatasan daerah kota kabupaten dalam satu daerah propinsi. 2 Pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 meliputi :

a. pendapat tentang diterima atau ditolaknya terhadap permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1;