b. perkembangan daerah kota; c. tersedianya prasarana jalan yang memadai.
3 Wilayah operasi angkutan taksi sebagaimana dimaksud dalam ayat
2, ditetapkan oleh : a. Gubernur Kepala Daerah Propinsi, untuk wilayah operasi
yang melampaui lebih dari 1 satu daerah kota dalam propinsi;
b. Direktur Jenderal, untuk wilayah operasi yang melampaui
daerah kota di luar propinsi.
Pasal 17
Angkutan taksi diselenggarakan dengan ciri-ciri pelayanan sebagai berikut :
a. tidak
berjadwal;
b. dilayani dengan mobil penumpang umum yang dilengkapi dengan
argometer;
c. pelayanan dari pintu ke pintu.
Pasal 18
Mobil penumpang umum yang dioperasikan untuk angkutan taksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, harus memenuhi persyaratan :
a. memasang tanda TAKSI yang ditempatkan di atas atap bagian
luar kendaraan dan harus menyala dengan warna putih atau kuning apabila dalam keadaan kosong dan padam apabila
argometer dihidupkan;
b. tulisan AC pada kaca depan di sebelah kiri atas dan kaca
belakang di sebelah kiri atas, untuk angkutan taksi yang dilengkapi dengan alat pendingin udara;
c. logo dan nama perusahaan yang ditempatkan pada pintu depan
bagian tengah, dengan susunan sebelah atas adalah logo perusahaan dan sebelah bawah adalah nama perusahaan;
d. lampu bahaya berwarna kuning yang ditempatkan di samping
kanan tanda taksi;
17
e. jati diri pengemudi yang ditempatkan pada dashboard yang
dikeluarkan oleh masing-masing perusahaan angkutan taksi;
f. radio komunikasi yang berfungsi sebagai alat berkomunikasi
antara pengemudi dengan pusat pengendali operasi danatau sebaliknya;
g. kotak obat lengkap dengan isinya; h. keterangan tentang biaya awal, kilometer, waktu dan biaya
tambahan yang ditempatkan pada sisi bagian dalam pintu belakang;
i. nomor urut kendaraan dari setiap perusahaan angkutan yang
dilekatkan pada kaca depan, belakang dan dashboard;
j. membawa daftar penyesuaian tarif, apabila terjadi perubahan tarif
dan argometer belum disesuaikan.
Pasal 19
Tanda taksi, tulisan AC, logo, nama perusahaan dan lampu bahaya, sebagaimana tercantum dalam contoh Gambar 3 Lampiran I
Keputusan ini.
Bagian Ketiga Angkutan Sewa
Pasal 20
Penyelenggaraan angkutan dengan cara sewa, dilakukan dengan mobil penumpang umum yang pengoperasiannya berdasarkan
perjanjian sewa atau borongan.
Pasal 21
Wilayah operasi angkutan sewa tidak dibatasi oleh wilayah administratif.
Pasal 22
18
Angkutan sewa diselenggarakan dengan ciri-ciri pelayanan sebagai berikut :
a. pelayanan angkutan dari pintu ke pintu dalam wilayah operasi
yang tidak terbatas;
b. dilayani dengan mobil penumpang umum yang dilengkapi dengan
tanda khusus;
c. penyewaan dilaksanakan baik dengan maupun tanpa pengemudi; d. tidak berjadwal.
Pasal 23
1 Dalam hal pengoperasian angkutan sewa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 dilakukan secara tetap dan terus-menerus dalam wilayah operasi yang sama, pelayanannya disebut angkutan sewa
khusus.
2 Angkutan sewa khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat 1,
dapat dilaksanakan sepanjang tidak mengganggu danatau tidak menjadi pesaing pelayanan angkutan dalam trayek tetap dan
teratur.
3 Wilayah operasi angkutan sewa khusus dibatasi oleh wilayah
pelayanan yang ditetapkan.
4 Wilayah operasi angkutan sewa khusus ditetapkan oleh :
a. Gubernur Kepala Daerah Propinsi, untuk wilayah dalam propinsi;