Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1990 tentang Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1974 tentang Pokok- pokok Organisasi Departemen;

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 84 TAHUN 1999 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan telah diatur ketentuan mengenai penyelenggaraan angkutan orang di jalan dengan kendaraan umum yang telah diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 68 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum; b. bahwa dengan adanya perkembangan kebutuhan angkutan di jalan dengan kendaraan umum perlu ditata kembali ketentuan mengenai penyelenggaraan angkutan orang di jalan dengan kendaraan umum;

c. bahwa sehubungan dengan huruf b, perlu ditetapkan

Keputusan Menteri Perhubungan tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3480; 2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1990 tentang

Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan Dalam Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kepada Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3410; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3527; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3529;

6. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1974 tentang Pokok- pokok Organisasi Departemen;

7. Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1998 tentang Kedudukan, Tugas, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 115 Tahun 1999; 8. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.91OT.002Phb-80 dan KM.164OT.002 Phb-80 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.80 Tahun 1998; M E M U T U S K A N : Dengan mencabut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 68 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum dan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 15 Tahun 1996 tentang Penyempurnaan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 68 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum; Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Angkutan adalah pemindahan orang danatau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan; 2 2. Angkutan Lintas Batas Negara adalah angkutan dari satu kota ke kota lain yang melewati lintas batas negara dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek tetap dan teratur; 3. Angkutan Antar Kota adalah angkutan dari satu kota ke kota lain dengan mempergunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek tetap dan teratur; 4. Angkutan Kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam wilayah kota dengan mempergunakan mobil bus umum danatau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek tetap dan teratur; 5. Angkutan Perkotaan adalah angkutan dari suatu kawasan ke kawasan lain yang terletak dalam 2 dua atau lebih wilayah kota dan kabupaten yang berdekatan dan merupakan satu kesatuan ekonomi dan sosial dengan menggunakan mobil bus umum danatau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek tetap dan teratur yang mempunyai sifat perjalanan ulang alik komuter; 6. Angkutan Pedesaan adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam satu daerah kabupaten dengan mempergunakan mobil bus umum dan mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek tetap dan teratur; 7. Angkutan Perbatasan adalah angkutan pedesaan yang melayani dua kawasan pedesaan yang berbatasan pada dua daerah kabupaten atau propinsi; 8. Angkutan Taksi adalah angkutan yang merupakan pelayanan dari pintu ke pintu dalam wilayah operasi terbatas dengan menggunakan mobil penumpang umum yang diberi tanda khusus dan dilengkapi dengan argometer; 9. Angkutan Sewa adalah angkutan dengan menggunakan mobil penumpang umum yang melayani angkutan dari pintu ke pintu, dengan atau tanpa pengemudi, dalam wilayah operasi yang tidak terbatas; 10.Angkutan Pariwisata adalah angkutan dengan menggunakan mobil bus umum yang dilengkapi dengan tanda-tanda khusus, untuk mengangkut wisatawan ke dan dari daerah tujuan wisata; 11.Angkutan Penumpang Khusus adalah angkutan yang tidak termasuk angkutan taksi, sewa dan pariwisata, dengan menggunakan mobil bus umum danatau mobil penumpang umum, yang tidak terikat dalam trayek sebagai pelayanan dari pintu ke pintu; 3 12.Angkutan Perintis adalah angkutan yang berfungsi melayani daerah yang terisolir dan terbelakang yang berfungsi menggerakkan perkembangan ekonomi daerah tersebut, yang tidak bersifat komersial dengan menggunakan mobil bus umum danatau mobil penumpang umum; 13.Angkutan Penumpang Musiman adalah angkutan yang diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat yang berkaitan dengan hari-hari besar keagamaan, hari libur sekolah, maupun hari- hari pada acara kenegaraan yang menggunakan mobil bus umum danatau mobil penumpang umum; 14.Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat dan menurunkan orang danatau barang, mengadakan pengecekan pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum, yang merupakan salah satu wujud simpul jaringan transportasi; 15.Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Darat. BAB II ANGKUTAN DALAM TRAYEK TETAP DAN TERATUR Bagian Pertama Wilayah Pengoperasian Pasal 2 1 Untuk pelayanan angkutan orang dengan kendaraan umum dalam trayek tetap dan teratur, dilaksanakan dalam jaringan trayek. 2 Jaringan trayek sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, terdiri dari :

a. trayek lintas batas negara, yaitu trayek yang melalui batas negara;