meliputi : a. memiliki kapasitas parkir yang memadai sekurang-kurangnya 5 tidak ada pungutan tambahan terhadap penumpang; tidak mengganggu jadwal perjalanan bus dari terminal sesuai kartu pengawasan; sebagai tempat istirahat kendaraan, pemeliharaan dan p

1 Mobil bus umum dan mobil penumpang umum harus dilengkapi dengan ruang bagasi untuk penyimpanan barang milik penumpang. 2 Selain ruang bagasi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, barang milik penumpang dapat disimpan di bawah tempat duduk atau di tempat yang khusus disediakan untuk barang dengan ketentuan tidak mengganggu kenyamanan penumpang. Bagian Keenam Pool dan Agen Pasal 67 1 Kriteria lokasi pool sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf

b, meliputi : a. memiliki kapasitas parkir yang memadai sekurang-kurangnya 5

lima bus; b. jarak pool ke terminal terdekat cukup jauh; c. lokasi pool harus memenuhi persyaratan tidak menimbulkan kemacetan lalu lintas, yaitu : 1 mempunyai jalan masuk-keluar akses pool, sekurang- kurangnya 50 meter; 2 mempunyai jalan masuk-keluar akses pool dengan lebar sekurang-kurangnya 5 meter, sehingga manuver kendaraan dapat dilakukan dengan mudah; 3 dilengkapi dengan fasilitas celukan masuk-keluar kendaraan, sehingga kendaraan yang akan masuk-keluar pool mempunyai ruang dan waktu yang cukup untuk melakukan perlambatan percepatan; 4 apabila volume kendaraan masuk-keluar pool cukup padat, pada lokasi sebelum masuk dan setelah keluar pool harus dipasang lampu kelap-kelip flashing light warna kuning.

d. tidak ada pungutan tambahan terhadap penumpang;

40

e. tidak mengganggu jadwal perjalanan bus dari terminal sesuai kartu pengawasan;

f. pool harus terdaftar di instansi pemberi izin. 2 Fungsi dan manfaat pool, antara lain :

a. sebagai tempat istirahat kendaraan, pemeliharaan dan perbaikan kendaraan;

b. dapat menjadi tempat menaikkan dan menurunkan penumpang tanpa meninggalkan kewajiban masuk terminal sebagaimana yang tercantum dalam kartu pengawasan. Pasal 68 1 Agen berfungsi sebagai tempat pemesanan danatau penjualan karcis. 2 Agen sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, merupakan bagian dan menjadi tanggung jawab perusahaan. 3 Lokasi agen dapat di terminal, pool, atau di tempat lain yang memungkinkan. Bagian Ketujuh Pencabutan Izin Trayek Pasal 69 1 Izin trayek dicabut apabila perusahaan angkutan melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60. 2 Pencabutan izin trayek sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan melalui proses peringatan tertulis sebanyak tiga kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 1 satu bulan. 3 Peringatan pertama sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 khusus untuk angkutan penumpang umum dalam trayek antar kota antar propinsi, diberikan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Perhubungan sesuai domisili perusahaan dan apabila peringatan tersebut tidak diindahkan, peringatan kedua dan ketiga diberikan oleh Direktur Jenderal. 41 4 Apabila peringatan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dan ayat 3 tidak diindahkan, dilanjutkan dengan pembekuan izin trayek untuk jangka waktu 1 satu bulan. 5 Jika pembekuan izin trayek sebagaimana dimaksud dalam ayat 4 habis jangka waktunya dan tidak ada usaha perbaikan, izin trayek dicabut. Pasal 70 Izin trayek dapat dicabut tanpa melalui proses peringatan dan pembekuan izin, dalam hal perusahaan yang bersangkutan : a. melakukan kegiatan yang membahayakan keamanan negara; b. memperoleh izin trayek dengan cara tidak sah. Pasal 71 1 Izin trayek yang diberikan kepada perusahaan angkutan berlaku untuk jangka waktu 5 lima tahun. 2 Dalam jangka waktu 6 enam bulan sejak berakhirnya masa berlaku izin trayek tidak diperpanjang, maka izin trayek akan dicabut setelah diberikan surat peringatan. Pasal 72 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian sanksi administratif, diatur oleh Direktur Jenderal. Bagian Kedelapan Komposisi Pelayanan Angkutan Pasal 73 1 Untuk menjaga keseimbangan ketersediaan pelayanan angkutan pada trayek tetap dan teratur ditetapkan komposisi pelayanan 42 ekonomi dan pelayanan non-ekonomi oleh pejabat pemberi izin trayek, setelah mendapat pertimbangan dari Direktur Jenderal. 2 Penetapan komposisi pelayanan ekonomi dan pelayanan non- ekonomi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilaksanakan berdasarkan survei lapangan dan masukan dari Kantor Wilayah Departemen Perhubungan, Dinas LLAJ Tingkat I Tingkat II serta organisasi pengusaha pengemudi angkutan yang akansudah melayani trayek yang ada. Bagian Kesembilan Izin Insidentil Pasal 74 1 Izin insidentil merupakan izin yang dapat diberikan kepada perusahaan angkutan yang telah memiliki izin trayek untuk menggunakan kendaraan bermotor cadangannya menyimpang dari izin trayek yang dimiliki. 2 Izin insidentil sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya diberikan untuk kepentingan : a. menambah kekurangan angkutan pada waktu keadaan tertentu untuk angkutan musiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10; b. keadaan darurat tertentu seperti bencana alam dan lain-lain. 3 Izin insidentil hanya diberikan untuk satu kali perjalanan pulang pergi dan berlaku paling lama 14 empat belas hari serta tidak dapat diperpanjang. 4 Khusus untuk pengangkutan rombongan pengantar jenazah tidak diperlukan izin insidentil, akan tetapi harus melaporkan kepada Dinas LLAJ Daerah Kotamadya Kabupaten setempat. Pasal 75 1 Bagi angkutan umum yang memiliki izin insidentil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat 2 huruf a, dalam operasinya diwajibkan menaikkan dan menurunkan penumpang di terminal. 43 2 Bagi angkutan umum yang memiliki izin insidentil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat 2 huruf b, dalam operasinya tidak diwajibkan menaikkan dan menurunkan penumpang di terminal. 3 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2, harus dinyatakan dalam izin insidentil yang diberikan. Pasal 76 Izin insidentil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 diterbitkan oleh : a. Kepala Kantor Wilayah Departemen Perhubungan sesuai domisili perusahaan angkutan, untuk izin insidentil yang melayani trayek antar kota antar propinsi; b. Kepala Dinas LLAJ Daerah Kotamadya Kabupaten sesuai domisili perusahaan angkutan, untuk izin insidentil yang melayani trayek antar kota dalam propinsi. Pasal 77 Bentuk permohonan izin trayek, formulir pertimbangan dari daerah, keputusan izin trayek, izin insidentil, permohonan pengalihan pemilikan perusahaan, kartu pengawasan, formulir penolakan izin, pencabutan dan pembekuan izin trayek serta formulir laporan realisasi angkutan, sebagaimana tercantum dalam Contoh 1 sampai dengan Contoh 9 Lampiran V Keputusan ini. Bagian Kesepuluh Izin Operasi Angkutan Pasal 78 1 Pengangkutan orang dengan kendaraan umum tidak dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, wajib memiliki izin operasi. 2 Izin operasi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, diberikan oleh :

a. Direktur Jenderal, untuk :