1 Pelayanan angkutan perbatasan adalah angkutan pedesaan
sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat 6, yang melampaui lebih dari satu daerah kabupaten atau daerah propinsi.
2 Pelayanan angkutan perbatasan sebagaimana dimaksud dalam ayat
1, dilayani dengan mobil bus umum danatau mobil penumpang umum dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. mempunyai jadwal tetap danatau tidak berjadwal; b. jadwal tetap diberlakukan apabila permintaan angkutan cukup
tinggi;
c. pelayanan angkutan bersifat lambat; d. dilayani oleh mobil bus umum danatau mobil penumpang
umum.
3 Izin trayek angkutan perbatasan diberikan sesuai dengan domisili
perusahaan oleh : a. Kepala Kantor Wilayah Departemen Perhubungan setempat
untuk trayek antar propinsi;
b. Bupati Kepala Daerah Kabupaten untuk trayek dalam
propinsi.
4 Pemberian izin sebagaimana dimaksud dalam ayat 3, didasarkan
pada pertimbangan keseimbangan penyediaan armada antara kedua daerah yang dilayani.
5 Keseimbangan penyediaan armada sebagaimana dimaksud dalam
ayat 4, dihitung berdasarkan kebutuhan angkutan yang ditetapkan oleh :
a. Direktur Jenderal untuk trayek perbatasan antar propinsi; b. Gubernur Kepala Daerah Propinsi untuk trayek perbatasan
dalam propinsi.
Bagian Ketiga Persyaratan
Pasal 6
10
1 Setiap kendaraan untuk angkutan orang dalam trayek tetap dan teratur harus memenuhi persyaratan :
a. nama perusahaan dan nomor urut kendaraan yang dicantumkan pada sisi kiri, kanan, dan belakang kendaraan;
b. papan trayek yang memuat asal dan tujuan serta kota yang
dilalui dengan dasar putih tulisan hitam yang ditempatkan di bagian depan dan belakang kendaraan;
c. jenis trayek yang dilayani ditulis secara jelas dengan huruf
balok, melekat pada badan kendaraan sebelah kiri dan kanan untuk membedakan trayek yang dilayani sebagai berikut :
1 tulisan LINTAS BATAS NEGARA bagi mobil bus yang melayani trayek lintas batas negara;
2 tulisan ANTAR KOTA ANTAR PROPINSI bagi mobil bus
yang melayani trayek antar kota antar propinsi;
3 tulisan ANTAR KOTA DALAM PROPINSI bagi mobil bus
yang melayani trayek antar kota dalam propinsi;
4 tulisan BUS KOTA bagi mobil bus dan tulisan
ANGKUTAN KOTA bagi mobil penumpang, yang melayani trayek dalam kota;
5 tulisan BUS PERKOTAAN bagi mobil bus dan tulisan
ANGKUTAN PERKOTAAN bagi mobil penumpang yang melayani trayek perkotaan;
6 tulisan BUS PEDESAAN bagi mobil bus dan tulisan
ANGKUTAN PEDESAAN bagi mobil penumpang, yang melayani trayek pedesaan;
7 tulisan ANGKUTAN PERBATASAN bagi mobil bus dan
mobil penumpang yang melayani trayek perbatasan;
8 tulisan ANGKUTAN PERINTIS bagi mobil bus dan mobil
penumpang yang melayani trayek perintis. d. jati diri pengemudi yang ditempatkan pada dashboard, yang
dikeluarkan oleh masing-masing perusahaan angkutan;
e. kotak obat lengkap dengan isinya.
11
2 Papan reklame hanya dapat dipasang pada mobil bus yang melayani trayek kota dan perkotaan.
3 Ukuran, bentuk tulisan, dan identitas kendaraan angkutan Antar
Kota Antar Propinsi dan Antar Kota Dalam Propinsi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, sebagaimana tercantum dalam contoh
Gambar 1 dan 2 Lampiran I Keputusan ini.
Pasal 7
Pemasangan reklame pada mobil bus yang melayani trayek dalam kota dan perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat 2,
tidak boleh mengganggu identitas kendaraan dan harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 8
Dalam pengoperasian kendaraan untuk pelayanan angkutan dalam trayek tetap dan teratur, pengemudi yang bertugas wajib :
a. memakai pakaian seragam perusahaan; b. memakai kartu pengenal pegawai yang dikeluarkan oleh
perusahaan;
c. bertingkah laku sopan dan ramah; d. tidak merokok selama mengemudikan kendaraan;
e. tidak minum minuman yang mengandung alkohol, obat bius,
narkotika maupun obat lain yang dapat mempengaruhi konsentrasi pengemudi;
f. wajib mematuhi waktu kerja, waktu istirahat dan pergantian
pengemudi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Bagian Keempat Kondisi Tertentu Pelayanan Angkutan
Pasal 9
12
1 Untuk melayani angkutan pada daerah yang terisolir dan
terbelakang diselenggarakan angkutan perintis. 2 Angkutan perintis sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, harus
berfungsi mendorong perkembangan ekonomi daerah yang dilayani, dengan kriteria :
a. belum ada pelayanan angkutan secara komersial pada trayek yang bersangkutan;