15 Oleh karena itu berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk
meneliti lebih jauh tentang bagaimana representasi feminisme dalam film Sex and The City 2.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Bagaimana Representasi Feminisme dalam Film
Sex And The City 2 ?”. 1.3. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlau luas, maka peneliti memberi batasan masalah yang lebih jelas dan spesifik, yaitu sebagai
berikut: 1.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. 2.
Subjek yang diteliti adalah film Sex And The City 2 Tahun 2010
3. Penelitian tentang representasi perempuan feminis dalam film
Sex And The City 2
ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan analisis semiotika untuk menganalisis reperesentari feminisme dalam film. Penelitian
ini mengacu “Television Codes” oleh John Fiske karena dianggap sesuai untuk penelitian sebuah film.
4. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2010-Januari 2011
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Representasi Feminisme dalam film
Sex And The City 2.
16
1.5. Manfaat Penelitian adalah:
1. Secara teoritis penelitian ini ditujukan untuk memperkaya khasanah
penelitian tentang representasi feminisme dalam film yang diteliti melalui analisis semiotika.
2. Secara praktis, hasil analisi ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca agar
lebih kritis dalam memaknai pesan yang disampaikan media. 3.
Secara akademis, penelitian ini dapat disumbangkan kepada Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, guna memperkaya bahan penelitian dan
sumber bacaan.
1.6. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah suatu uraian yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti. Dengan
demikian adanya kerangka teori maka penulis akan mempunyai landasan untuk menentukan tujuan dan arah penelitiannya Nawawi, 1995: 40
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori-teori antara lain: 1.
Komunikasi dan Komunikasi Massa 2.
Film Sebagai Media Massa 3.
Semiotika 4.
Television Codes 5.
Feminisme 6.
Perempuan
1.6.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa
Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communication, yang bersumber dari kata communis yang artinya “sama” dan communico,
17 communication, atau communicare yang berarti “membuat sama”. Istilah yang
paling sering disebut sebagai asal-usul kata komunikasi yang merupakan akar dari kata Latin adalah Communis.
Komunikasi merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia dalam kaitannya dengan hubungan antarindividu. Komunikasi
merupakan sarana vital untuk mengerti diri sendiri, orang lain, dan memahami apa yang dibutuhkan orang lain serta untuk mencapai pemahaman tentang dirinya dan
sesama. Komunikasi Massa dapat diartikan sebagai proses komunikasi yang
berlangsung dimana pesan dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya misal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi,
dan film Cangara, 2006:36. Pengertian Saverin dan Tankard menyatakan bahwa komunikasi massa adalah sebagian keterampilan skill, sebagian seni art, dan
sebagian ilmu science. Maksudnya, tanpa adanya dimensi menata pesan tidak mungkin media massa memikat khalayak yang pada akhirnya pesan tersebut dapat
mengubah sikap, pandangan, dan perilaku komunikan Effendi, 2005:210
1.6.2. Film Sebagai Media Massa
Film adalah fenomena sosial, psikologi, dan estetika yang kompleks. Film adalah dokumen yang terdiri dari cerita dan gambar yang diiringi kata-kata dan
musik, jadi film adalah produksi yang bersifat mulitidimensional dan sangat kompleks. Melalui perkembangannya, film telah memainkan banyak peran
dengan memberikan informasi, drama, music, dan lain-lain, dikombinasikan atau bukan. Sebggai media komunikasi massa, film dapat digunakan dengan berbagai
18 funsi seperti hiburan, penerangan, pendidikan, untuk mempengaruhi dan ajang
sosialisasi.
Film merupakan salah satu jenis media massa yang sudah diproduksi sejak tahun 1901. Berikut ini adalah jenis-jenis film berdasarkan sifatnya Effendy,
2005: 210: 1.
Film cerita story film Adalah film yang mengandung cerita, yaitu yang lazim dipertunjukkan di
gedung-gedung bioskop dengan bintang filmnya yang tenar. 2.
Fim berita newsreel Adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena
sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada public harus mengandung nilai berita news value
3. Film Dokumenter documentary film
Adalah film yang merupakan interpretasi puitis yang bersifat pribadi dari kenyataan-kenyataan. Tidak seperti film berita yang dibuat tergesa-gesa,
film documenter memerlukan pemikiran dan perencanaan yang matang. 4.
Film Kartun cartoon film Adalah film yang berasal dari rangkaian lukisan yang dipotret dan diputar
dalam proyektor film sehingga lukisan etrsebut menjadi hidup. Film sebagai salah satu media massa dalam komunikasi massa, berperan
sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, menyajikan berita, peristiwa, music, drama, lawak
dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum mcQuail, 1989: 13. Film
19 sebagai sarana hiburan dapat dinikmati sebagai pengisi waktu senggang hemat
bagi seluruh keluarga.
1.6.3. Semiotika “Semiotika adalah studi mengenai pertandaan dan makna dari system
tanda, ilmu tentang tanda, bagaimana makna dibangun dalam teks media, atau studi tentang bagaimana tanda dari jenis karya apapun dalam masyarakat yang
menkonsumsi makna Fiske, 2004:282”
Dalam teori semiotika, pokok studinya adalah tanda atau bagaiman cara tanda-tanda itu bekerja juga dapat disebut semiologi. Tanda-tanda itu hanya
mengemban arti pada dirinya sendiri, dengan kata lain jika diterapkan jika diterapkan pada tanda-tanda bahasa, maka huruf, kata, dan kalimat, tidak memiliki
arti pada dirinya sendiri. Tanda-tanda itu hanya mengemban arti significant dalam kaitan dengan pembacanya, pembaca itulah yang menghubungkan tanda
dengan apa yang ditandakan signifie sebagai konvensi dalam sistem bahasa yang bersangkutan. Segala sesuatu yang memiliki sistem tanda, dapat dianggap teks,
contohnya di dalam film, majalah, televisi, klan, koran, brosur, novel, bahkan di surat cinta sekalipun.
Tiga bidang studi utama dalam semiotika adalah Fiske, 2004: 60: 1.
Tanda itu sendiri. Hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda yang berbeda, cara-cara tanda yang berbeda itu dalam menyampaikan makna,
dan cara-cara tanda itu terkait dengan manusia yang menggunakannya. Tanda adalah kontruksi manusia dan hanya bias dipahami dalam artian
manusia yang menggunakannya. 2.
Sistem atau kode yang mengorganisasikan tanda. Studi ini mencakup cara berbagai kode yang dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu
20 masyarakat atau budaya atau mengeksploitasi saluran komunikasi yang
tersedia untuk mentrasmisikannya. 3.
Kebudayaan dan tempat kode dan tanda bekerja. Ini pada gilirannya bergantung pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk
keberadaan dan bentuknya sendiri.
1.6.4. Television Codes
Television codes adalah teori yang dikemukakan oleh John Fiske atau yang biasa disebut kode-kode yang digunakan dalam dunia pertelevisian. Menurut
Fiske, kode-kode yang muncul atau yang digunakan dalam acara televisi tersebut saling berhubungan sehingga terbentuk sebuah makna. Menurut teori ini pula,
sebuah realitas tidak muncul begitu saja melalui kode-kode yang timbul, namun juga diolah melalui penginderaan serat referensi yang telah dimiliki oleh pemirsa
televisi, sehingga sebuah kode akan dipersepsi secara berbeda oleh orang yang berbeda juga.
Dalam kode-kode televisi yang diungkapkan dalam teori John Fiske, bahwa peristiwa yang ditayangkan dalam dunia televisi telah dienkode oleh kode-
kode sosial yang terbagi dalam tiga level sebagai berikut: 1.
Level pertama adalah realitas Reality Kode sosial yang termasuk di dalamnya adalah appearance penampilan,
dress kostum, make-up riasan, environment lingkungan, behavior kelakuan, speech dialog, gesture gerakan, expression ekspresi,
sound suara. 2.
Level kedua adalah Representasi Representation.
21 Kode sosial yang termasuk di dalamnya adalah camera kamera, lighting
pencahayaan, editing perevisian, music musik, dan sound suara. 3.
Level ketiga adalah Ideologi Ideology Kode sosial yang termasuk di dalamnya adalah individualisme
individualism, patriarki patriarchy, ras race, kelas class, materialisme materialism, kapitalisme capitalism.
Dalam analisi ini sesuai dengan teori yang digunakan oleh John Fiske, peneliti hanya akan menggunakan kode-kode sosial seperti dress, setting,
behavior, music, class, speech, character, make-up, environment, dialogue.
1.6.5. Feminisme
Istilah feminisme berasal dari kata Latin femina yang berarti memiliki sifat keperempuanan. Tidak seperti pandangan atau pemahaman lainnya, feminisme
tidak berasal dari teori atau konsep yang didasarkan atas formula teori tunggal. Maka dari itu tidak ada defenisi secara spesifik atas pengaplikasian feminisme
yang disepakati kalangan pemikir pada umumnya dan kaum feminis pada khususnya. Hingga saat ini istilah feminisme telah menimbulkan beragam
interpretasi antara lain sebagai sebuah ideologi, gerakan dan juga sebuah aliran pemikiran, atau bahkan teori pembagian kelas dalam masyarakat. Namun
berdasarkan latar belakang kemunculannya, feminisme lebih umum diartikan sebagai sebuah gerakan sosial
Feminisme berawal dari sebuah persepsi mengenai ketimpangan posisi perempuan dibandingkan laki-laki di masyarakat. Akhirnya menimbulkan
berbagai upaya mencari penyebab dari ketimpangan tersebut dan menemukan suatu solusi dari kesetaraan hak antara perempuan dan laki-laki dalam berbagai
22 bidang, sebagai manuasia yang sederajat. Mencari solusi ini yang disebut gerakan
feminisme. Pada hakekatnya, tujuan feminisme adalah transformasi sosial untuk
menciptakan suatu keadaan kesetaraan antara perempuan dan laki-laki. Feminisme sebagai suatu gerakan memiliki dimensi sejarah yang panjang, dimulai pada abad
ke-14. Secara garis besar, perkembangan gerakan feminisme dapat dibagi dalam tiga periode yaitu feminisme gelombang pertama first wafe feminism,
gelombang kedua second wafe feminism, dan gelombang ketiga third wafe feminism
Feminisme gelombang pertama mengangkat isu-isu prinsip persamaan hak bagi perempuan. Titik tolak perjuangannya adalah dominasi laki-laki terhadap
perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, khusunya bidang pendidikan, politik, dan ekonomi. Feminisme gelombang pertama ini dimulai dengan
pergerakan-pergerakan feminisme yang berkaitan dengan terjadinya Revolusi Perancis, yakni suatu periode dalam sejarah dimana terdapat pemikir-pemikir
seperti Mary Wollstonecraft, Sejourney Truth, dan Elizabeth Cady Stanton. Mereka semua ini bias dibilang ada di balik lahirnya Deklarasi Konvensi Ha-hak
Perempuan di Senca Falls. Namun sebetulnya, sebagaimana juga tercatat dalam sejarah pergerakan-pergerakan yang lebih terdahulu, tersebut nama suster Juana
Ines, seorang penyair dan pendidik yang lahir pada tahun 1651. Ia merupakan perempuan pada zamannya yang sadar memilih untuk tidak menikah dan memiliki
anak agar dapat mengorbankan seluruh hidupnya untuk belajar dan menulis puisi. Puisi-puisinya yang lahir apda abad ke-17 ini telah menggambarkan ketidakadilan
yang dialami perempuan atas nama cinta. Melalui puisi-puisinya ia mengkritik
23 secara tajam masyarakatnya yang tidak memberikan hak pendidikan yang sama
untuk perempuan Arivia, 2003:85. Pergerakan perempuan pada tahun 1960an dengan cepat menjadi suatu kekuatan politik yang menyebar di Eropa dan
Amerika. Landasan-landasan teoritis yang dipakai dalam gelombang ini adalah feminisme liberal, femminisme radikal, dan feminisme Marxis atau Sosialis
Arivia, 2003: 85. Seiring dengan perkembanagn zaman, kurang lebih seratus tahun setelah
kelahirannya, feminisme memasuki gelombang kedua. Gerakan ini ditandai dengan lahirnya sebuah pemahaman bahwa perempuan memang berbeda dengan
laki-laki, tetapi yang menjadi penyebab perlakuan tidak adil terhadap perempuan adalah konstruksi sosial yang dibentuk oleh masyarakat patriakal. Maka dari itu,
isu utama yang diusung feminisme gelombang kedua perlawanan terhadapa legalitas budaya patriarki. Gelombang kedua pemikiran feminisme sangat
signifikan tehadap pengorganisasian sejarah feminisme. Awal dari pemunculan gelombang kedua feminisme berhubungan dengan upaya mereka untuk
menjelaskan persoalan fundamental penindasan terhadap perempuan dan sekaligus untuk menjawab tantangan teori Marxisme. Namun pada tahun 1970an,
feminisme gelombang kedua mulai memfokuskan diri kepada pemikiran bahwa perempuan memiliki kemampuan yang sama seperti laki-laki. Singkatnya
perempuan dan laki-laki adalah sama Arivia, 2003:120 Pada tahap gelombang ketiga, muncul perubahan yang signifikan dalam
pemikiran feminisme, yakni peraihan dari teori dominasi kepada teori “deferensi” dan keberagaman. Tujuan dalam gelombang ini bukan lagi menggugat sistem
patriarki, hadir sebagai sosok perempuan yang tangguh, berani dan penuh percaya
24 diri, dengan titik tolak perjuangan dekonstruksi budaya perempuan dan
penanaman perempuan baru ke dalam kesadaran politik. Wacana gelombang ketiga feminisme sangat dipengaruhi oleh postmodernisme.
Dalam film Sex And The City 2, feminisme lebih ke arah gelombang ketiga, dimana feminisme yang terjadi dalam peristiwa tersebut adalah perempuan
yang tangguh, memperjuangkan harga diri, dan percaya diri. Selain itu dalam film ini, akan menjabarkan mengenai feminisme yang difokuskan kepada beberapa
aliran feminisme, yaitu feminisme liberal, feminisme postmodern, feminisme radikal, feminisme multikultural, feminisme global, dan ekofeminisme.
1.6.6. Perempuan
Pengertian perempuan menurut Fakih 2004 adalah manusia yang memilki alat reproduksi seperti rahim, saluran untuk melahirkan, memproduksi
telur, memilki vagina, dan mempunyai alat menyusui. Sedangkan menurut konsep gender, perempuan adalah manusia yang memiliki sifat lemah lembut, cantik,
emosinal, atau keibuan. Pengertian perempuan menurut Gandhi 1933 adalah mitra kaum laki-laki
yang diciptakan dengan kemampuan-kemampuan mental yang setara. Perempuan mempunyai hak penuh untuk berpartisipasi dalam aktifitas-aktifitas kaum laki-laki
dalam detail yang sekecil-kecilnya. Kaum perempuan juga memilki hak kemerdekaan dan kebebasan seperti yang dimilki kaum laki-laki. Kaum
perempuan berhak untuk memperoleh tempat tertinggi dalam ruang aktifitas yang dia lakukan, sebagaimana kaum laki-laki dalam ruang aktifitasnya. Istilah ini yang
disebut dengan kesetaraan gender. Gender sendiri memiliki istilah yang digunakan
25 untuk menggambarkan perbedaan psikologis, sosial dan budaya antara laki-laki
dan perempuan.
1.7. Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
1.8. Defenisi Konseptual
Dalam penelitian yang berjudul Representasi Feminisme dalam film Sex And The City 2, maka defenisi konseptual yang dipaparkan peneliti adalah
sebagai berikut: 1.
Representasi Representasi adalah konsep yang digunakan dalam proses pemaknaan
melalui sitem tanda yang ada. Tanda-tanda tersebut tersaji dalam dialog, tulisan, Film Sex And The City 2
Representasi Feminisme Semiotika
Semiotika Televisi Kode-kode televisi John Fiske
Level Representasi
Level Ideologi
Level Realitas
Representasi Feminisme dalam Film Sex And The Ciry 2
26 fotografi, video, film, tayangan televisi, dan sebagainya. Proses pemaknaan
melibatkan konsep tentang feminisme yang dimiliki oleh peneliti dan suara serta gambar yang terdapat dalam film Sex And The City 2.
2. Feminisme
Istilah feminisme berasal dari bahasa Latin femina yang berarti memiliki sifat keperempuanan. Hingga saat ini istilah feminsme telah menimbulkan
beragam interpretasi antara lain sebagai sebuah ideologi, gerakan, dan juga sebuah aliran pemikiran, atau bahkan teori pembagian kelas dalam masyarakat.
Tujuan feminisme adalah transformasi sosial untuk menciptakan suatu keadaan kesetaraan antara perempuan dan laki-laki, sehingga perempuan
mendapat hak yang sama dengan laki-laki. Dalam film Sex And The City 2 hak yang diperjuangkan adalah hak perjaungan harga diri, perempuan yang tangguh
dan percaya diri.
27
BAB II URAIAN TEORITIS
2.1. Teori Konsep 2.1.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa
Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communication, yang bersumber dari kata communis yang artinya “sama” dan communico,
communication, atau communicare yang berarti “membuat sama”. Istilah yang paling sering disebut sebagai asal-usul kata komunikasi yang merupakan akar dari
kata Latin adalah Communis. Komunikasi merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan
manusia dalam kaitannya dengan hubungan antarindividu. Komunikasi merupakan sarana vital untuk mengerti diri sendiri, orang lain, dan memahami apa
yang dibutuhkan orang lain serta untuk mencapai pemahaman tentang dirinya dan sesama.
Komunikasi Massa dapat diartikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung dimana pesan dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak
yang sifatnya misal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, dan film Cangara, 2006:36. Pengertian Saverin dan Tankard menyatakan bahwa
komunikasi massa adalah sebagian keterampilan skill, sebagian seni art, dan sebagian ilmu science. Maksudnya, tanpa adanya dimensi menata pesan tidak
mungkin media massa memikat khalayak yang pada akhirnya pesan tersebut dapat mengubah sikap, pandangan, dan perilaku komunikan Effendi, 2005:210
2.1.1.1. Ciri-ciri Komunikasi Massa