Jenis Penelitian Metode Penelitian

88

3.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif eksploratif. Penelitian kualitatif diartikan oleh David Williams 1995 dalam Moleong sebagai pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah. “Denzin dan Lincoln juga menambahkan definisi tersebut sebagai penelitian dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada” Moleong, 2005: 4. Penelitian eksploratif adalah penelitian yang bertujuan untuk melakukan diagnosa terhadap suatu fenomena, menjaring alternatif, dan menemukan ide-ide baru Silalahi, 2003. Peneliti ingin melihat lebih dalam bagaimana film “Sex And The City 2” merepresentasikan feminisme. Peneliti ingin melihat makna yang ingin disampaikan oleh film “Sex And The City 2” dengan melihat tanda-tanda yang dipilih untuk merepresentasikan feminisme lalu mengartikannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan teori-teori pendukung penelitian ini.

3.3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan untuk analisis “RepresentasiFeminisme dalam film “Sex And The City 2” adalah metode semiotika televise John Fiske. Semiotika merupakan sebuah studi tentang pertandaan dan makna dari sistem tanda, sedangkan film itu sendiri dibangun dari banyak tanda” Sobur, 2004: 128. “Semiotika televisi John Fiske memasukkan kode-kode sosial ke dalam 3 level yaitu level realitas reality, representasi representation, dan level ideologi 89 ideology” Fiske, 1987: 5. Film juga merupakan gambar bergerak sama dengan televisi. Dengan begitu, semiotika John Fiske dapat membantu peneliti untuk melihat gambaran feminisme dalam film “Sex And The City 2” serta makna pesan yang terkandung dalam film ini. Kode-kode akan diteliti sesuai dengan tahapan dalam tiap levelnya. Gambaran dari tahapan dan kode-kode tersebut yaitu: Level Satu: Realita Penampilan, kostum, tata rias, lingkungan, tingkah laku, cara bicara, gerak tubuh, ekspresi, suara, dll Hal- hal ini terkodekan secara elektronis melalui kode-kode teknis ;seperti: Level Dua Representasi Kamera, cahaya, editing, musik, suara Yang mentransmisikan kode-kode representasi konvensional, yang membentuk representasi dari, contohnya: Naratif, konflik, karakter, aksi, dialog, setting, casting, dll Level Tiga: Ideologi Yang terorganisir kepada penerimaan hubungan sosial oleh kode-kode ideologi, seperti individualisme, feminisme, ras, kelas, materialisme, kapitalisme, dll Gambar 3.1. Kode-Kode Televisi John Fiske Sumber: Fiske, 1997: 5 Gambar 3.1 menunjukkan kode-kode utama yang ada dalam televisi dan hubungan di antaranya. Kode adalah aturan yang mengatur sistem tanda, dimana aturan-aturan dan konvensi di antaranya tumbuh di dalam sebuah budaya. 90 Bidang studi tanda terdiri atas studi tentang berbagai tanda yang berbeda, cara tanda-tanda yang berbeda itu terkait dengan manusia yang menggunakannya. Tanda adalah konstruksi manusia dan hanya bisa dipahami dalam artian manusia yang menggunakannya. Kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda mencakup cara berbagai kode dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan suatu masyarakat atau budaya atau untuk mengeksploitasi saluran komunikasi yang tersedia untuk mentransmisikannya. Selanjutnya, ”kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja menjelaskan mengenai penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk keberadaan dan bentuknya sendiri. Karena itulah semiotika memfokuskan perhatiannya terutama pada teks” Fiske, 2004: 60. ”Semiotika merupakan sebuah studi tentang pertandaan dan makna dari sistem tanda, sedangkan film itu sendiri dibangun dari banyak tanda yang bekerja dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan” Sobur, 2004: 128. ”Semiotika televisi John Fiske memasukkan kode-kode sosial ke dalam 3 level yaitu level realitas reality, representasi representation, dan level ideology ideology” Fiske,1997: 5. Masing-masing level memiliki kode-kode sosial yang mampu mengkonstruksi pesan dan juga membentuk sebuah film. Film juga merupakan gambar bergerak sama dengan televisi. Dengan begitu, semiotika Televisi John Fiske dapat membantu peneliti untuk melihat representasi feminisme dalam film “Sex And The City 2” serta makna pesan yang terkandung dalam film ini. Level pertama adalah level realita yang terdiri dari penampilan, kostum, tata rias, lingkungan, tingkah laku, cara bicara, gerak tubuh, ekspresi, suara, dll. Kode-kode tersebut disampaikan melalui kode-kode teknis pada level 91 representasi, yaitu kamera, pencahayaan, editing, musik, dan suara. Kode-kode ini mentransmisikan kode representasional konvensional yang membentuk representasi-representasi, seperti narasi, konflik, karakter, aksi, dialog, latar, casting, dll. Yang dikategorikan kepada penerimaan dan hubungan sosial oleh kode-kode ideologi, seperti individualisme, feminisme, ras, kelas, materialisme, kapitalisme, dll. Ketika level ini adalah sebuah proses yang tidak terpisahkan, karena mengkonstruksi makna yang ada dalam film menjadi utuh.

3.4. Sasaran Penelitian