Pengujian Model 1. Uji F atau Uji Chow

individual dan efek waktu dan FEM tidak perlu mengasumsikan bahwa komponen error tidak berkorelasi dengan variabel bebas. Beberapa pakar ekonometrika membuat pembuktian untuk menentukan metode apa yang paling sesuai untuk digunakan dalam data panel. Adapun kesimpulan dari pembuktian tersebut adalah: a. Jika pada data panel, jumlah runtun waktu lebih besar dibandingkan jumlah individu, maka disarankan untuk menggunakan metode FEM. b. Jika pada data panel, jumlah runtun waktu lebih sedikit dibandingkan jumlah individu, maka disarankan untuk menggunakan metode REM. 4.7. Pengujian Model 4.7.1. Uji F atau Uji Chow Untuk mengetahui model Pooled Least Square PLS atau FEM yang akan digunakan dalam estimasi dapat dilakukan dengan uji F atau uji Chow. PLS merupakan restricted model dimana ia menerapkan intercept yang sama untuk seluruh individu. Terkadang asumsi bahwa setiap unit cross section memiliki perilaku yang sama cenderung tidak realistis mengingat dimungkinkan saja setiap unit cross section memiliki perilaku yang berbeda. Untuk mengetahuinya diigunakan restricted F test untuk menguji hipotesis: H o : model PLS restricted H 1 : model fixed effect unrestricted, dimana Universitas Sumatera Utara F = Dimana Rr 2 didapat dari persamaan model PLS dan Rur 2 didapat dari persamaan model FEM, merupakan jumlah restricted dan df for numerator . H ditolak jika F hitung F tabel . Sebagai alternatif dapat pula menggunakan uji Chow. Dasar penolakan terhadap hipotesa nol tersebut adalah dengan menggunakan F - statistik seperti perumusan Chow sebagai berikut : CHOW = Dimana : RRSS = Restricted Residual Sum Square yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode pooled least square. URSS = Unrestricted Residual Sum Square yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode fixed effect model. N = jumlah data cross section T = jumlah data time series K = jumlah variabel penjelas. Pengujian ini mengikuti distribusi F statistic yaitu F N-1,NT-N-K Jika nilai CHOW statistic F - stat hasil pengujian F - table , maka cukup bukti untuk melakukan penolakan H , sehingga model yang digunakan adalah FEM, dan begitu pula sebaliknya. Universitas Sumatera Utara 4.7.2.Uji Hausman Uji Hausman dilakukan untuk menentukan penggunaan FEM ataukah REM. Ide dasar Hausman test adalah adanya hubungan yang berbanding terbalik antara model yang bias dan model yang effisien. Pada FEM, hasil estimasi tidak bias dan tidak efisien, sebaliknya pada REM hasil estimasi bias dan efisien. Nachrowi 2006 menyatakan bahwa karena metode efek tetap diduga dengan menggunakan OLS, maka dalam data panel, uji Hausman dapat digunakan untuk melihat kelayakan penggunaan model panel. Persamaan Hausman test adalah :                   ˆ ˆ var var ˆ 1 2       b b b K W W adalah nilai tes Chi-square hitung. Hipotesis : H = ada gangguan antar individu random effect H 1 = tidak ada gangguan antar individu fixed effect Jika nilai statistik Hausman lebih besar dari nilai kritisnya atau hasil dari Hausman test signifikan, maka H ditolak,berarti model yang tepat adalah FEM, sebaliknya apabila nilai statistik Hausman lebih kecil dari nilai kritisnya maka model yang tepat adalah REM. Universitas Sumatera Utara

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1. Gambaran Umum Sumatera Utara 5.1.1. Lokasi dan Keadaan Geografis Provinsi Sumatera Utara berada di bagian Barat Indonesia, terletak pada garis lintang 10 – 40 Lintang Utara dan 980 – 1000 Bujur Timur, dengan luas. Letak provinsi ini sangat strategis karena berada pada jalur perdagangan internasional yang berdekatan dengan Malaysia dan Singapura. Batas – batasnya: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam. b. Sebelah Timur dengan Malaysia di Selat Malaka. c. Sebelah Selatan berbatasan dengan dengan Provinsi Riau dan Sumatera Barat. d. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Wilayah Propinsi Sumatera Utara mencakup areal seluas 71.680 kilometer persegi. Pada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Propinsi Sumatera Utara meliputi areal hutan seluas 26.737 kilometer persegi atau 37,3 persen, areal semak belukar seluas 10.107 kilometer persegi atau 14,1 persen, areal padang rumput seluas 6.308 kilometer persegi atau 8,8 persen, areal ladang seluas 3.942 kilometer persegi atau 5,5 persen, areal dataran tinggi seluas 5.233 kilometer persegi atau 7,3 persen, areal sawah seluas 4.659 kilometer persegi atau 6,5 51 Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Belanja Modal terhadap Pendapatan Perkapita pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara

2 77 79

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Terhadap Kinerja Keuangan Dengan Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Di Kabupaten Dan Kota Propinsi Riau

7 67 103

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Indeks Pembagunan Manusia Di Kabupaten Dan Kota Propinsi Sumatera Utara

1 36 123

Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Lain-lain Pendapatan terhadap Belanja Daerah (Studi Kasus Kabupaten/ Kota di Propinsi Sumatera Utara)

1 39 84

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad) Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Dan Kota Di Propinsi Sumatera Utara

3 47 94

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah di Sumatera Utara

2 7 98

Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

0 5 95

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP BELANJA DAERAH (BD) PADA PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP BELANJA DAERAH (BD) PADA KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI SUMATERA UTARA.

0 2 16

PENDAHULUAN PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP BELANJA DAERAH (BD) PADA KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI SUMATERA UTARA.

0 2 22

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

0 0 13